Anda di halaman 1dari 23

TATACARA PENDIRIAN APOTEK DAN STUDY

KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK

NAMA KELOMPOK

LIA MITHA EFFENDI 1504015207


NUR AMYRA 1504015277
SYIFA FAUZIYAH 1504015403
TAMARA DWI VERANTHY 1504015406

KELAS : 6S
Izin apotek pada suatu tempat tertentu diberikan oleh Menteri
kepada Apoteker Pengelola Apotek. Izin apotek akan berlaku untuk
seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan
kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat melaksanakan
pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK
TUJUAN PENGATURAN APOTEK

• Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek

• Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh


pelayanan kefarmasian di Apotek

• Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam


memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek
PERSYARATAN PENDIRIAN

(1) Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri


dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun
perusahaan.

(2) Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama


dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap
dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker angkutan.
 Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:

• Lokasi (Pasal 5)
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran
Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian.

• Bangunan (Pasal 6)
(1) Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan
dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anakanak,
dan orang lanjut usia.

(2) Bangunan Apotek harus bersifat permanen.

(3) Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen,
rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
• Sarana, Prasarana, dan Peralatan

1. Sarana (Pasal 7)
Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 paling sedikit
memiliki sarana ruang yang berfungsi:
a. penerimaan Resep;
b. pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas);
c. penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
d. konseling;
e. penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;dan
f. arsip.

2. Prasarana Apotek (Pasal 8)


paling sedikit terdiri atas:
a. instalasi air bersih;
b. instalasi listrik;
c. sistem tata udara;dan
d. sistem proteksi kebakaran.
3. Peralatan (Pasal 9)
(1) Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi rak
obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi,
komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan
pasien dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
(3) Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan Sediaan Farmasi
dan/atau Alat Kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan
pelayanan apoteker yang diberikan kepada pasien.
• Pasal 10

Sarana, prasarana, dan peralatan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7 sampai dengan Pasal 9 harus dalam keadaan terpelihara dan
berfungsi dengan baik.

• Ketenagaan (Pasal 11)

(1) Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat


dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi.

(2) Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dan ayat (2) wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PERIZINAN
• Surat Izin Apotek (Pasal 12)

(1) Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.

(2) Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.

(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.

(4) SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama


memenuhi persyaratan.
• Pasal 13

(1) Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan


tertulis kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan
menggunakan Formulir 1.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


ditandatangani oleh Apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen
administratif meliputi:

a. fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli;

b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);

c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;

d. fotokopi peta lokasi dan denah bangunan;dan

e. daftar prasarana, sarana, dan peralatan.


(3) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima
permohonan dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan
setempat terhadap kesiapan Apotek dengan menggunakan Formulir 2.

(4) Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus melibatkan
unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas:
a. tenaga kefarmasian; dan
b. tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.

(5) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa
ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat
yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 3.
(6) Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan
dinyatakan memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menerbitkan SIA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi dengan menggunakan Formulir 4.

(7) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dinyatakan masih belum memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat penundaan paling lama dalam
waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan menggunakan Formulir 5.

(8) Tehadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi persyaratan


sebagaimana dimaksud pada ayat (7), pemohon dapat melengkapi persyaratan
paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan sejak surat penundaan diterima.
(9) Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (8), maka Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan dengan menggunakan
Formulir 6.

(10) Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA melebihi


jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Apoteker pemohon dapat
menyelenggarakan Apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti SIA.

• Pasal 14

(1) Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 13 ayat (6), maka penerbitannya bersama dengan penerbitan SIPA
untuk Apoteker pemegang SIA.

• (2) Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA.


TATA CARA PENDIRIAN APOTEK

• Mengajukan permohonan izin apotek ke Dinas Kesehatan tingkat


Kabupaten/Kota dan diajukan oleh apoteker. Dalam tahap ini menggunakan
form permohonan surat izin apotek.
• Setelah melalui tahap ini, nantinya permohonan akan diproses oleh pihak
Dinas Kesehatan yang bekerja sama dengan Badan POM untuk melihat secara
teknis terkait kesiapan dalam mendirikan apotek.
• Selanjutnya jika sudah mendapatkan rekomendasi dari Badan POM maka akan
dilaporkan ke pihak Dinas Kesehatan dan sampai tahap ini bisa mengajukan
kembali surat permohonan kesiapan pendirian apotek.
• Setelah permohonan kembali diajukan, sambil menunggu waktu, pihak Dinas
Kesehatan akan mengeluarkan Surat Izin Apotek
STUDI KELAYAKAN APOTEK
Studi kelayakan (Feasibility Study) apotek adalah suatu rancangan secara
komprehensif mengenai rencana pendirian apotek baru untuk melihat
kelayakan usaha baik dari pengabdian profesi maupun sisi bisnis ekonominya.
Tujuannya adalah untuk menghindari penanaman modal yang tidak efektif dan
berguna untuk mengetahui apakah apotek yang akan didirikan cukup layak
atau dapat bertahan dan memberi keuntungan secara bisnis. Dalam studi
kelayakan diperlukan perhitungan yang matang sehingga apotek yang akan
didirikan nanti tidak mengalami kerugian.
Secara umum studi kelayakan dari suatu usaha mencakup 4 aspek penilaian,
yaitu:
1) Aspek Manajemen
a. Strategi manajemen (Visi, Misi, Strategi, Program Kerja, SOP )
b. Bentuk badan usaha
c. Struktur organisas
d. Jenis pekerjaan
e. Kebutuhan tenaga kerja
f. Program kerja

2) Aspek Teknis
a. Peta lokasi dan lingkungan (posisi apotek terhadap sarana pelayanan
kesehatan lain)
b. Tata letak bangunan
c. Interior dan peralatan teknis
3) Aspek Pasar
a. Jenis produk yang akan dijual
b. Cara (dari mana, bagaimana) mendapatkan produk yang akan dijual
c. Bentuk pasar(Persaingan Sempurna, Monopoli, Oligopoli, Monopsoni)
d. Potensi pasar (Q = N.P)
e. Target pasar (Individu, Korporasi, Reseller)
f. Target konsumen

4) Aspek Keuangan
a. Investasi dan modal kerja
b. Penilaian analisis keuangan (PBP, ROI, NPV, IRR, BEP)
Yaitu analisa yang berkenaan dengan biaya operasional dan biaya investasi.
Penilaian analisis keuangan tersebut dapat menggunakan analisis PBP, ROI,
NPV, IRR, BEP
PBP : Pay Back Periode
ROI : Return On Investment
NPV : Net Present Value
IRR : Internal Rate of Return
BEP : Break Even Point
c. Cash Flow Analysis
a) Break Even Point (BEP)

Untuk mempertahankan kontinuitas usaha, apotek harus menjaga tingkat


keseimbangan antara hasil penjualan (total revenue) atau laba yang diperoleh
dengan biaya total. Analisa pendekatan yang digunakan ialah metode break
even point :

BEP = [1/(1-Biaya Variabel/Volume Penjualan)] x biaya tetap

BEP berguna untuk :

1. Digunakan untuk perencanaan laba(Profit Planning)

2. Sebagai alat pengendalian (Controlling)

3. Sebagai alat pertimbangan dalam menentukan harga jual

4. Sebagai alat pertimbangan dalam mengambil keputusan perlu diketahui


berapakah BEP-nya.
b) ROI (Return on Investment)
Return on Investment (ROI) atau rentabilitas atau earning power
merupakan perbandingan antara pendapatan bersih dengan aktiva bersih rata-
rata yang digunakan. Hal ini penting untuk mengetahui kemampuan
perusahaan menghasilkan pendapatan. ROI dapat dihitung dengan rumus :

ROI= (Laba Bersih/Total Investasi) x 100%

ROI dapat dinaikkan dengan cara:


- Menaikkan margin:
1) Hasil penjualan (total sales) dinaikkan lebih besar dibanding
biaya.
2) Biaya diturunkan lebih besar dibanding penjualannya.

- Menaikkan perputaran:
1) Menaikkan hasil penjualan (laba) dibanding aktivanya (modal lancarnya).
2) Menurunkan aktivanya lebih besar dibanding hasil penjualan (laba).
c) Payback Periode

Pay Back Period merupakan suatu analisa untuk mengetahui berapa lama
modal yang kita investasi akan kembali (balik modal). PBP merupakan rasio dari
total investasi dibandingkan dengan laba bersih. Pay Back Period dapat
dihitung dengan rumus:

PBP (thn) = Total Investasi/Laba Bersih

Semakin kecil waktu pengembalian modal maka semakin prospektif


pendirian apotek yang menandakan semakin besar tingkat pengembalian
modal dan keuntungan bersih rata-rata juga akan semakin besar. Pay back
period tergantung dari jumlah investasi dan modal tetap yang dikeluarkan.
Investasi juga berasal dari modal operasional dan modal cadangan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai