Anda di halaman 1dari 77

Refleksi kasus

EPIDURAL HEMATOMA
(EDH)

Elpis Husain Bagian Ilmu Bedah


12 16 777 14 136 Fakultas Kedokteran
Universitas Alkhairaat
Supervisor/Pembimbing Palu 2018
dr. Made Wirka., Sp.B
PENDAHULUAN
• Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala
adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat
congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi
atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan
kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.1.2

KLASIFIKASI

Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan


mekanisme Beratnya marfologi
Cont”

• Epidural Hematoma (EDH) merupakan kondisi


yang sering dijumpai pada trauma pada kepala.
• Di Amerika Serikat, kejadian epidural hematoma
1-2% dari trauma kepala (sekitar 40.000 kasus per
tahunnya) dan 10% diantaranya dalam koma.
• Angka mortalitas sekitar 5-43%

Liebeskind, David S., 2012. Epidural Hematoma.


Price, Daniel D., 2012. Epidural Hematoma in Emergency Medicine.
DEFINISI

• Epidural hematoma (EDH)  kumpulan darah di


antara dura mater dan tabula interna karena
trauma.
• Pada penderita traumatik hematoma epidural,
85-96% disertai fraktur pada lokasi yang sama.
• Perdarahan berasal dari pembuluh darah -
pembuluh darah di dekat lokasi fraktur
Berdasarkan kronologisnya hematom epidural
diklasifikasikan : Akut

Sub Akut

Kronik

Liebeskind, David S., 2012. Epidural Hematoma.


Price, Daniel D., 2012. Epidural Hematoma in Emergency Medicine.
ANATOMI
FISIOLOGI OTAK
Cont”
• Doktrin Monroe-Kellie
EPIDEMIOLOGI

• USA : EDH 1-2% dari seluruh kasus trauma kepala


DAN 10% mengakibatkan koma
• Internasional : Tdk ada data, diperkirakan tak
jauh berbeda dgn USA
• Sekitar 60% pendeita EDH  > 20 thn
• Jarang pada usia < 2 thn
• Jarang pada usia > 60 thn
• Laki-laki : perempuan = 4 : 1
ETIOLOGI

1. Trauma kepala
merobek arteri meningea media dan kadang
arteri meningea posterior selain juga bisa
disebabkan oleh perdarahan vena/sinus

2. Komplikasi paska operasi kraniotomi.


perdarahan pasca operasi berasal dari ooziing
vena pada ruang epidural yang berhubungan
dengan lokasi flap pembedahan.

(Al mochdar, saleh. Epidural hematoma. 2005. FKUI. Jakarta. Diunduh


dari :http://www.eprints.lib.ui.ac.id/id/document/829)
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat
terjadi dalam dua tahap Primer

Sekunder

Mekanisme cedera kepala


• peristiwa coup dan
contrecoup.
• Cedera primer yang diakibatkan
oleh adanya benturan pada
tulang tengkorak dan daerah
sekitarnya disebut lesi coup.
• Pada daerah yang berlawanan
dengan tempat benturan akan
terjadi lesi yang disebut
contrecoup.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
memberi
pecahnya
tempat di
pembuluh
fraktur darah arteri
ruang antara
duramater dan
tulang yang
tulang
bertekanan
Benturan tengkorak, yang berada di
tengkorak yang
semakin lama
bawah fraktur
kepala semakin besar
keras PERDARAHAN
EPIDURAL

Perdarahn
pembuluh
dan
Karena gaya darah di
tidak terjadi kumpulan
kompresi bawah
fraktur darah antara
yang timbul tempat
tulang tulang
akibat osilasi benturan
tengkorak tengkorak
indentasi dapat juga
dan
pecah
duramater
Cont”

Merchut, 2014. Trauma to the Nervous


System.http://www.stritch.luc.edu/lumen/MedEd/neurology/TraumaNervousSystem.pdf.
PENEGAKAN DIAGNOSIS

• ANAMNESIS

• PEMERIKSAAN FISIK

• PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Lucid Interval (+)


• Dilatasi pupil ipsilateral
• Hemiparese kontralateral
Cont”
• Glasgow Coma
Scale (GCS)
• Pemeriksaan
N.cranialis
• Pemeriksaan ref.
fisiologi/patologis
Pemeriksaan Penunjang

• Foto Polos Kepala


▫ (+) Fraktur Tulang
• Head CT-Scan
▫ (+) Gambaran hiperdens berbentuk bikonveks, batas tegas
▫ Midline terdorong ke sisi kontralateral
▫ (+) Garis fraktur
• MRI
▫ (+) Massa hiperintens bikonveks yang menggeser posisi
durameter
▫ (+) Batas fraktur

Danhert, W., 2014. Radiology Review Manual.


Fraktur Linier

Foto Polos Kepala

Gambaran Hiperdens
berbentuk bikonveks

Head CT-Scan
Gambaran Hiperintens
berbentuk bikonveks

MRI

Danhert, W., 2014. Radiology Review Manual.


DIAGNOSA BANDING
1. Subdural Hematoma
2. Subarakhnoid hematoma

PENATALAKSANAAN
- Penatalaksanaan cedera kepala meliputi survei primer dan survei
sekunder.
- Survei primer :
- A (airway),
- B (breathing),
- C (circulation),
- D (disability), dan
- E (exposure/environmental control) yang kemudian dilanjutkan
dengan resusitasi.
Pengobatan

• Golongan dexametason (dengan dosis awal 10 mg


kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam),
• mannitol 20% (dosis 1-3 mg/kgBB/hari) 
mengatasi edema cerebri yang terjadi
• fenitoin sedini mungkin (24 jam pertama) 
mencegah timbulnya focus epileptogenic
(profilaksis) & untuk jangka panjang dapat
dilanjutkan dengan karbamazepin.
• Barbiturat  mengatasi tekanan inrakranial yang
meninggi dan mempunyai efek protektif terhadap
otak dari anoksia dan iskemik
Terapi operatif

Indikasi pembedahan:European Brain Injury


consortium (EBIC)
– Simptomatik hematom epidural
– Ukuran:tebal >1 cm
– Midline shift > 5 mm
– Obliterasi cisterna basal/ ventrikel III
– Pembesaran ventrikel lateral
INDIKASI menurut “Guidelines for the
Management of Traumatic Brain Injury“,

• perdarahan epidural dengan volume > 30


ml,tanpa mempertimbangkan GCS.
• ketebalan 15 mm atau lebih, dan
• pergeseran dari garis tengah diatas 5 mm.
Burr holes diagnostik  suatu tindakan
pembuatan lubang pada tulang kepala yang ntuk
mengetahui ada tidaknya perdarahan ekstra aksial,
sebelum tindakan definitif craniotomy dilakukan.

Burr hole eksplorasi:


Sarana diagnostik Bila CT Scan sulit dilakukan

Kriteria klinis:
• • Dilatasi pupil ipsilateral
• • Hemiparese kontralateral
• • Lucid interval/penurunan GCS tiba-tiba
• Pembedahan explorative burrhole  positif 
kraniotomi evakuasi hematoma dan hemostasis
yang cermat.

BURR HOLE
TEKNIK :

• a. Incisi bentuk question mark atau tapal kuda


• b. Burr hole I di daerah yang paling banyak
clothing biasanya di lobus temporal, bila perlu
dilanjutkan dulu kraniektomi kecil dan
evakuasi clothing untuk mengurangi tekanan,
lalu dilanjutkan kraniotomi untuk mengevakuasi
massa.
• c. Bila duramater tegang kebiruan lakukan intip
dura dengan incisi kecil
• d. Kemudian duramater dijahit clan dilakukan
gantung dura
Kasus
IDENTITAS
• Nama : Nn. A.T
• Umur : 22 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Pekerjaan : SMA
• Alamat : Jln. Anoa 1
• Agama : Islam
• Tanggal Pemeriksaan : 04 Maret 2018
• Rumah sakit : RSUD Undata Palu
• Ruangan : Teratai
Primary Survey
• Airway : Paten, jejas di servikal (-). Sumbatan
jalan napas (-), snoring (-)
• Breathing :
▫ Diberikan O2 2 liter
▫ P : 22 x/m
▫ Thorakoabdominal
▫ Ekspansi dinding dada simetris, penggunaan
otot bantu napas, ketraksi (-), krepitasi (-)
▫ Bunyi napas vesikuler, tidak ada bunyi napas
tambahan
• Circulation
▫ Warna kulit normal, konjungtiva anemis (-/-),
racoon eyes (-), battle sign (-)
▫ Nadi : 96 x/menit, reguler, kuat angkat
▫ CRT < 2 dtk
▫ TD : 120/80 mmHg
• Disability
▫ GCS: E4V5M6
▫ Pupil isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tidak langsung
• Exposure
▫ Jejas (-),
▫ Vulnus ekskoriatum
 Hematome regio temporal dextra 3cm x 3 cm.
 Pada regio nasalis lateralis dextra (ukuran ± 1 x
2 cm)
Secondary Survey
ANAMNESIS
• Keluhan utama: nyeri pada kepala
• Anamnesis terpimpin:
Pasien masuk Rumah Sakit Undata dengan keluhan nyeri pada
kepala. Keluhan dirasakan sejak pasien mengalami kecelakaan
motor 2 jam yang lalu (± pukul 21.00) SMRS. Pasien tidak
menggunakan helm dan kepala sempat terbentur. setelah
kecelakaan pasien sempat tidak sadarkan diri kurang lebih 20
menit, setelah sadar pasien tampak bingung dan mengalami
muntah sebanyak 3 kali, muntahan yang keluar berisi makanan
dan tidak bercampur darah. Keluhan lainnya pasien merasakan
pusing (-), nyeri pada dada (-), nyeri perut (-), nyeri pada
tangan (-), nyeri pada kaki (-). BAB lancar dan BAK belum ada
sejak kecelakaan, riwayat keluar darah dari hidung dan telinga
tidak ada.Terdapat benjolan di kepala kanan sekitar 3cm.
• Mekanisme trauma: saat sedang mengendarai sepeda
motor, tiba-tiba dari arah berlawanan muncul
pengendara lainnya, kemudian saling bertabrakan.
Pasien terlempar dari motor yang dibawahnya sejauh ±
1 meter. Kepala pasien sempat terbentur ke tanah, dan
pasien mengaku ada yang menindih hidung pasien,
namun pasien tidak mengetahuinya karena saat
kejadian suasananya gelap.

• Riwayat penyakit dahulu:


Cedera kepala sebelumnya (-), operasi otak sebelumnya (-),
riwayat penyakit tekanan darah tinggi (-), riwayat kencing
manis (-), riwayat sakit jantung (-)
• Kepala
▫ Bentuk : normal, tampak benjolan region temporal dextra 3x3 cm
▫ Kulit kepala: jejas (-), vulnus (-)
▫ Wajah: Simetris, paralisis fasial (-), afek serasi, deformitas (-).
▫ Kulit: jejas (-), vulnus ekskoriatum regio nasalis (+), pucat (-), sianosis (-),
massa (-), turgor <2 detik
▫ Mata
 Racoon eyes (-)
 Pupil: Bentuk isokor, bulat, diameter ± 2mm/2mm, refleks cahaya langsung
+/+ refleks cahaya tidak langsung +/+.
 Konjungtiva: anemis -/-
 Sklera: ikterik (-)
▫ Mulut
 Bibir: sianosis (-), pucat (-)
 Gusi: gingivitis (-)
 Gigi: karies dentis (+)
 Lidah: deviasi lidah (-), lidah kotor (-), tremor (-)
 Tonsil: T1/T1 hiperemis (-)
▫ Telinga : battle sign (-)
• Leher
▫ Inspeksi: jaringan parut (-), massa (-)
▫ Palpasi:pembengkakan kelenjar limfe (-), pembesaran pada
kelenjar tiroid (-), nyeri tekan (-)
• Paru
▫ Inspeksi: pengembangan dinding dada simetris, jejas (-), retraksi
(-), massa (-), cicatrix (-)
▫ Palpasi: nyeri tekan (-), ekspansi paru simetris kiri dan kanan,
vocal fremitus kesan normal.
▫ Perkusi: sonor (+) diseluruh lapang paru, batas paru hepar SIC
VI dextra.
▫ Auskultasi: vesicular +/+, bunyi tambahan (-).
• Jantung
▫ Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
▫ Palpasi: ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula (s),
▫ Perkusi
 Batas atas : SIC II linea parasternal dextra et sinistra
 Batas kanan : SIC V linea parasternal dextra
 Batas kiri : SIC V linea midclavicula sinistra
▫ Auskultasi: bunyi jantung I/II murnireguler, murmur (-), gallop (-).
• Abdomen
▫ Inspeksi: bentuk datar terhadap thorax & symphisis pubis, jejas (-),
massa (-), cicatrix (-).
▫ Auskultasi: peristaltik (+) kesan normal (± 20 kali/menit) diseluruh
kuadran abdomen , Bruit (-), friction rub (-)
▫ Perkusi: timpani (+) diseluruh kuadran abdomen
▫ Palpasi: hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan (-), ginjal tidak teraba.
• Ekstremitas
▫ Atas: jejas (-), vulnus (-), edema (-), akral dingin (-/-
), ROM normal, refleks fisiologis normal, refleks
patologis (-), kekuatan 5/5, tonus normal.
▫ Bawah: jejas (-), vulnus (-), edema (-), akral dingin (-
/-), ROM normal, refleks fisiologis normal, refleks
patologis (-), kekuatan 5/5, tonus normal.
Pemeriksaan neurologi
• GCS : E4M6V5
• N. cranialis: Dalam batas normal
• Tanda-tanda perangsangan selaput otak
• Kaku kuduk: Negatif
• Kernig’s sign: Negatif
• Motorik:
• Pergerakan B B B B
• Kekuatan 5 5 5 5
• Tonus otot N N N N
• Bentuk otot N N N N
• Reflex fisiologi : +/+
• Reflex patologis:
• Hoffman: -/-
• Tromner: -/-
• Babinski: -/-
RESUME
• Pasien perempuan, 22 tahun masuk dengan keluhan cephalgia
post kecelakaan motor 2 jam yang lalu (± pukul 21.00) SMRS.
Pasien tidak menggunakan helm dan kepala sempat terbentur.
Setelah kecelakaan pasien sempat tidak sadarkan diri ± 20 menit,
setelah sadar pasien tampak bingung dan mengalami vomitus
sebanyak 3 kali, muntahan yang keluar berisi makanan dan tidak
bercampur darah. Keluhan lainnya chest pain (-), febris (-). BAB
lancar dan BAK belum ada sejak kecelakaan, riwayat keluar darah
dari hidung dan telinga tidak ada.Terdapat benjolan di kepala
kanan sekitar 3 cm.
• Mekanisme trauma: pasien saling bertabrakan dengan pengendara
lainnya dan kepala pasien terbentur ke tanah. Pasien mengaku
ada yang menindih hidung pasien, namun pasien tidak
mengetahuinya karena saat kejadian suasananya gelap.
• Pemeriksaan:
Kepala: cephal hematoma region temporal dextra 3x3 cm, vulnus
ekskoriatum regio nasalis (+), racoon eyes (-), pupil isokor,
konjungtiva anemis -/-, battle sign (-)
• RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
▫ Laboratorium : darah lengkap
▫ Kimia darah : GDS, Fungsi ginjal (ureum, kreatinin),
elektrolit
▫ Brain Ct-scan

• PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Kimia darah
Ct-Scan

• Epidural hematom
volume kira-kira 38 cc
di lobus temporal
dextra
• Sinusitis sphemoidalis
bilateral
• DIAGNOSIS
Epidural Hematoma (EDH) temporal dextra

• PENATALAKSANAAN
Bed rest dengan elevasi kepala 300
O2 3 lpm
IVFD Nacl 20 tpm
Inj.Ceftriaxone 1 gr/12j/iv
Inj. Ranitidin 50 mg/8j/iv
Inj. Paracetamol 1 gr/8j/iv
Inj. Piracetam 3 gr/8j/iv
Phenytoin 100 mg/8j.iv
Manitol 125 ml/8j
Rencana craniotomy evakuasi hematom tgl 05
maret 2018
Follow up
Senin, tanggal 05 Maret 2018 (PH.1)

S : Sakit kepala (+), demam (-), mual (+), muntah (-) BAB biasa, BAK lancar
O :Keadaan umum : Sakit sedang
Tanda vital : Suhu : 36,9 0C
TD : 110/80
Nadi : 82 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Mata : Conjunctiva : Anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Pupil : Isokor ( 2,5 mm + 2,5mm)
Kepala – Leher : hematoma region temporal dextra 3x3 cm
Hidung : vulnus ekskoriatum regio nasalis (+)
Paru-paru : Auskultasi : Vesikuler(+/+), Rh(-/-), Wh(-/-)
Jantung : Auskultasi : BJ I/II Murni Reguler
Abdomen : Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), Organomegali (-)
A : Epidural Hematoma (EDH) temporal dextra
P : Dilakukan Operasi
Pukul (11.30) Pasien di dorong ke kamar operasi.
Dilakukan pemasangan infus dan pre medikasi :
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm
- Injeksi Ceftriaxone 500 mg/12 jam/iv (Skin test)
Pukul 11. 30 Pasien masuk di kamar operasi.
Laporan Operasi
• Ahli Bedah : dr. Frenkly, Sp.BS
• Anestesiologi : dr. Salsiah, Sp.An
• Lama operasi : 12.05 – 13.30 (1,5 jam)

Laporan operasi
1. Pasien baring supine di meja operasi, kepala noleh kiri, shoulder roll
kanan
2. Desinfeksi area operasi dengan kasa steril dan betadin
3. Preposisi dan dropping area op. secara steril. Injeksi lido-epi di area
incise
4. Incise trauma flap, diseksi flap dan otot secara bersama
5. Identifikasi fraktur temporal dextra. Burrhole 4 lubang dilanjutkan
craniotomy
6. Elevasi bone flap dan evakuasi EDH
7. Jahit dural back up dan bonewax untuk control perdarahan.
8. Kembalikan bone flap dan fiksasi tulang
9. Pasang drain subperiosteal. Jahit fiksasi dan tutup scalp
10. Operasi selesai
• Gambaran lokasi operasi craniotomy nn.A :
Follow up
Selasa, tanggal 06 Maret 2018 (PH.2)

S : Sakit kepala (+), nyeri post op (+), demam (-), mual (-), muntah (-) BAB
biasa, BAK lancer.
O :Keadaan umum : Sakit sedang
Tanda vital : Suhu : 36,5 0C
TD : 120/80
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 22 kali/menit
Mata : Conjunctiva : Anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Pupil : Isokor ( 2,5 mm + 2,5mm)
Kepala – Leher: Normocephal, tampak luka op. tidak mudah berdarah
Hidung : vulnus ekskoriatum regio nasalis (+)
Paru-paru : Auskultasi : Vesikuler(+/+), Rh(-/-), Wh(-/-)
Jantung : Auskultasi : BJ I/II Murni Reguler
Abdomen : Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), Organomegali (-)
A : Epidural Hematoma (EDH) temporal dextra
P ::
- Bed rest dengan elevasi kepala 300
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm
- Inj.Ceftriaxone 1 gr/12j/iv
- Inj. Ketorolac 30 mg/8j/iv
- Inj. Piracetam 3 gr/8j/iv
- Phenytoin 100 mg/8j/iv
- Asam Traneksamat 500 mg/8j/iv
- Manitol 125 ml/8j
Follow up
Rabu, tanggal 07 Maret 2018 (PH.3)

S : Sakit kepala (+) berkurang, nyeri post op (+), demam (-), mual (-),
muntah (-) BAB biasa, BAK lancer.
O :Keadaan umum : Sakit sedang
Tanda vital : Suhu : 36,7 0C
TD : 120/80
Nadi : 90 kali/menit
Respirasi : 22 kali/menit
Mata : Conjunctiva : Anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Pupil : Isokor ( 2,5 mm + 2,5mm)
Kepala – Leher: Normocephal, tampak luka op. tidak mudah berdarah
Hidung : vulnus ekskoriatum regio nasalis (+)
Paru-paru : Auskultasi : Vesikuler(+/+), Rh(-/-), Wh(-/-)
Jantung : Auskultasi : BJ I/II Murni Reguler
Abdomen : Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), Organomegali (-)
A : Epidural Hematoma (EDH)
P ::
- Bed rest dengan elevasi kepala 300
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm
- Inj.Ceftriaxone 1 gr/12j/iv
- Inj. Ranitidin 50 mg/8j/iv
- Inj. Paracetamol 1 gr/8j/iv
- Inj. Piracetam 3 gr/8j/iv
- Phenytoin 100 mg/8j.iv
Follow up
Kamis, tanggal 08 Maret 2018 (PH.4)

S : Sakit kepala berkurang, nyeri post op (-), pusing (+), demam (-), mual (-
), muntah (-) BAB biasa, BAK lancer.
O :Keadaan umum : Sakit sedang
Tanda vital : Suhu : 36,7 0C
TD : 120/80
Nadi : 87 kali/menit
Respirasi : 23 kali/menit
Mata : Conjunctiva : Anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Pupil : Isokor ( 2,5 mm + 2,5mm)
Kepala – Leher: Normocephal, tampak luka op. tidak mudah berdarah
Paru-paru : Auskultasi : Vesikuler(+/+), Rh(-/-), Wh(-/-)
Jantung : Auskultasi : BJ I/II Murni Reguler
Abdomen : Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), Organomegali (-)
A : Epidural Hematoma (EDH)
P ::
- Bed rest dengan elevasi kepala 300
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm
- Inj.Ceftriaxone 1 gr/12j/iv
- Inj. Ranitidin 50 mg/8j/iv
- Inj. Paracetamol 1 gr/8j/iv
- Inj. Piracetam 3 gr/8j/iv
- Phenytoin 100 mg/8j.iv
Follow up
Jum’at, tanggal 09 Maret 2018 (PH.5)

S : Sakit kepala berkurang, nyeri post op (+), demam (-), mual (-), muntah (-
) BAB biasa, BAK lancer.
O :Keadaan umum : Sakit sedang
Tanda vital : Suhu : 36,7 0C
TD : 120/80
Nadi : 90 kali/menit
Respirasi : 22 kali/menit
Mata : Conjunctiva : Anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Pupil : Isokor ( 2,5 mm + 2,5mm)
Kepala – Leher: Normocephal, tampak luka op. tidak mudah berdarah
Paru-paru : Auskultasi : Vesikuler(+/+), Rh(-/-), Wh(-/-)
Jantung : Auskultasi : BJ I/II Murni Reguler
Abdomen : Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), Organomegali (-)
A : Epidural Hematoma (EDH)
P ::
- Bed rest dengan elevasi kepala 300
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm
- Inj.Ceftriaxone 1 gr/12j/iv
- Inj. Ranitidin 50 mg/8j/iv
- Inj. Paracetamol 1 gr/8j/iv
- Inj. Piracetam 3 gr/8j/iv
- Phenytoin 100 mg/8j.iv
Follow up
Sabtu, tanggal 10 Maret 2018

S : Sakit kepala berkurang, nyeri post op (-), demam (-), mual (-), muntah (-
) BAB biasa, BAK lancer.
O :Keadaan umum : Sakit sedang
Tanda vital : Suhu : 36,7 0C
TD : 120/80
Nadi : 90 kali/menit
Respirasi : 22 kali/menit
Mata : Conjunctiva : Anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Pupil : Isokor ( 2,5 mm + 2,5mm)
Kepala – Leher: Normocephal, tampak luka op. tidak mudah berdarah
Paru-paru : Auskultasi : Vesikuler(+/+), Rh(-/-), Wh(-/-)
Jantung : Auskultasi : BJ I/II Murni Reguler
Abdomen : Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), Organomegali (-)
A : Epidural Hematoma (EDH)
P ::
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm
- Inj.Ceftriaxone 1 gr/12j/iv
- Inj. Ranitidin 50 mg/8j/iv
- Inj. Paracetamol 500 mg/8 jam/iv
- Inj. Piracetam 3 gr/8j/iv
- Phenytoin 100 mg/8j/iv
- Mobilisasi duduk sd jalan
- Aff infus
Follow up
Minggu, tanggal 11 Maret 2018

S : Sakit kepala berkurang, nyeri post op berkurang, demam (-), mual (-),
muntah (-) BAB biasa, BAK lancer.
O :Keadaan umum : Sakit sedang
Tanda vital : Suhu : 36,7 0C
TD : 120/80
Nadi : 90 kali/menit
Respirasi : 22 kali/menit
Mata : Conjunctiva : Anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Pupil : Isokor ( 2,5 mm + 2,5mm)
Kepala – Leher: Normocephal, tampak luka op. kering (+)
Paru-paru : Auskultasi : Vesikuler(+/+), Rh(-/-), Wh(-/-)
Jantung : Auskultasi : BJ I/II Murni Reguler
Abdomen : Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), Organomegali (-)
A : Epidural Hematoma (EDH)
P ::
- Cefadroxyl 500 mg 2x1 tab
- Ranitidin 150 mg 2x1 tab
- Paracetamol 500 mg 3x1 tab
- Piracetam 800 mg 3x1 tab
- Phenytoin 100 mg 3x1 tab
- Mobilisasi duduk sd jalan
- Rawat jalan
PEMBAHASAN
Dalam kasus ini kami dapat menegakkan diagnosis
dengan :

Diagnosis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis fisik penunjang
Prinsip
• Cedera kepala  penyebab hampir setengah dari
seluruh kematian akibat trauma  bagian dari
kegawatdaruratan medik
• Pasien datang dengan cedera kepala  primary survey
(ABCDE)  secondary survey
• Penanganan cedera kepala menurut Prof.Satyanegara 
6B
• Pada awal datang pasien dilakukan primary survey dengan
melakukan ABCDE.
• Airway pasien didapatkan paten, tidak ada jejas servikal,
maupun sumbatan jalan napas. Dari Breathing, napas
spontan 22x/menit dipasang nasal kanul O2 2 lpm,
Circulation, nadi regular teraba kuat, tekanan darah 120/80
mmHg. Disability, pasien sadar, GCS E4M6V5, pupil isokor
3mm/3mm, reflex cahaya +/+. Exposure, terdapat
hematoma region temporal kanan 3cm x 3cm.

Sesuai dengan ATLS untuk dilakukan primary survey dulu pada


pasien dengan trauma kepala.
Secondary survey Anamnesis, Pem. Fisik, Pem. Penunjang

Pasien perempuan, 22 tahun masuk dengan keluhan cephalgia


post kecelakaan motor 2 jam yang lalu (± pukul 21.00) SMRS.
Pasien tidak menggunakan helm dan kepala sempat terbentur.
Setelah kecelakaan pasien sempat tidak sadarkan diri ± 20
menit, setelah sadar pasien tampak bingung dan mengalami
vomitus sebanyak 3 kali, muntahan yang keluar berisi makanan
dan tidak bercampur darah. Keluhan lainnya chest pain (-), febris
(-). BAB lancar dan BAK belum ada sejak kecelakaan, riwayat
keluar darah dari hidung dan telinga tidak ada.Terdapat benjolan
di kepala kanan sekitar 3 cm.
Mekanisme trauma: pasien saling bertabrakan dengan
pengendara lainnya dan kepala pasien terbentur ke tanah. Pasien
mengaku ada yang menindih hidung pasien, namun pasien tidak
mengetahuinya karena saat kejadian suasananya gelap
• Pada pemeriksaan fisik pasien ini
▫ Tingkat kesadaran : compos mentis (GCS
E4V5M6)

Berdasarkan GCS 15 dari pasien, pasien digolongkan dalam mild


head injury. .

▫ Kepala
 Jejas (-), vulnus (+) regio nasalis
 Racoon eyes (-), Pupil isokor (+/+), konjungtiva
anemis (-/-)
 Battle sign (-)
ATLS
Cont”
Kemudian pada pasien ini dilakukan pemeriksaan CT
scan dan didapatkan epidural hematoma di temporal
dextra dengan gambaran lesi hiperdens bikonveks
pada region temporal dextra pada 6 slice CT scan
sehingga volume diperkirakan sekitar 38 cc. Sehingga
pada pasien ini didiagnosis dengan cedera kepala
ringan dengan GCS 15 dan Epidural Hemmorhage
temporal dextra 38 cc. Sehingga sesuai dengan
syarat evakuasi EDH yaitu volume di atas 30 cc
tanpa memandang GCS maka pada pasien ini
direncanakan operasi kraniotomi EDH.
Pada pasien sesuai dengan syarat evakuasi EDH
didapatkan volume di atas 30 cc tanpa memandang
GCS maka pada pasien ini direncanakan operasi
kraniotomi EDH. sehingga operasi craniotomy yang
dilakukan dengan teknik insisi temporofrontal,
Post operasi diberikan RL 20 tpm, inj. ceftriaxone
1gr/12j/iv, inj. ketorolac 30 mg/8j/iv, inj.
piracetam 3 gr/8j/iv sebagai neuroprotektor,
phenytoin 100 mg/8j/iv sebagai antikonvulsan,
manitol 25 ml/8j yang bertujuan untuk
mengurangi tekanan intracranial serta dilakukan
elevasi kepala.
Daftar pustaka
• PERDOSSI. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gajah Mada University Pres; 2011
• Charlie dicky Arnold. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Outcome Pasien Pasca
Operasi Hematoma Epidural ( EDH ), 2013. Fakultas kedokteran Universitas Andalas
• ATLS. 2013. Subcommittee; American College of Surgeons’ Committee on
Trauma; International ATLS working group. Advanced trauma life support (ATLS®): the ninth
edition
• Brain Anatomy. http://www.yourarticlelibrary.com/biology/human beings/useful-notes-on-
the-scalp-and-face-of-human-beings-human anatomy/9353/
• Christopher, 2013, Scalp Anatomy. Medscape https://healthbuds.in/surgery-
procedures/craniotomy-for-edh.html diakses tanggal 5 maret 2018 pukul 16.30.
• Steiner LA, Czosnyka M, Piechnik SK, et al. Continuous monitoring of cerebrovascular pressure
reactivity allows determination of optimal cerebral perfusion pressure in patients with
traumatic brain injury. Crit Care Med. Apr 2002;30(4):733-738. PMID: 11940737.
• Jose Maria Pascual, Ruth P. Surgical Management of Severe Closed Head Injury in Adults.
• Merchut, 2014. Trauma to the Nervous
System.http://www.stritch.luc.edu/lumen/MedEd/neurology/TraumaNervousSystem.pdf.
• Slide Kuliah Prof. Amiruddin Aliah, MM, Sp.S. Gejala Klinis epidural hematom .. 2014.
Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin Makassar
• Neurologi klinik, pemeriksaan fisik dan mental, Jakarta : fakultas kedokteran Universitas
Indonesia. 2015 page 17
• Ullman, J. 2016. Epidural Hematomas Treatment & Management. Medscape
• Lee; Oei, S., Manning P., 2015. Guide to the Essential in Emergency Medicine. Second Edition.
Mc. Graw Hill Education: Singapore
Komplikasi
Arteri serebral
Herniasi
anterior, posterior
subfalcine
tersumbat

Infark
EDH serebral

Herniasi ke
Perdarahan
bawah batang
Duret
otak

Palsy nervus III


Herniasi
kranialis
transtentorial
ipsilateral
Mardjono, M. dan Sidharta, P., 2003. Neurologi Klinis Dasar.
Snell R.S., 2006. Neurologi Klinik.

Anda mungkin juga menyukai