Anda di halaman 1dari 73

ORANG

PRIBADI

ILUSTRASI Warisan Blm


Terbagi*)
Reff. Pasal 2 UU 17/2000 sttd
UU No. 36/2008
Badan

Bentuk
Usaha
Tetap
(BUT)

Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subyektif yang kewajiban pajaknya melekat
pada Subyek Pajak bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut dimaksudkan tidak
untuk dilimpahkan kepada Subyek Pajak lainnya.
(P2A UU 17/2000 sttd UU 36/2008)
SUBYEK PAJAK DALAM NEGERI

Orang Pribadi
Orang Pribadi dikatakan sebagai SPDN apabila memenuhi syarat :
• Bertempat tinggal di Indonesia, atau
• Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu `12 bulan
atau
• Berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk tinggal di Indonesia.

Warisan Belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang


berhak
Mengikuti status pewaris dan pemenuhan kewajiban perpajakan
digantikan oleh warisan tersebut
SUBYEK PAJAK LUAR NEGERI

Subjek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri adalah :


• Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia ,atau
• Berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan
Tetapi memperoleh Penghasilan dari Indonesia baik melalui maupun
tidak melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT).

• Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang digunakan oleh OP
yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau OP yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
.
(P2(5) UU 17/2000 sttd UU 36/2008)
PERBEDAAN SPDN dan SPLN

SUBYEK PAJAK DN SUBYEK PAJAK LN


Dikenakan pajak atas penghasilan yang Dikenakan pajak hanya atas penghasilan
diterima atau diperoleh dari Indonesia yang berasal dari sumber penghasilan di
maupun dari luar Indonesia (world wide Indonesia.
income)
Penghasilan yang dikenakan pajak adalah Penghasilan yang dikenakan pajak
penghasilan netto dengan tarif umum adalah penghasilan bruto dengan tarif
sepadan, kecuali WPLN tersebut
menjalankan usaha melalui Bentuk
Usaha tetap di Indonesia dimana BUT
memiliki kewajiban pajak yang sama
dengan WPDN.
Wajib menyampaikan SPT Tidak wajib menyampaikan SPT karena
kewajiban pajaknya dipenuhi melalui
pemotongan pajak yang bersifat final.
WARISAN BELUM TERBAGI

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan Subyek


Pajak Pengganti. Adapun pihak yang digantikan adalah mereka yang
berhak, yaitu ahli waris.

Warisan menjadi Subyek Pajak Dalam Negeri apabila warisan yang


ditinggalkan oleh SPDN tersebut belum terbagi, dan menggantikan
kewajiban pewaris, sampai warisan tersebut dibagi.

(P2(3) UU 17/2000 sttd UU 36/2008)


DIKECUALIKAN SEBAGAI SUBJEK PPh ORANG PRIBADI

• Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain


dari negara asing dan orang orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja dan bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat :
Bukan WNI, tidak memperoleh penghasilan lain dari Indonesia dan
negara ybs memberikan perlakuan timbal balik.

•Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan


oleh Menteri Keuangan dengan syarat :
Bukan WNI dan tidak memperoleh penghasilan lain dari Indonesia

(P2(3) UU 17/2000) sttd UU No.36/2008


KEWAJIBAN SUBYEKTIF

Subyek Pajak Mulai Berakhir


Orang Pribadi - SPDN Saat Dilahirkan / Berniat Meninggal Dunia /
Tinggal / Hari Pertama di Ind. Meninggalkan Ind. Utk
selama2nya.
Warisan Yg Blm Terbagi Saat Timbulnya *. (Pewaris Saat Warisan itu dibagi ke
Meninggal) ahli warisnya
Orang Pribadi - SPLN Saat menjalankan usaha/ Saat tidak lagi menerima atau
melakukan kegiatan/ menerima/ memperoleh penghasilan
memperoleh penghasilan dari dari Indonesia
Indonesia
Bagaimana pendapat anda ?
• Honor yang diterima Maroon 5 saat manggung di
Jakarta
• Penghasilan diterima para TKI yg menetap di LN
sesuai masa kontrak
• Hadiah yang diterima Rio Haryanto saat menjadi
juara GP2 di Russia

9
Obyek Pajak Penghasilan OP : PENGHASILAN
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima/diperoleh wajib pajak (orang pribadi), baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang
dapat dipakai untuk konsumsi/menambah kekayaan wajib
pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
(Pasal 4(1) UU Nomor 17 /2000 sttd UU no. 36/2008)
Ph dari Penghasilan Neto & Ph.
Kena Pajak
LN

Ph. Dari Ph. DN Sehub.


Luar Negeri Pekerjaan
Pengha
silan

Ph. DN
Ph. DN
Sehub. Usaha / Pek.
Ph Dari Lainnya Bebas
DN
PENGHASILAN

Dari segi pengenaan Pajak, Penghasilan dibagi menjadi :

 Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak


 Penghasilan Yang Merupakan Objek Pajak, terdiri dari :

 Dikenakan PPh Final


 Tidak dikenakan PPh Final
Penghasilan Bukan Objek PPh yg diterima WP OP
Pasal 4 ayat (3) UU PPh
No Jenis Phslan Syarat

1 Bantuan / tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
Sumbangan pihak-pihak yang bersangkutan

2 Hibah diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat
3 Warisan

5 Bagian Laba CV yg modalnya tdk terbagi atas Saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif

6 Klaim Asuransi Kesehatan, Kecelakaan, Jiwa, Dwiguna, Beasiswa


6 Natura & dari Wajib Pajak atau Pemerintah kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang
Kenikmatan dikenakan pajak secara final atau WP yang menggunakan norma penghit. khusus(
deemed profit) Psl 15 UU PPh
7 Beasiswa - di terima oleh WNI dari WP Pemberi beasiswa.
-Pendidikan formal dan/atau non formal di dalam dan diluar negeri
-Penerima beasiswa tidak mempunyai hubungan istimewa dengan 13pemilik,
komisaris direksi atau pengurus dari WP yang memberikan beasiswa
Penghasilan Bukan Objek PPh yg diterima WP OP
Pasal 4 ayat (3) UU PPh

No Jenis Phslan Syarat

8 Bantuan atau santunan yang dibayarkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sesuai Peraturan
Menteri Keuangan
9 WNI Yang bekerja sebagai official pada dan hanya memperoleh penghasilan dari badan badan
internasional tertentu

14
Penghasilan Yang Merupakan Objek Pajak

Terdiri dari :

Penghasilan dikenakan PPh Final


Dikenakan pajak saat transaksi dengan tarif tertentu dan diakhir tahun
cukup dilaporkan dalam SPT Tahunan

 Penghasilan Tidak Dikenakan PPh Final


Diakhir tahun dilaporkan dalam SPT tahunan dan dihitung kembali pajak
yang terutangnya
Penghasilan dikenakan/dipotong PPh Final
Pasal 4 ayat (2) UU PPh
No Jenis PPh
1. Bunga Tabungan/Deposito, Jasa Giro (kecuali saldo s.d. Rp7,5jt) 20%
2. Transaksi/Penjualan saham di bursa efek 0,1%
3. Hadiah Undian 25%
4. Dividen 10%
5. Sewa tanah dan/atau bangunan 10%
6. Revaluasi aktiva tetap 10%
7. Honor PNS Golongan III/a ke atas 15%
8. Pengalihan Hak Tanah/Bangunan 5%
(kecuali s.d. Rp 60jt & tdk ber-NPWP)
9. Bunga/Diskonto obligasi di Bursa Efek 15%
10. Bunga Simpanan Koperasi (kecuali s.d. Rp 240.000) 10%
11. Transaksi kontrak berjangka di bursa 2,5%
12. Uang Pesangon, Pensiun, THT,JHT Sekaligus (kecuali s.d. Rp 25jt) Progresif
16
13. Diskonto SBI/SUN 20%
Penghasilan Yang Merupakan Objek Pajak

Penghasilan Tidak Dikenakan PPh Final :


 Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh
 Hadiah sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
 Laba usaha
 Keuntungan karena penjualan/pengalihan harta
 Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah biayakan
 Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
 Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dari
perusahaan assuransi ke pemgang polis dan SHU Koperasi
 Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
 Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
 Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,
 Keuntungan karena pembebasan hutang kecuali sampai jumlah tertentu
yang ditetapkan Peraturan Pemerintah
 Keuntungan selisih kurs mata uang asing
Selisih lebih penilaian kembali aktiva
 Premi Assuransi
Penghasilan Yang Merupakan Objek Pajak

Penghasilan Tidak Dikenakan PPh Final :

 iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang


terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
 tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
 penghasilan dari usaha yang berbasis syariah;
imbalan bunga sesuai UU KUP (diatur dalam SE-04/PJ.42/2002 tanggal 2
April 2002);
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Berlaku mulai tanggal 1 Juli 2013. Diberlakukan atas Penghasilan dari Usaha
yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki Peredaran Bruto
Tertentu.

WP OP yang memiliki peredaran bruto tertentu kriterianya adalah :

 Wajib Pajak Orang Pribadi tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap


Menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto tidak melebihi
4,8 Milyar, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan
pekerjaan bebas.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Tidak termasuk Wajib Pajak orang pribadi yang dikenakan aturan PP 46 Tahun 2013
adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
dan/atau jasa yang dalam usahanya:

 menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang
menetap maupun tidak menetap; dan
 menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang
tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Peredaran bruto yang tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 diatas ditentukan


berdasarkan peredaran bruto dari usaha seluruhnya, termasuk dari usaha cabang,
tidak termasuk peredaran bruto dari:

 jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas;


 penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri;
 usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat
final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri; dan
 penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas meliputi :

 tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
 pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan peragawati,
pemain drama, dan penari;
 olahragawan
 penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
pengarang, peneliti, dan penerjemah;
agen iklan;
pengawas atau pengelola proyek;
Perantara;
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

 petugas penjaja barang dagangan;


 agen asuransi; dan
 distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau
penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

TARIF PAJAK PP 46 TAHUN 2013

Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk menghitung Pajak Penghasilan yang
bersifat final adalah jumlah Peredaran Bruto setiap bulan.

Pajak Penghasilan Terutang = Peredaran Bruto Setiap Bulan X 1%


Untuk setiap tempat usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Prinsip Prinsip dalam Pelaksanaan PP Nomor 46 Tahun 2013

 Pengenaan Pajak Penghasilan Final didasarkan pada jumlah Peredaran Bruto dari
usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yang
bersangkutan.

Misal :
Tn. Anton terdaftar sebagai wajib pajak pada tahun 2010. Peredaran Bruto usaha
untuk tahun 2012 adalah Rp. 3 Milyar. Maka untuk tahun 2013 sejak 1 Juli
dikenakan PPh Final 1 %.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Prinsip Prinsip dalam Pelaksanaan PP Nomor 46 Tahun 2013

 Pengenaan Pajak Penghasilan Final didasarkan pada jumlah peredaran bruto


Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak berlakunya Peraturan Pemerintah ini
yang disetahunkan, dalam hal Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak berlakunya
Peraturan Pemerintah ini meliputi kurang dari jangka waktu 12 (dua belas) bulan

Misal :
Tn. Anton terdaftar sebagai wajib pajak pada bulan Maret 2012. Peredaran Bruto
usaha untuk bulan Maret s/d Desember 2012 adalah sebesar Rp. 3 Milyar. Maka
untuk tahun 2013 sejak 1 Juli dikenakan PPh Final 1 %.
Peredaran usaha disetahunkan :
Rp. 3 Milyar x 12/10 = Rp. 3,6 Milyar
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Prinsip Prinsip dalam Pelaksanaan PP Nomor 46 Tahun 2013

Pengenaan Pajak Penghasilan Final didasarkan pada jumlah peredaran


bruto dari bulan saat Wajib Pajak terdaftar sampai dengan bulan sebelum
berlakunya Peraturan Pemerintah ini yang disetahunkan, dalam hal Wajib
Pajak terdaftar pada Tahun Pajak yang sama dengan Tahun Pajak saat
berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

Misal :
Tn. Dibyo terdaftar sebagai wajib pajak pada bulan Januari 2013. Peredaran
Bruto usaha untuk tahun 2013 dari Januari s/d Juni adalah sebesar Rp. 2
Milyar. Maka untuk tahun 2013 sejak 1 Juli dikenakan PPh Final 1 %.
Peredaran usaha disetahunkan :
Rp. 2 Milyar x 12/6 = Rp. 4 Milyar
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Prinsip Prinsip dalam Pelaksanaan PP Nomor 46 Tahun 2013

 Pengenaan Pajak Penghasilan Final didasarkan didasarkan pada jumlah


peredaran bruto pada bulan pertama diperolehnya penghasilan dari usaha
yang disetahunkan, dalam hal Wajib Pajak yang baru terdaftar sebagai Wajib
Pajak sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
Misal :
Tn. Dibyo terdaftar sebagai wajib pajak pada bulan November 2013.
Peredaran Bruto usaha untuk bulan November 2013 Rp. 300 juta. Maka untuk
tahun 2013 bulan November dan Desember dikenakan PPh Final 1 %.
Peredaran usaha disetahunkan :
Rp. 300 juta x 12 = Rp. 3,6 Milyar
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Prinsip Prinsip dalam Pelaksanaan PP Nomor 46 Tahun 2013

 WP OP yang telah dikenakan PPh Final 1 % ditahun berjalan tetapi kemudian


omset ditahun berjalan telah melebihi 4,8 Milyar maka untuk bulan bulan
selanjutnya di tahun tersebut tetap dikenakan PPh Final 1 %.
Misal :
Tn Gugum melaporkan SPT Tahunan 2013 dengan Peredaran Usaha sebesar Rp. 4
Milyar, sehingga untuk tahun 2014 pengenaan PPhnya sebesar 1 % Final.
Peredaran Usaha Janauri s/d Oktober 2014 adalah sebesar Rp. 5 Milyar. Maka untuk
bulan Oktober sd Desember 2014 pengenaan pajaknya tetap 1 % Final.
Tetapi untuk tahun pajak 2015, karena Peredaran Usaha tahun 2014 telah melebihi
4,8 Milyar maka pengenaan pajak tidak final dan dihitung dengan tarif Pasal 17.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Kompensasi Kerugian
Berdasarkan Pasal 6 ayat 2 UU PPh :
Apabila penghasilan bruto setelah dikurangi dengan pengurangan yang
diperbolehkan menghasilkan kerugian, maka kerugian tersebut dapat
dikompensasikan mulai tahun pajak berikutnya berturut turut sampai dengan
5 tahun.

Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini dan menyelenggarakan pembukuan dapat melakukan kompensasi
kerugian dengan penghasilan yang tidak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat
final dengan ketentuan sebagai berikut:
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Kompensasi Kerugian

 kompensasi kerugian dilakukan mulai Tahun Pajak berikutnya berturut-turut


sampai dengan 5 (lima) Tahun Pajak;
 Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini tetap diperhitungkan sebagai bagian dari jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada huruf a;
kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat
final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan pada
Tahun Pajak berikutnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Penyetoran dan Pelaporan SPT Masa

 Penyetoran PPh Final 1 % dilakukan paling lama tanggal 15 bulan


berikutnya setelah masa pajak berkahir.
 Wajib pajak wajib menyampaikan SPT Masa PPh paling lama 20 hari sejak
masa pajak berakhir
 Wajib pajak yang telah melakukan penyetoran PPh dianggap telah
menyampaikan SPT Masa PPh sesuai dengan tanggal validasi Nomor
Transaksi Penerimaan Negara yang tercantum dalam SSP
Penghitungan Pajak WP Orang Pribadi

Cara Menghitung Pajak Orang Pribadi

Sebelum 1 Juli 2013 :


Memilih NPPN

 Peredaran Bruto Kurang


Dari 4,8 Milyar
Memilih
Menggunakan
Pembukuan

 Peredaran Bruto 4,8 Milyar Wajib


atau Lebih Menyelenggarakan
Pembukuan

Orang Pribadi
Penghitungan Pajak WP Orang Pribadi

Cara Menghitung Pajak Orang Pribadi PPh Final 1 % - PP


46/2013
Setelah 1 Juli 2013 :

 Peredaran Bruto Kurang Memilih NPPN


Dari 4,8 Milyar

Memilih
Menggunakan
Pembukuan

 Peredaran Bruto 4,8 Milyar Wajib


atau Lebih Menyelenggarakan
Pembukuan

Orang Pribadi
Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Syarat Menggunakan NPPN :

WP yang peredaran usahanya atau penerimaan brutonya kurang dari Rp


4.800.000.000,00 setahun

Telah memberitahukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

Melakukan rekapitulasi peredaran atau penerimaan bruto setiap bulan (atau


disebut melakukan pencatatan);

Apabila tidak atau terlambat melaporkan penggunaan NPPN maka WP OP dianggap


menyelenggarakan Pembukuan.

Orang Pribadi
• Wajib Pajak yang menggunakan NPPN tetapi TIDAK memberitahukan
kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak awal
tahun pajak yang bersangkutan, dianggap memilih menyelenggarakan
pembukuan.

ternyata tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan,


penghasilan netonya dihitung dengan menggunakan NPPN

dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :


50% X PPh yang tidak atau kurang dibayar

36
Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut


wilayah sbb :
A. 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan
Pontianak;
B. ibukota propinsi lainnya;
C. daerah lainnya.

Orang Pribadi
Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Ketentuan Penghitungannya adalah sbb :

A. Penghitungan penghasilan neto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari


satu jenis usaha atau pekerjaan bebas, dilakukan terhadap masing-
masing jenis usaha dengan memperhatikan pengelompokan wilayah.

B. Penghasilan neto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis
usaha adalah penjumlahan penghasilan neto dari masing-masing jenis
usaha atau pekerjaan bebas tersebut

C. Penghasilan neto bagi tiap jenis usaha dihitung dengan cara mengalikan
angka persentase NPPN dengan peredaran bruto atau penghasilan
bruto dari kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dalam 1 tahun.

Orang Pribadi
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

DAFTAR PERSENTASE NORMA PENGHITUNGAN


UNTUK PEREDARAN USAHA, PENERIMAAN BRUTO
PEKERJAAN BEBAS KURANG DARI Rp. 4,8 Milyar
Contoh Perhitungan NPPN

Contoh 1

Tn. Hidayat adalah seorang Pedagang Eceran Pakaian di Pasar Baru Bandung.
Telah terdaftar sebagai wajib pajak di KPP Pratama Bandung Bojonagara
sejak tahun 2000. Selama tahun 2012 memiliki Peredaran Usaha sebesar Rp. 3
Milyar. Norma untuk Pedagang Eceran Pakaian di Bandung berdasarkan
ketentuan adalah sebesar 30 %.
Maka besarnya Penghasilan Netto untuk tahun 2012 adalah :

Rp. 3 Milyar X 30 % = Rp. 900 juta

Orang Pribadi
Contoh Perhitungan NPPN

Contoh 2

Tn. Arif adalah seorang Dokter yang bekerja di RS. Santosa Bandung dengan
mendapat gaji dan tunjangan lain netto selama tahun 2012 sebesar Rp. 400
juta setahun. Selain itu ybs juga membuka praktek di rumahnya Jl. Citarum
No. 30 Bandung dengan penerimaan bruto tahun 2012 sebesar Rp. 500 juta.
Tn Arif juga menjual mobil pribadinya dengan keuntungan Rp. 20 juta.
Istrinya, Ny. Anti, membuka usaha rumah makan di Cimahi dengan peredaran
bruto sebesar Rp. 200 juta setahun.
Hitunglah penghasilan netto Tn. Arif apabila penghasilan isteri digabungkan
dengan suaminya.

Jawab

Prosentase Norma untuk Jasa Dokter di Bandung 45 %


Prosentase Norma untuk usaha Rumah Makan di Cimahi 20 %

Orang Pribadi
Contoh Perhitungan NPPN

Jumlah Penghasilan Neto Tahun 2012 :


Jasa Dokter : 45 % X Rp. 500 juta Rp. 225 juta
Rumah Makan : 20 % X Rp. 200 juta Rp. 40 juta
Gaji dan Tunjangan Lain Rp. 400 juta
Keuntungan Penjualan Mobil Rp. 20 juta
Jumlah Penghasilan Neto tahun 2012 Rp. 685 juta

Contoh 3
Tn. Akbar adalah Pedagang Eceran Bahan Makanan di Kota Bandung. Telah
terdaftar sebagai wajib pajak sejak tahun 2007. Peredaran Usaha tahun 2012
adalah sebesar Rp. 4,5 Milyar. Di tahun 2013 peredaran usaha Tn Akbar
adalah sbb :
Januari sd Juni Rp. 2,5 Milyar
Juli sd Desember Rp. 4 Milyar
Hitunglah Penghasilan Netto yang akan dikenakan pajak dalam SPT Tahunan
Tahun Pajak 2013

Orang Pribadi
Contoh Perhitungan NPPN

Jumlah Penghasilan Neto Tahun 2013 :


Norma untuk Pedagang Eceran Bahan Makanan Di Bandung adalah 30 %
Dagang : 30 % X Rp. 2,5 Milyar Rp. 750 juta
Jumlah Penghasilan Neto Tahun 2013 di SPT Tahunan adalah Rp. 750 juta

Penghasilan bulan Juli sd Desember sebesar Rp. 4 Milyar dikenakan PPh Final
sebesar 1 % sesuai PP 46 Tahun 2013

Orang Pribadi
Pembukuan

Yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah :


 WP yang peredaran usahanya atau penerimaan brutonya Rp 4.800.000.000,00
atau lebih selama setahun;

 WP yang peredaran usahanya atau penerimaan brutonya kurang dari Rp


4.800.000.000,00 selama setahun tetapi tidak memberitahukan kepada Kepala KPP
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan
untuk menggunakan norma penghitungan.

Orang Pribadi
Pembukuan

VS
Akuntansi (PSAK) Fiskal (UU Pajak)

Rekonsiliasi Fiskal /
Koreksi Fiskal

Orang Pribadi
Pembukuan

Koreksi Positif

Koreksi dari Penghasilan / Biaya yang


menyebabkan pajak bertambah

Koreksi Negatif
Koreksi dari Penghasilan / Biaya yang
menyebabkan pajak berkurang

Orang Pribadi
Contoh : WP DN yang menyelenggarakan pembukuan

• Peredaran bruto Rp. 300.000.000,-


• Biaya utk 3M Rp. 255.000.000,- (-)
• Laba Usaha Rp. 45.000.000,-
• Penghasilan lainnya Rp. 5.000.000,-
• Biaya utk 3M Rp. 3.000.000,- (-)
• Jumlah Rp. 2.000.000,-
• Jumlah seluruh Pengh Rp. 47.000.000,-
• Kompensasi Kerugian Rp. 2.000.000,- (-)
• Pengh Neto Rp. 45.000.000,-
• PTKP utk WP OP (TK) Rp. 24.300.000,-
• Pengh Kena Pajak (OP) Rp. 20.700.000,-
47
Orang Pribadi
Contoh Penghitungan Penghasilan Neto Dalam Negeri WP yang
Menyelenggarakan Pembukuan

No URAIAN JUMLAH
1. PENGHASILAN DARI USAHA DAN ATAU PEKERJAAN BEBAS
BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :

a. Peredaran Usaha 5.535.451.000


b. Harga Pokok Penjualan 4.240.000.000
c. Laba / Rugi Bruto Usaha (a-b) 1.295.451.000
d. Biaya Usaha 855.096.000
e. penghasilan neto dari usaha (e-d) 440.355.000

48
2 PENYESUAIAN FISKAL POSITIF :
a. Biaya Yang Dibebankan / Dikeluarkan Untuk
Kepentingan Pribadi Wajib Pajak Atau Orang Yang 36.000.000
Menjadi Tanggungannya
b. Presmi Asuransi Kesehatan, Asuransi Kecelakaan,
Asuransi Jiwa, Asuransi Dwiguna, Dan Asuransi 20.500.000
Beasiswa, Yang Dibayar Oleh Wajib Pajak
c. Penggantian Atau Imbalan Sehubungan Dengan
Pekerjaan Atau Jasa Yang Diberikan Dalam Bentuk -
Natura Atau Kenikmatan
d. Jumlah Yang Melebihi Kewajaran Yang Dibayarkan
Kepada Pihak Yang Mempunyai Hubungan
-
Istimewa Sehubungan Dengan Pekerjaan Yang
Dilakukan

49
e. Harta Yang Dihibahkan, Bantuan Atau Sumbangan 45.000.000
f. Pajak Penghasilan -
g. Gaji Yang Dibayarkan Kepada Pemilik 31.000.000
h. Sanksi Administrasi 200.000
i. Selisih Penyusutan / Amortisasi Komersial Di Atas
-
Penyusutan / Amortisasi Fiskal
j. Biaya Untuk Mendapatkan, Menagih Dan
Memelihara Penghasilan Yang Dikenakan PPh
7.500.000
Final Dan Penghasilan Yang Tidak Termasuk
Objek Pajak
k. Penyesuaian Fiskal Positif Lainnya -
Jumlah 140.200.000

50
3. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF :

Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final Dan


a. Penghasilan Yang Tidak Termasuk Objek Pajak 75.000.000
Tetapi Termasuk Dalam Peredaran Usaha

Selisih Penyusutan / Amortisasi Komersial Di Bawah


b. -
Penyusutan Amortisasi Fiskal

c. Penyesuaian Fiskal Negatif Lainnya -

Jumlah 75.000.000
4.
PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SETELAH
505.555.000
PENYESUAIAN FISKAL (1e + 2 - 3)

51
Penghitungan PPh

NO URAIAN JUMLAH
A. PENGHASILAN NETO :
1 Penghasilan Neto Dalam Negeri Dari Usaha Dan
505.555.000
Atau Pekerjaan Bebas
Penghasilan Neto Dalam Negeri Sehubungan
2 50.500.000
Dengan Pekerjaan
3 Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya -

4 Penghasilan Neto Luar Negeri 15.000.000

JUMLAH PENGHASILAN NETO (1 Sampai


5 571.055.000
Dengan 4)
52
B. PENGHASILAN KENA PAJAK :
6 Zakat Atas Penghasilan 14.276.375
7 Jumlah Penghasilan Neto Setelah Pengurangan
556.778.625
Zakat Atas Penghasilan (5 - 6)
8 Kompensasi Kerugian -
Jumlah Penghasilan Neto Setelah Kompensasi
9 556.778.625
Kerugian (7 - 8)
10 Penghasilan Tidak Kena Pajak (TK) 24.300.000
11 Penghasilan Kena Pajak (9 - 10) 532.478.625
C. PPh TERUTANG :
PPh Terutang ( Tarif PPh Pasal 17 UU PPh X Huruf
104.743.400
12 B Angka 11)
Pengembalian / Pengurangan PPh Pasal 24 Yang
-
13 Telah Dikreditkan

Jumlah PPh Yang Terutang (12 + 13) 104.743.400


14
53
D. KREDIT PAJAK :
PPh Yang Dipotong / Dipungut Oleh Pihak Lain /
15
Ditanggung
Pemerintah Dan Yang Dibayar / Dipotong / Terutang
10.500.000
Di Luar Negeri
16 A. PPh Yang Harus Dibayar Sendiri (14 - 15)
94.243.400
B. PPh Yang Lebih Dipotong / Dipungut (14-15)
17 PPh Yang Harus Dibayar Sendiri
A. PPh Pasal 25 Bulanan 80.000.000
B. PPh Pasal 25 Ayat (7) -
C. STP PPh Pasal 25 (Hanya Pokok Pajak) -
D. Fiskal Luar Negeri -
Jumlah (a+b+c+d) 80.000.000
PAJAK PENGHASILAN KURANG (LEBIH)
E. 14.243.400
DIBAYAR (16-17)
PPh Psl 29
Jika LB : PPh Psl 28 54
BESARNYA
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(PTKP)
Pasal 7 ayat (1), (2) dan (3)

PMK Nomor : Tahun Pajak 2013 sd


162/PMK.011/2012 sekarang
Rp 24.300.000,- UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

TAMBAHAN UNTUK WAJIB PAJAK KAWIN


Rp 2.025.000,-

TAMBAHAN UNTUK SEORANG ISTERI YG


Rp 24.300.000,- PENGHASILANNYA DIGABUNG DGN PENGHASILAN SUAMI

TAMBAHAN UNTUK SETIAP ANGGOTA KELUARGA


Rp 2.025.000,- SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS
SERTA ANAK ANGKAT YG MENJADI TANGGUNGAN
SEPENUHNYA MAKSIMAL 3 ORANG

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN


PADA AWAL TAHUN PAJAK
ATAU AWAL BAGIAN TAHUN PAJAK
KELUARGA SEDARAH DAN SEMENDA

SEDARAH SEMENDA

KAKEK KAKEK

PAMAN ORTU BIBI PAMAN MERTUA BIBI

WAJIB KAKAK ISTRIWP ADIK


KAKAK ADIK
PAJAK IPAR IPAR

KEPONAK ANAK KEPONAK KEPONAK ANAKTI KEPONAK


AN AN AN RI AN

CUCU CUCU

Sedarah lurus : Semenda lurus :


Ayah, ibu, anak kandung, kakek Mertua, anak tiri
Sedarah ke samping satu derajat : Semenda ke samping :
Saudara kandung Saudara Ipar
56
Anak Angkat
S-112/Pj.41/1995 tgl 29-08-1995

 bukan pengertian anak angkat sebagaimana dalam masyarakat sehari-hari yaitu


seorang anak yang diaku dan diangkat sebagai anak,
 Dan juga bukanlah pengertian anak angkat sebagaimana dimaksud dalam hukum
perdata yang harus terlebih dahulu ada pengesahan dari Hakim Pengadilan Negeri.
 Pengertian anak angkat dalam perundang-undangan pajak adalah :
 seseorang yang belum dewasa,
 bukan anggota keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus, dan
 menjadi tanggungan sepenuhnya dari wajib pajak yang bersangkutan.
 Pengertian menjadi tanggungan sepenuhnya menurut Undang-undang Pajak
Penghasilan berdasarkan keadaan yang dapat terlihat dari keadaan yang nyata yaitu
:
 tinggal bersama-sama dengan Wajib Pajak;
 nampak secara nyata tidak mempunyai penghasilan sendiri;
 tidak pula turut dibantu oleh lain-lain anggota keluarga atau oleh orang tuanya
sendiri.
 Apabila wajib pajak hanya sekedar menyumbang atau membantu saja, maka tidak
termasuk pengertian tanggungan sepenuhnya.

57
• Bagi karyawati kawin yang dapat menunjukkan keterangan tertulis
dari Pemda setempat (serendah-rendahnya kecamatan) bahwa
suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan dapat
diberikan tambahan PTKP sebesar Rp 2.025.000,00 dan ditambah
PTKP untuk keluarganya.
• Bagi karyawan atau karyawati yang belum kawin dapat memperoleh
tambahan pengurangan PTKP untuk dirinya dan tanggungannya
sepanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
• Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun
takwim.
• Bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam
bagian tahun takwim, besarnya PTKP tersebut berdasarkan keadaan
pada awal bulan dari bagian tahun takwim yang bersangkutan.

58
TARIF PAJAK PENGHASILAN
Pasal 17 ayat 1 (a), (3) dan (7)

TARIF PAJAK PENGHASILAN BAGI


WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DN
LAPISAN PKP TARIF PAJAK

- S/D Rp 50.000.000,00 5%
- DI ATAS Rp 50.000.000,00 15 %
S/D Rp 250.000.000,00
- DI ATAS Rp 250.000.000,00 25 %
S/D Rp 500.000.000
- DI ATAS Rp 500.000.000 30%

DENGAN PERATURAN PEMERINTAH Tarif tertinggi dapat


diturunkan menjad paling rendah 25 % (dua puluh lima persen)

Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2008


Menghitung PPh Orang Pribadi

Contoh 1

Tn Rayhan, belum menikah, memiliki penghasilan neto tahun 2013 sebesar


Rp. 70 juta dari usaha dagang. Tn. Reyhan tinggal dan menanggung biaya
hidup adiknya yang masih mahasiswa dan ibu nya yang sudah tua dan tidak
memiliki penghasilan lagi. Tahun 2013 Tn ajat menyelanggarakan pembukuan
dengan Peredaran Usaha Tahun 2013 sebesar Rp. 5 Milyar. Peredaran Usaha
tahun sebelumnya adalah Rp. 5,5 Milyar

Hitunglah PPh terutang untuk tahun 2013

Jawab :
Penghasilan Netto Rp. 70.000.000,-
PTKP :
Untuk WP Rp. 24.300.000,-
Ibu Kandung Rp. 2.025.000,-
Rp. 26.325.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp. 43.675.000,-
Menghitung PPh Orang Pribadi

PPh terutang :
5 % X Rp. 43.675.000,- = Rp. 2.183.750,-

Contoh 1

Tn Reza, pedagang besar kain , status Kawin dengan 2 orang anak dengan
isteri yang tidak bekerja dan tidak memperoleh penghasilan. Tn Reza juga
menanggung hidup adik ipar (Mahasiswa) dan mertuanya yang tinggal
bersama di rumah. Data yang diperoleh dari usaha dagang tahun 2013
adalah sbb :

Peredaran Usaha Rp. 6 Milyar


Harga Pokok Penjualan Rp. 4,5 Milyar
Biaya Operasional Rp. 900 juta
Peredaran Usaha tahun 2012 Rp. 5 Milyar

Hitung PPh terutang tahun 2013?

Orang Pribadi
Jawab :

Peredaran Usaha Rp. 6 Milyar


Harga Pokok Penjualan Rp. 4,5 Milyar
Laba Kotor Rp. 1,5 Milyar
Biaya Operasional Rp. 900 juta
Laba Netto Rp. 600 juta
PTKP Rp. 32,4 juta
Penghasilan Kena Pajak Rp. 567,6 juta

PPh terutang :
5 % x Rp. 50 juta Rp. 5.000.000,-
15 % x Rp. 200 juta Rp. 30.000.000,-
25 % x Rp. 250 juta Rp. 62.500.000,-
30 % x Rp. 67.600.000 Rp. 20.280.000,-
PPh terutang 2013 Rp. 117.780.000,-

PPh Orang Pribadi


Kredit Pajak

Kredit Pajak WP Orang Pribadi:

Kredit Pajak

Dipungut/Dipotong
Dibayar sendiri
Pihak Lain

PPh
PPh PPh PPh PPh
25
21 22 23 24

Orang Pribadi
Kredit Pajak PPh Pasal 24

PPh yang dibayarkan diluar negeri atas penghasilan dari luar negeri dapat
dikreditkan dengan ketentuan :

Pilih yang terkecil antara :

 Pajak yang dipotong di luar negeri atau


 Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)

Rumus KPLN :

KPLN = Penghasilan LN x PPh Terutang


PKP

Orang Pribadi
Penggabungan Penghasilan

Pasal 8 UU PPh Tahun 2008 :

Penghasilan / Kerugian Tahun Berjalan

Wanita Yang Telah Kawin

Kerugian – Kerugian Tahun Sebelumnya

Digabungkan dan dianggap sebagai Penghasilan / Kerugian Suaminya


Kecuali :
Semata mata diperoleh dari 1 (satu) pemberi kerja yang telah dipotong
PPh 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungan dengan usaha atau
pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.
Penggabungan Penghasilan

Contoh :
Tn Amru adalah seorang dokter dengan tanggungan 3 orang anak. Isterinya bekerja
sebagai Kepala Bagian Keuangan PT. Sanjaya . Tn Amru dan isterinya tidak memiliki
perjanjian pisah harta.

Atas hal tersebut maka Tn Amru melaporkan penghasilannya dari dokter dengan
PTKP status K/3. Penghasilan isteri dalam hal ini tidak digabung dengan penghasilan
suaminya karena hanya dari satu pemberi kerja dan pekerjaannya tidak ada
hubungan dengan suami atau anggota keluarga lainnya. PTKP untuk isterinya adalah
status TK/0.

Apabila selain bekerja di PT Sanjaya, isteri dokter Amru juga bekerja sebagai dosen
tidak tetap di beberapa Universitas maka penghasilan isteri harus digabungkan
dengan penghasilan suaminya karena penghasilan iseteri tidak hanya dari satu
pemberi kerja.

Orang Pribadi Penggabungan Penghasilan


Penggabungan Penghasilan

Penghasilan suami-istri dikenakan pajak secara terpisah apabila :

 Suami atau istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim => HB
 Dikehendaki secara tertulis oleh suami istri berdasarkan perjanjian pemisahan
harta dan penghasilan=>PH
 Dikehendaki oleh istri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya sendiri, termasuk istri yang memiliki NPWP berbeda dengan NPWP
suami.

Contoh 1:
Tn. Arman telah bercerai dengan isterinya Ny. Armida dan memiliki 2 orang anak
yang belum dewasa dan menjadi tanggungan Tn Arman. Maka Penghasilan kedua
orang tersebut harus dilaporkan terpisah.
Tn Arman memperoleh PTKP dengan status TK/2
Ny. Armida memperoleh PTKP dengan status TK/0

Orang Pribadi Penggabungan Penghasilan


Penggabungan Penghasilan

Contoh 2 :

Tn. Cecep dan isterinya Ny. Aminah memiliki perjanjian pisah harta. Mereka
memiliki 2 orang anak yang belum dewasa.Penghasilan neto Tn. Cecep sebesar Rp.
80 juta dan dan penghasilan neto Ny. Aminah adalah sebesar Rp. 20 juta. Pajak
terutang yang ditanggung keduanya adalah 8 juta.
Maka beban pajak yang ditanggung Tn Cecep dan Ny Aminah dihitung sbb :
Beban Pajak Tn Cecep : 80 juta/100 juta x Rp. 8 juta = Rp. 6,4 juta
Beban Pajak Ny Aminah : 20 juta/100 juta X Rp. 8 juta = Rp. 1,6 juta

Orang Pribadi Penggabungan Penghasilan


Penggabungan Penghasilan

Anak yang belum dewasa penghasilannya digabungkan dengan penghasilan orang


tuanya.

anak yang belum dewasa" adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas)
tahun atau belum pernah menikah.

Orang Pribadi Penggabungan Penghasilan


Angsuran PPh Pasal 25

Angsuran PPh Pasal 25 :

o Merupakan angsuran / pajak dibayar dimuka yang pada akhir tahun dapat
dikreditkan/mengurangi pajak terutang tahun pajak bersangkutan.

o Secara umum angsuran PPh 25 dapat dihitung dengan rumus :

(PPh terutang – Pph dipotong/dipungut pihak lain ) : 12


Contoh :

Tn. Monang Saragih adalah seorang pengacara di Bandung. Dalam memenuhi


kewajiban perpajakannya, Tn. Monang Saragih menyelenggarakan pembukuan.
Untuk Tahun 2012 data kewajiban perpajakannya adalah sbb:
PPh terutang Rp. 60.000.000,-
Kredit Pajak :
PPh Pasal 21 Rp. 7.000.000,-
PPh Pasal 23 Rp. 5.000.000,-
PPh Pasal 25 Rp. 30.000.000,-
Angsuran PPh Pasal 25

Hitunglah Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2013 :


PPh terutang Rp. 60.000.000,-
Kredit Pajak dipotong/dipungut pihak lain :
PPh Pasal 21 Rp. 7.000.000,-
PPh Pasal 23 Rp. 5.000.000,-
Rp. 12.000.000,-
PPh yang harus dibayar sendiri Rp. 48.000.000,-
Kredit Pajak dibayar sendiri :
PPh Pasal 25 Rp. 30.000.000,-
PPh Kurang (lebih) bayar Rp. 18.000.000,-

Angsuran PPh Pasal 25 :


( Rp. 60 juta – Rp. 12 juta ) /12 = Rp. 4 juta

*) Angsuran sebesar Rp. 4 juta di bayar mulai Maret 2013 sd Februari 2014.
Dibayar perbulan.
*) Angsuran bulan Januari dan Februari 2013 besarnya sama dengan
angsuran pph pasal 25 bulan Desember 2012.
PTKP MULAI 1 JANUARI 2009 s.d Desember 2012
No Status & tanggungan Jumlah PTKP
1. TK/0 15.840.000
2. TK/1 17.160.000
3. TK/2 18.480.000
4. TK/3 19.800.000
5. K/0 17.160.000
6. K/1 18.480.000
7. K/2 19.800.000
8. K/3 21.120.000
9. K/I/1 34.320.000
10 K/I/2 35.640.000
11 K/I/3 36.960.000
72
Nilai PTKP & status WP (Per 1 Jan 2013)
status PTKP setahun (Rp)
TK/0 24.300.000
TK/1 26.325.000
TK/2 28.350.000
TK/3 30.375.000
K/0 26.325.000
K/1 28.350.000
K/2 30.375.000
K/3 32.400.000
K/I/1 52.650.000
K/I/2 54.675.000
K/I/3 56.700.000

Anda mungkin juga menyukai