Anda di halaman 1dari 29

REFLEKSI KASUS

PNEUMONIA
BERAT
KM. SONIANANDA P.P
177008080
Pembimbing :
dr. I G N Oka Nurjaya, Sp.A
Identitas
 Nama : IWGYS
 Tanggal lahir : 28 Agustus 2017
 Umur : 5 bulan
 Jenis
Kelamin : Laki-Laki
 Alamat : Buruan, Gianyar
ANAMNESIS

Keluhan utama: sesak


 Pasien datang ke Poli Anak RSUD Sanjiwani pada tanggal 12
Februari 2018 pukul 07.20 WITA diantar oleh orang tuanya
dengan keluhan sesak. Sesak dirasakan pasien sejak 1 hari
SMRS. Suara nafas dikatakan terdengar keras seperti suara
“gerok-gerok”. Sesak tidak membaik dengan perubahan
posisi. Sebelumnya pasien sempat batuk berdahak dan
pilek sejak 3 hari SMRS. Dahak dikatakan berwarna kuning
kental dan ingus pasien dikatakan berwarna kuning. Pasien
demam selama 2 hari lalu berobat ke bidan praktek swasta
dan diberikan sirup. Saat itu dikatakan panas menghilang
namun keesokan harinya kembali panas disertai dengan
sesak kemudian pasien dibawa ke IGD. Pada saat di IGD
suhu pasien 38,5°C. Nyeri telinga, nyeri tenggorokan tidak
ada. BAB/BAK dalam batas normal. Kebiasaan makan dan
minum pasien berkurang sejak pasien demam. Keluhan lain
seperti pingsan, nyeri kepala dan muntah disangkal.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah memiliki riwayat sesak sebelumnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua pasien tidak ada yang memiliki keluhan
serupa. Untuk riwayat penyakit kronis seperti hipertensi,
diabetes melitus, penyakit jantung lainnya disangkal oleh
keluarga pasien.
 Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Pasien merupakan anak pertama. Sehari-harinya pasien
dirawat oleh orang tua kandung. Tidak ada di lingkungan
tempat tinggal pasien yang memiliki keluhan sesak seperti
yang dialami pasien. Lingkungan tempat tinggal pasien
cukup bersih dengan ventilasi dan pencahayaan yang
cukup.
 Riwayat Persalinan
Pasien lahir spontan di Rumah Sakit yang ditolong
oleh dokter. Saat lahir, berat badan lahir pasien
3200 gram dan panjang badan 52 cm, lingkar
kepala serta lingkar dada dikatakan lupa. Tidak
ada kelainan saat persalinan dan kelainan pada
pasien.

 Riwayat Imunisasi
Pasien dikatakan sudah melakukan imunisasi secara
lengkap sesuai jadwal di Puskesmas.
 Riwayat Nutrisi
ASI : 0 bulan – sekarang

 RiwayatTumbuh Kembang
Menegakkan kepala : 3 bulan
Membalik badan : 4 bulan
Status Antropometri:
 Berat Badan : 7,8 kg
 Panjang Badan : 64 cm
 Berat Badan Ideal WHO : 7,5 kg

 Status Gizi berdasarkan WHO :


 BB/U : 0 SD – 1 SD (gizi baik)
 TB/U : -1SD - 0SD (normal)
 BB / TB : 1SD – 2 SD (norma)

 Status Gizi menurut Water Low : 104 % (gizi baik)


Pemeriksaan Fisik

Status Present

 Keadaan umum : Tampak baik


 Kesadaran : Compos Mentis
 Nadi : 140 kali/menit, regular,
kuat angkat, isi cukup
 Respirasi
rate : 68 kali/menit
 Tempt axilla : 38,5° C
Status Generalis
Kepala : Normocephali, UUB/UUK sudah tertutup
Mata : Cekung -/-, konjungtiva pucat -/- , sklera
ikterus (-/-), RP +/+ isokor
THT
Telinga : Sekret (-), nyeri (-)
Hidung : Sekret (+/+), napas cuping hidung (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), Tonsil T2/ T2
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks : Simetris (+), retraksi (+) subcostal
Jantung : S1S2 normal, regular, murmur (-)
Paru-paru : Ronkhi +/+, bvesikuler +/+, wheezing -/-,
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Hepar-lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
massa (-)
Perkusi : Timpani
Kulit : Kering (-), Sianosis (-), turgor kembali cepat
Genitalia : Tidak dievaluasi
Ekstremitas : Akral hangat (+) pada keempat
ekstremitas, edema (-), CRT<2 detik

Centor Skor : 2 (Usia, suhu >38 C)


Pemeriksaan Penunjang

Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap (12 Februari 2018)

Jenis Hasil Rujukan Keterangan


Pemeriksaan

WBC 2,8 4,0-12,0 L


Gran% 58,1 50,0-70,0 N
Lymp% 36,9 20,0-40,0 N
HGB 9,9 11,0-16,0 L
MCV 72,9 80,0-100,0 L
MCH 22,8 27,0-34,0 L
MCHC 31,3 31,0-37,0 L
HCT 31,6 35,0-49,0 L
PLT 384 150-450 N
Hasil Pemeriksaan Foto Thoraks (12 Februari 2018)

 Kesan : Bronchopneumonia bilateral


Diagnosis
Pneumonia Berat

Penatalaksanaan
 MRS
 02 sungkup 1-4 lpm
 IVFD Trideks 27B 16 tpm mikro
 Cefotaxime 3 x 250 mg (iv)
 Metil prednisolon 3 x 5 mg (iv)
 Nebulizer combivent 1 respul @8 jam
 Sanmol 4 x 7 cc (iv)
 Monitoring: VS, perburukan
PEMBAHASAN

DEFINISI
 Pneumonia = infeksi jaringan paru-paru
(alveoli) yang bersifat akut

 Sumber penularan
Epidemiologi
Pneumonia

penyebab utama kematian balita di dunia

70 % terjadi di negara berkembang

terutama Afrika dan Asia Tenggara


angka kematian balita di atas 49 per 1000 kelahiran hidup (15- 20 %)

Riskesdas melaporkan bahwa kejadian


pneumonia sebulan terakhir (period
masalah kesehatan
prevalence) mengalami peningkatan
di Indonesia
pada tahun 2007 sebesar 2,1 ‰
menjadi 2,7 ‰ pada tahun 2013
ETIOLOGI
Bakteri

Streptococcus Virus

Mycoplasma pneumonia

Adenoviruses, Rhinovirus,
Influenza Virus, Respiratory
Syncytial Virus (RSV)
Para Influenza Virus.
Klasifikasi
Tabel 2. Kriteria WHO sesuai dengan klasifikasi klinis penderita.
Kriteria Pneumonia Gejala Klinis dan Pengobatan
Bukan Pneumonia Tidak ada sesak nafas, tidak ada tarikan dinding dada.
Tidak mendapatkan pemberian antibiotik.
Pneumonia Nafas cepat:
- Usia < 2 bulan : ≥ 60 x/menit
- Usia 2-12 bulan: ≥ 50x/menit
- Usia 1-5 tahun: ≥ 40x/menit
- Usia 5-8 tahun: ≥ 30x/menit
Tidak ada tarikan dinding dada, ronkhi (+). Dilakukan
pengobatan dirumah dengan pemberian antibiotik
kontrimoksasol atau amoksisilin.
Pneumonia Berat Nafas cepat dengan tarikan dinding dada, tidak ada
sianosis, masih mampu makan atau minum, nafas cuping
hidung, grunting (merintih). Dirujuk ke rumah sakit.

Pneumonia Sangat Nafas cepat dengan tarikan dinding dada, ditemukan


Berat sianosis, tidak mampu makan atau minum, kejang, sukar
dibangunkan, stridor sewaktu tenang, gizi buruk. Dirujuk ke
rumah sakit.
Patofisiologi
Stadium kongesti:
 Udem karena reaksi jaringan.
 Mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke
jaringan sekitar.
Stadium hepatisasi merah:
 Konsolidasi (sebukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan udem,
dan kuman di alveoli).
Stadium hepatisasi kelabu:
 Terjadi deposisi fibrin ke permukaan pleura.
 Terdapat fibrin dan PMN di alveoli.
 Terjadi proses fagositosis yang cepat.
Stadium resolusi:
 Makrofag di alveoli meningkat
 Sel degenerasi, fibrin menipis.
 Kuman dan debris menghilang.
Diagnosis

Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium

2) Foto Thoraks

3) Kultur darah
Penatalaksanaan
 Anak-anak dengan nafas cepat tanpa retraksi atau
tanda-tanda bahaya bisa diberikan pengobatan
amoxicillin paling sedikit 40 mg/kg dibagi dalam dua
dosis, selama lima hari
 Anak umur 2-59 bulan dengan chest indrawing bisa
diberikan amoxicillin paling sedikit 40 mg/kg dibagi
dalam dua dosis, selama lima hari.
 Anak umur 2-59 bulan dengan pneumonia berat dapat
diberikan ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin
parenteral (sebagai lini pertama). Dimana dosis dari
ampisilin yaitu 50 mg/kg, atau benzyl penicillin 50.000
unit/kg secara intramuscular atau intravena. Dosis
gentamisin yang dapat diberikan adalah 7,5 mg/kg
secara intramuscular atau intravena, sekali dalam
sehari selama lima hari. Jika pengobatan lini pertama
gagal, dapat diberikan lini kedua yaitu ceftriaxone.
Komplikasi
 Efusi pleura → empiema.
 Pneumotoraks, pneumomediastinum.
 Piopneumotoraks.
 Meningitis.
 Gagal napas.
 Perikarditis.
 Artritis supuratif.
 Osteomielitis
Prognosis
 Umumnya baik
anak akan sembuh dari pneumonia dengan cepat
dan sembuh sempurna, walaupun kelainan radiologi
dapat bertahan selama

6-8 minggu sebelum kembali

ke kondisi normal
REFLEKSI KASUS
SESUAI DENGAN TEORI

Teori Kasus
Manifestasi Klinis
Takipnea merupakan gejala yang
khas pneumonia pada anak-anak Pasien datang ke Poli Anak RSUD
dari segala usia. Batas nafas Sanjiwani pada tanggal 12
Februari 2018 pukul 07.20 WITA
cepat adalah frekuensi
diantar oleh orang tuanya dengan
pernafasan sebanyak 60 kali per keluhan utama sesak. Pada
menit atau lebih pada umur balita pemeriksaan fisik didapatkan laju
< 2 bulan, 50 kali per menit atau nafas 68 kali/menit atau takipnea.
lebih pada anak usia 2 bulan Hal ini sesuai dengan teori.
sampai kurang dari 1 tahun, dan
40 kali per menit atau lebih pada
anak usia 1 tahun sampai kurang
dari 5 tahun .4
REFLEKSI KASUS

Teori Kasus
Diagnosis Pneumonia
Anamnesis Pada kasus gejala utama
Pada anamnesis didapatkan merupakan sesak nafas sejak 1 hari
manifestasi klinis pneumonia SMRS. Suara nafas dikatakan
adalah demam, sianosis, takipnea, terdengar keras seperti suara
batuk, sesak, nafas cuping hidung, “gerok-gerok”. Keluhan lain
retraksi dinding dada, ronkhi dan berupa batuk berdahak dan pilek
suara nafas yang melemah. Juga sejak 3 hari SMRS (09 Februari
dapat ditanyakan riwayat 2018). Pasien juga mengalami
keluarga yang menderita keluhan demam selama 2 hari namun tidak
yang serupa, riwayat pernah membaik dengan pengobatan.
menerima perawatan dirumah Pasien tidak pernah memiliki
sakit, pemakaian ventilator serta riwayat sesak sebelumnya. Dan
mencari faktor resiko yang keluarga pasien tidak ada yang
mendukung terjadinya pneumonia memiliki keluhan serupa.
seperti faktor gizi, status imunisasi,
pemberian ASI, riwayat penyakit SESUAI DENGAN TEORI
lainnya, maupun faktor lingkungan
dan perilaku.
REFLEKSI KASUS
SESUAI DENGAN TEORI

Teori Kasus
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, umumnya Pada kasus didapatkan adanya
ditemukan demam, takipnea, takipnea, retraksi subcostal dan
tarikan dinding dada bagian suara rhonki pada auskultasi.
bawah ke dalam saat inspirasi,
nafas cuping hidung, stridor saat
anak menarik napas, ronki dan
mengi pada auskultasi.

Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus telah dilakukan
Pemeriksaan penunjang yang
pemeriksaan foto thoraks dan
disarankan adalah pemeriksaan
pemeriksaan darah lengkap sesuai
foto thoraks, pemeriksaan darah
dengan teori namun, tidak
lengkap, dan kultur darah.
dilakukan pemeriksaan kultur
darah
REFLEKSI KASUS

Teori Kasus
Penatalaksanaan Pneumonia
MRS
• 02 sungkup 1-4 lpm
• IVFD Trideks 27B 16 tpm
mikro
• Cefotaxime 3 x 250 mg
(iv)
• Metil prednisolon 3 x 5
mg (iv)
• Nebulizer combivent 1
respul @8 jam
• Sanmol 4 x 7 cc (iv)
Monitoring: VS, perburukan

SESUAI DENGAN TEORI


SIMPULAN
 Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang sudah memenuhi
kriteria untuk di diagnosis dengan
pneumonia. Penatalaksanaan pneumonia pada
kasus sudah sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA
 Anwar, A., Dharmayanti, I. 2014. Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 8, No. 8, 359–365.
 Maharani D., 2014. Hubungan Antara Pencemaran Udara Dalam Ruang Dengan
Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Berkala Epidemiologi. Vol. 2, No. 3, 392–403.
 Kimberly Stuckey-Schrock, MD, Burton L. Hayes, MD, Christa M. George, PharmD.
Community-Acquired Pneumonia in Children. American Academy of Family physician.
2012;Vol.86, No.7, 661–667.
 Rasyid Z., 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia Anak
Balita di RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar. Jurnal Kesehatan. Vol.2, No.3, 136–139.
 World Health Organization. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta: WHO Indonesia. Hal. 86
 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi:
Pneumonia Balita. Jakarta
 Gupte, S. 2009. The Short Textbook of Pediatrics: Eleventh Edition. Chapter 21: Pediatric
Pulmonology. USA: 329
 Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson ilmu kesehatan anak
esensial. Edisi ke-6. Singapura: Elsevier; 2014.
 World Health Organization. Revised WHO classification and treatment of childhood
pneumonia at health facilities. Geneva; 2014
 Kimberly Stuckey-Schrock, MD, Burton L. Hayes, MD, Christa M. George, PharmD.
Community-Acquired Pneumonia in Children. American Academy of Family physician.
2012;86(7):661-667.

Anda mungkin juga menyukai