Anda di halaman 1dari 25

Keaadan yang meningkatkan jumlah

sel eritrosit
• DEFINISI
 POLISITEMIA
Polisitemia berasal dari bahasa Yunani: poly (banyak),
cyt (sel), dan hemia (darah). Jadi, polisitemia berarti
peningkatan jumlah sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit)
di dalam darah.
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan
sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang.
Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di
mana tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah merah.
Orang dengan polisitemia memiliki peningkatan hematokrit,
hemoglobin, atau jumlah sel darah merah di atas batas
normal melebihi 6 juta/ mm atau hemoglobinnya melebihi
18 g/dl.
• Polisitemia Primer:
polisitemia primer peningkatan sel darah merah
adalah karena masalah yang melekat. Polisitemia
primer dikarenakan sel benih hematopoietik mengalami
proliferasi berlebihan tanpa perlu rangsangan dari
eritropoietin atau hanya dengan kadar eritropoietin
rendah.
Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi
karena rangsangan eritropoietin yang adekuat.
Polisitemia vera adalah contoh polisitemia primer.
Jumlah sel darah merah atau eritrosit manusia
umumnya berkisar antara 4 hingga 6 juta per mikroliter
darah. Jumlah ini yang terbanyak dibandingkan dengan
sel darah lainnya. Namun, jumlah sel darah merah bisa
melebihi batas normal. Kondisi ini dikenal dengan
sebutan polisitemia vera.
• Polisitemia sekunder:
proliferasi eritrosit disertai peningkatan
kadar eritropoietin. Jadi, berbanding terbalik
dengan polisitemia primer. Peningkatan massa
sel darah merah lama kelamaan akan mencapai
keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin
kembali ke batas normal. Contoh polisitemia
sekunder fisiologis adalah hipoksia.
Polisitemia sekunder umumnya terjadi
sebagai respon terhadap faktor-faktor lain atau
kondisi yang mendasarinya atau gangguan,
seperti tumor hati, tumor ginjal atau sindroma
Cushing.
• ETIOLOGI
1. Polisitemia primer
Polisitemia Primer terjadi di sekitar 2
pada setiap 100.000 orang. Penyebabnya tidak
diketahui. Namun, polisitemia ini hadir saat
lahir, biasanya disebabkan oleh kelainan
genetik warisan yang abnormal menyebabkan
tingkat tinggi prekursor sel darah merah.
2. Polisitemia sekunder
polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai
respon terhadap faktor-faktor lain atau kondisi yang
mendasarinya atau gangguan, seperti:
a. tumor hati,
b. tumor ginjal atau sindroma Cushing
c. peningkatan eritropoietin (EPO) produksi, baik dalam
respon terhadap hipoksia kronis (kadar oksigen rendah)
atau dari tumor mensekresi eritropoietin
d. perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di
tempat yang tinggi, penyakit paru-paru parah, dan
penyakit jantung.
Bila ada kekurangan oksigen, tubuh merespon dengan
memproduksi lebih banyak sel darah merah yang
membawa oksigen ke sel-sel tubuh.
Keaadan yang menurunkan jumlah sel
eritrosit
• DEFINISI
 Anemia
artinya kekurangan darah, dimana keadaan saat
jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung
hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh.
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi
hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5 g/dL atau
hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan
konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang
dari 36% pada perempuan.
• Etiologi
1. Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya
pada penyakit : gangguan sistem imun,
talasemia.
2. Penurunan produksi eritrosit, contohnya
pada penyakit anemia aplastik, kekurangan
nutrisi.
3. Kehilangan darah dalam jumlah besar,
contohya akibat perdarahan akut,
perdarahan kronis, menstruasi, ulser kronis
dan trauma
• Klasifikasi anemia akibat gangguan Eritropoiesis
1. Anemia defisiensi Besi: Tidak cukupnya suplai besi
mengakibatkan defek pada sintesis Hb, mengakibatkan
timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan
mikrositer.
2. Anemia Megaloblastik: Defisiensi folat atau vitamin B12
mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek
pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran
prekursor sel darah (megaloblas) di sumsum tulang,
hematopoiesis yang tidak efektif, dan pansitopenia.
3. Anemia Aplastik: Sumsum tulang gagal memproduksi sel
darah akibat hiposelularitas, hiposelularitas ini dapat
terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadap
obat atau virus, dan defek pada perbaikan DNA serta
gen.
4. Anemia Mieloptisik: anemia yang terjadi akibat
penggantian sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel tumor,
kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan
eritroid pada tahap awal.
• Klasifikasi berdasarkan ukuran sel
1. Anemia mikrositik : penyebab utamanya
yaitu defisiensi besi dan talasemia
(gangguan Hb).
2. Anemia normositik : contohnya yaitu
anemia akibat penyakit kronis seperti
gangguan ginjal.
3. Anemia makrositik : penyebab utama yaitu
anemia pernisiosa, anemia akibat konsumsi
alcohol, dan anemia megaloblastik
Keaadan yang meningkatkan jumlah
sel leukosit
• Alergi. Leukositosis juga terkait dengan reaksi kekebalan
tubuh yang berupa hipersensitifitas atau alergi, misalnya
pada seseorang yang memiliki asma dan serangan alergi
lainnya.
• Penyakit Sum-sum Tulang. Beberapa kasus leukositosis
yang paling serius dan mengancam kehidupan yaitu yang
berhubungan dengan penyakit sumsum tulang.
• Kanker. Ketika ditemukan leukosit tinggi lebih dari 30.000
per mm kubik, hal bisa disebabkan oleh adanya keganasan
atau kanker pada sumsum tulang yang mendasari,
termasuk leukemia atau kanker darah.
• Penyebab leukosit tinggi lainnya termasuk stres fisik dan
psikis, asupan obat-obatan tertentu seperti lithium dan
beta agonis, operasi pengangkatan limpa, anemia
hemolitik.
• Neutrofil nilai normal: 40-60%, jika tinggi
disebut Neutrofilia
• Neutrofilia
jumlah neutrofil yang meningkat merupakan
reaksi tubuh dalam melawan infeksi atau zat asing
yang bersifat akut. Infeksi oleh bakteri, virus,
jamur, dan parasit semua dapat meningkatkan
jumlah neutrofil dalam darah.
Neutrofil juga dapat meningkat pada orang
yang memiliki cedera, seperti patah tulang pinggul
atau luka bakar. Gangguan inflamasi, termasuk
penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis,
Beberapa obat, seperti kortikosteroid, dan
leukimia, juga mengakibatkan peningkatan jumlah
neutrofil dalam darah.
• Limfosit nilai normal: 20-40%, jika tinggi
disebut Limfositosis
• Limfositosis
Jumlah limfosit yang tinggi bisa
disebabkan oleh respon terhadap infeksi,
terutama oleh virus.Beberapa infeksi bakteri,
seperti tuberkulosis, juga dapat meningkatkan
jumlah leukosit limfosit. Bisa juga disebabkan
oleh limfoma, leukemia limfositik akut atau
kronis, penyakit Graves (hipertiroid) dan
penyakit Crohn (radang usus).
• Eosinofil nilai normal: 1-4%, jika tinggi
disebut Eosinofilia
• Eosinofilia
Merupakan sel darah putih yang banyak
berpartisipasi dalam reaksi imunologi dan
alergi. Oleh karena itu penyebab eosinofil
tinggi termasuk gangguan imunologi seperti
arthritis, reaksi alergi, infeksi parasit, dan
kondisi kulit seperti ruam kulit.
• Monosit nilai normal: 2-8%, jika tinggi
disebut Monositosis
• Monositosis
Dapat disebabkan oleh infeksi bakteri
(tuberkulosis, endokarditis bakerialis subakut,
brucellosis), infeksi virus (mononucleosis),
sifilis, infeksi protozoa, infeksi riketsia,
keganasan, sarkoidosis, dan autoimun.
• Basofil nilai normal: 0,5-1%, jika tinggi
disebut Basophilia
• Basophilia
peningkatan abnormal dalam jumlah
basofil dalam darah , yang terjadi dalam
beberapa jenis leukemia , anemia berat , dan
gangguan lainnya .
Keaadan yang menurunkan jumlah sel
leukosit
• Neutropenia
Merupakan kondisi dimana jumlah dari
neutrophils dalam aliran darah berkurang.
Neutrophils adalah tipe dari sel darah putih
juga dikenal sebagai polymorphonuclear
leukocytes atau PMNs. Neutropenia
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi-infeksi.
• Infeksi-infeksi (lebih umum infeksi-infeksi virus,
namun juga infeksi-infeksi bakteri atau parasit).
Contoh-contoh termasuk: HIV, tuberculosis,
malaria, Epstein Barr virus (EBV);
• Obat-obat yang mungkin merusak sumsum
tulang (bone marrow) atau neutrophils,
termasuk kemoterapi kanker;
• Kekurangan-kekurangan vitamin (megaloblastic
anemia yang disebabkan oleh kekurangan
vitamin B12 dan/atau folate);
• Penyakit-penyakit dari sumsum tulang seperti
leukemia-leukemia, myelodysplastic syndrome,
aplastic anemia, myelofibrosis;
• Terapi Radiasi;
• Penyakit-penyakit bawaan (sejak lahir) dari
fungsi sumsum tulang atau dari produksi
neutrophil, contohnya, Kostmann syndrome;
• Penghancuran autoimmune dari neutrophils
(sebagai kondisi primer atau berhubungan
dengan penyakit lain seperti Felty's syndrome)
atau dari obat-obat yang menstimulasi sistim
imun untuk menyerang sel-sel;
• Hypersplenism, yang merujuk pada perampasan
yang meningkat dan/atau penghancuran dari
sel-sel darah oleh limpa (spleen).
Keaadan yang meningkatkan jumlah
sel trombosit
• Trombositosis
• Trombositosis adalah bila jumlah trombosit lebih besar dari 450 x
109/L. Trombositosis ini umumnya terlihat sebagai reaksi
terhadap penyakit akut atau kronik (reaktif trombositosis)
Penyebab trombositosis dapat bersifat primer maupun sekunder
• Trombositosis primer terdapat pada kelainan myeloproliferatif,
dalam hal ini jumlah trombosit tinggi tapi terdapat gangguan
fungsi. Dari seluruh kelainan myeloproliferatif trombositemia
esensiel mempunyai nilai trombosit tertinggi, hingga 1 juta x 109
platelet/L.
• Penyebab trombositosis sekunder meliputi : kehilangan darah
akut dan kronik, keganasan, penyakit inflamatori kronik (contoh
rhematoid arthritis), pasca spleenektomi dan anemia defisiensi
besi.
• Referensi:
Mazza, Joseph J, 2002. Manual of Clinical Hematology, 3rd
Edition. Lippincott William & Wilkins.
Keaadan yang menurunkan jumlah sel
trombosit
• Trombositopenia
• Trombositopenia adalah suatu keadaan
jumlah trombosit dalam sirkulasi darah
dibawah batas normal . Dalam hal ini,
trombositopenia secara khusus didefinisikan
sebagai jumlah trombosit kurang dari
100.000 trombosit/uL. Jumlah yang
trombosit rendah trombositopenia, dapat
disebabkan oleh berbagai keadaan.
• Secara umum, dapat dibagi menjadi:
1. Penurunan produksi trombosit
2. Peningkatan kerusakan atau konsumsi
trombosit
3. Peningkatan sekuestrasi trombosit oleh
limpa atau kombinasi dari mekanisme
tersebut
• Penurunan produksi trombosit biasanya terkait
dengan masalah di sumsum tulang
(agranulositosis). Pada sebagian besar kondisi
ini, produksi sel darah merah dan sel darah
putih(lekosit) juga mungkin akan menurun.
• Anemia aplastik adalah istilah umum yang
digunakan bila sumsum tulang gagal
menghasilkan sel darah (eritrosit, lekosit, dan
platelet), juga disebut pansitopenia. Hal ini
dapat juga disebabkan oleh beberapa infeksi
virus (parvovirus atau HIV), obat (preparat
emas, kloramfenikol, Dilantin, valproate
(Depacon), radiasi, atau yang jarang kongenital
(anemia Fanconi).
• Kanker dari sumsum tulang dan sel darah
(leukemia) atau kanker kelenjar getah bening
(limfoma) dapat menyebabkan berbagai
keadaan trombositopenia.
• Kanker dari organ lain terkadang bisa
menginfiltrasi sumsum tulang dan
menyebabkan gangguan produksi trombosit.
• Penggunaan alkohol jangka panjang dapat
menyebabkan toksisitas langsung pada
sumsum tulang.
• Defisiensi vitamin B12 dan asam folat dapat
mengakibatkan produksi trombosit yang
rendaholeh sumsum tulang
• Obat kemoterapi sering menyebabkan
penekanan sumsum tulang berakibat
trombositopenia.
• Selain kemoterapi, beberapa obat lain dapat
menekan produksi trombosit, seperti diuretik
thiazide.
• Infeksi virus yang mempengaruhi sumsum
tulang misalnya: parvovirus, rubella,
mumps,varicella (cacar air), hepatitis C, virus
Epstein-Barr, dan HIV.

Anda mungkin juga menyukai