NAMA KELOMPOK
KELAS : 6S
Izin apotek pada suatu tempat tertentu diberikan oleh Menteri
kepada Apoteker Pengelola Apotek. Izin apotek akan berlaku untuk
seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan
kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat melaksanakan
pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK
TUJUAN PENGATURAN APOTEK
• Lokasi (Pasal 5)
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran
Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian.
• Bangunan (Pasal 6)
(1) Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan
dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anakanak,
dan orang lanjut usia.
(3) Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen,
rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
• Sarana, Prasarana, dan Peralatan
1. Sarana (Pasal 7)
Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 paling sedikit
memiliki sarana ruang yang berfungsi:
a. penerimaan Resep;
b. pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas);
c. penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
d. konseling;
e. penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;dan
f. arsip.
(4) Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus melibatkan
unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas:
a. tenaga kefarmasian; dan
b. tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.
(5) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa
ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat
yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 3.
(6) Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan
dinyatakan memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menerbitkan SIA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi dengan menggunakan Formulir 4.
(7) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dinyatakan masih belum memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat penundaan paling lama dalam
waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan menggunakan Formulir 5.
• Pasal 14
2) Aspek Teknis
a. Peta lokasi dan lingkungan (posisi apotek terhadap sarana pelayanan
kesehatan lain)
b. Tata letak bangunan
c. Interior dan peralatan teknis
3) Aspek Pasar
a. Jenis produk yang akan dijual
b. Cara (dari mana, bagaimana) mendapatkan produk yang akan dijual
c. Bentuk pasar(Persaingan Sempurna, Monopoli, Oligopoli, Monopsoni)
d. Potensi pasar (Q = N.P)
e. Target pasar (Individu, Korporasi, Reseller)
f. Target konsumen
4) Aspek Keuangan
a. Investasi dan modal kerja
b. Penilaian analisis keuangan (PBP, ROI, NPV, IRR, BEP)
Yaitu analisa yang berkenaan dengan biaya operasional dan biaya investasi.
Penilaian analisis keuangan tersebut dapat menggunakan analisis PBP, ROI,
NPV, IRR, BEP
PBP : Pay Back Periode
ROI : Return On Investment
NPV : Net Present Value
IRR : Internal Rate of Return
BEP : Break Even Point
c. Cash Flow Analysis
a) Break Even Point (BEP)
- Menaikkan perputaran:
1) Menaikkan hasil penjualan (laba) dibanding aktivanya (modal lancarnya).
2) Menurunkan aktivanya lebih besar dibanding hasil penjualan (laba).
c) Payback Periode
Pay Back Period merupakan suatu analisa untuk mengetahui berapa lama
modal yang kita investasi akan kembali (balik modal). PBP merupakan rasio dari
total investasi dibandingkan dengan laba bersih. Pay Back Period dapat
dihitung dengan rumus: