Anda di halaman 1dari 18

REMOTE SENSING UNTUK

BENCANA BANJIR
KELOMPOK :
ROMANO AULIA RAHMAN
AZAN KURNIA PAWARNA
PEDRO
APA ITU REMOTE SENSING ??
Remote sensing atau yang lebih dikenal dengan penginderaan jauh
adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau
fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak
dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah
objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari
pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain).
APA ITU BANJIR ???
Banjir merupakan peristiwa tergenangnya daratan karena volume air
meningkat.
Penyebab banjir antara lain :
1. Berasal dari alam, manusia dan lingkungan

2. Hujan, luapan air yang terjadi pada sungai

3. Faktor hancurnya retensi DAS

4. Pendangkalan sungai

5. Kesalahan tata wilayah dan pembangunan


PENANGGULANGAN BANJIR
Penanggulangan banjir dapat dilakukan dengan cara, yaitu :
Cara penanggulangan banjir dapat melakukan pemetaan
daerah-daerah yang memiliki tingkat bahaya banjir.
TUJUAN
Mengidentifikasi wilayah yang rawan terhadap banjir di
Kabupaten Indramayu berdasarkan parameter-parameter
yang mendukung terhadap terjadinya banjir serta melakukan
penyajian berupa peta.
METODOLOGI
1. DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini data Landsat tahun 2002 dilakukan
pengolahan data klasifikasi liputan lahan untuk mengetahui kondisi liputan lahan
sebelum terjadi peru- bahan, data Spot 5 tahun 2010 dilaku- kan pengolahan data
klasifikasi liputan lahan untuk mengetahui kondisi liputan lahan sekarang. Data
DEM untuk analisis kondisi wilayah atau topografi, peta tanah dan peta land
system juga digunakan sebagai salah satu input dalam pembuatan pemodelan
bahaya banjir.

2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa multi- kriteria
dengan melihat faktor utama penyebab banjir di suatu wilayah. Analisis banjir juga
akan dilakukan untuk melihat daerah bahaya banjir akibat liputan lahan di
wilayah hulu.
PEMBOBOTAN DAN SKORSING PADA
MASING MASING VARIABEL
No. Variable Kriteria Skoring Bobot
1. Iklim/Curah Hujan Curah Hujan >300 5 16
(CH) Curah Hujan 200 – 300 mm 4
Curah Hujan 100 – 200 mm 3
Curah Hujan 50 – 100 mm Curah Hujan < 50 mm 2
1
2 Liputan Lahan (PL) Permukiman/lahan terbuka/ sungai 5 19
Sawah/tambak/mangrove Ladang/tegalan/kebun 4
Semak belukar/pasir Hutan 3
2
1
3 Bentuk Lahan, Lereng (L) Datar–Landai 0 – 8% 5 22
Berombak 8 – 15% 4
Agak Curam, Bergelombang, Berbukit 15 – 25% 3
Curam–Sangat Curam 25 – 45%
Terjal–Sangat Terjal >45% 2
1
4. Sistem lahan (SL) Dataran gabungan Muara (KJP), Rawa (MKS) 5 27
Dataran bergelombang (AAR) Punggung bukit kecil
(LAR) Teras berkarang (PSI) 4
3
Teras karstik (SKN)
2
1
5. Elevasi (E) 0– 50 m 5 16
50– 100 m 4
100 – 150 m 3
150– 200 m 2
>250 1
PERHITUNGAN BOBOT DALAM MODEL
BAHAYA BANJIR
 Perhitungan bobot bahaya banjir menggunakan Composite Mapping
Analysis (CMA), berdasarkan frekuensi kejadian banjir yang terjadi di
lapangan, rata-rata curah hujan, liputan lahan, kelerengan, sistem
lahan, dan ketinggian.
 Kejadian banjir di Sampang dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun
2002 sampai dengan tahun 2011.
DATA DAERAH BANJIR

Tahu
Desa/Kel.
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Panggung - - - - -

Pasean - - -

Gunung Madah - - - -

Dalpenang - - -

Aengsareh - -

Gunung Sekar - -
Tanggumong -

Pekalongan -

Kamuning - -
Banyumas -
PEMETAAN DAERAH SERING BANJIR

Gambar disamping menunjukan


berapa kali suatu desa atau daerah
mengalami bencana banjir.
Dari gambar disamping kita dapat
mengetahui desa mana saja yang sering
mengalami bencana banjir.
CURAH HUJAN
Gambar disamping merupakan
data curah hujan setiap daerah. Hasil
rata-rata curah hujan setiap daerah
adalah 200-300mm.
yang dimaksut satuan
(milimeter)mm adalah , genangan
pertahun pada 1m² mencapai berapa
(milimeter) mm .
PETA TATA GUNA
LAHAN

Manfaat dari peta tata guna


lahan ilaha, kita dapat membedakan
daerah yang rawan bencana banjir
melalu tata guna lahan-Nya.
KELERENGAN
Kondisi lereng di
Kecamatan Sampang dihasilkan
dari hasil ekstraksi Digital Elevation
Model – Shuttle Radar Topographic
Mapping (DEM-SRTM), dimana
Wilayah Kecamatan Sampang
terdiri dari 4 kelas lereng, yang terdiri
darikelas 0-8 %, 8-15 %, 15-25 %, dan
25-45 %, dimana Kecamatan
Sampang ini didominasi oleh lereng
dengan kelas 0-8 % dan kelas 8-15
%, sedangkan lereng dengan kelas
15-25 % dan 25-45
% hanya sebagian kecil saja dariluas
Kecamatan Sampang.
SISTEM LAHAN
Sistem lahan yang ada di Kecamatan
Sampang terdiri dari 4 sistem lahan, antara lain:
dataran bergelombang, dataran gabungan, rawa, teras
belakang, dan teras karsik. Sistem lahan diKecamatan
didominasioleh dataran gabungan dan teras berkarang,
sedangkan dataran bergelombang, teras karstik dan
rawahanya sebagiankecil saja. Sistemlahan dalam kelas
rawa berlokasi di bagian selatan dari Wilayah
Kecamatan Sampang.
POTENSI BANJIR
Berdasarkan frekuensi kejadian
banjir yang terjadi di lapangan, rata-rata
curah hujan, liputan lahan, kelerengan,
sistem lahan, dan ketinggian.
Berikut adalah hasil perhitungan
mean dan hasil daerah yang berpotensi
hujan mulai dari potensi Rendah – Tinggi.
Bisa dilihat dari gambar diatas , Sebelah kiri adalah citra sungai di Kabupaten Garut sebelum banjir ,
Dan yang disebelah kanan adalah citra sungai sesudah mengalami banjir bandang, terlihat
beberapa Spot yang berbeda atau tergerus karena dampak banjir bandang.
Berikut adalah contoh citra penginderaan jauhBisa dilihat dari gambar diatas , Sebelah kiri adalah citra
sungai di Kabupaten Garut sebelum banjir ,
Dan yang disebelah kanan adalah citra sungai sesudah mengalami banjir bandang, terlihat beberapa
Spot yang berbeda atau tergerus karena dampak banjir bandang.

Anda mungkin juga menyukai