Anda di halaman 1dari 38

TUBERKULOSIS PARU

Disusun oleh :
Truelly Juniette Chananta (406162119)

Pembimbing :
dr. Eko Sugihanto, Sp.PD FINASIM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD RAA SOEWONDO PATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PENDAHULUAN
TB di dunia
 Setiap hari 20.000 orang jatuh sakit TB
 Setiap jam 833 orang sakit TB
 Setiap menit 13 orang jatuh sakit TB
 Setiap 5 detik satu orang jatuh sakit TB

 Setiap hari 5.000 orang meninggal akibat TB


 Setiap jam 208 orang meninggal akibat TB
 Setiap menit 3 orang meninggal akibat TB
 Setiap 20 detik 1 orang meninggal akibat TB

 Setiap detik satu orang terinfeksi TB


PENDAHULUAN

• SKRT 2001 : rangking ke 1 penyebab kematian pada


penyakit infeksi & ranking
ke 2 diantara penyakit lainnya
• Indonesia “Penyumbang TB no.3 di dunia”
• Usia produktif (15-59)  80%
ETIOLOGI
• Mycobacterium tuberculosis
• Kuman berbentuk batang
• Panjang 1-4 mikron
• Terdiri dari asam lemak  peptidoglikan,
anabinomannan
• Kuman > tahan asam
• Aerob suka terhadap jaringan kaya O2
• Dalam jaringan kuman hidup sbg parasit intra
seluler  makrofag (kaya lipid)
PATOGENESIS
• Tuberkulosis primer
• Tuberkulosis postprimer
Inhalasi basil TB Alveolus Fagositosis oleh makrofag

Basil TB berkembang biak Destruksi basil TB

Destruksi makrofag

Pembentukan
Resolusi Kelenjar limfe
kompleks Ghon
Kalsifikasi/
SIkatriks Kompleks Ranke
Penyebaran hematogen
Perkijuan

Pecah
Lesi di hepar, lien, ginjal
tulang, otak dll
Lesi sekunder
Patogenesis tuberkulosis
GEJALA TB PARU
1. Gejala respiratorik:
- Batuk ≥ 2 minggu dengan sebab tidak jelas
- Dahak bercampur darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
2. Gejala tambahan
- Demam
- Badan lemah, nafsu makan turun,
BB turun, malaise, keringat malam, demam
PEMERIKSAAN FISIK
• Demam  dapat mencapai 40-42˚C
• Konjungtiva anemis
• Auskultasi paru dapat ditemukan  rhonki basah kasar,
jika ada penebalan pleura suara vesikuler melemah.
• Perkusi paru jika infiltrat luas  hiper sonor
• Pleuritis  efusi pleura  perkusi suara menjadi pekak
• Stem fremitus meningkat  cavitas atau infiltrat luas
• Pembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri
• Jika terjadi jaringan fibrotik yang luas  tanda-tanda
gagal jantung kanan ditemukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan sputum
• 3 batang kuman BTA dalam 1 sediaan dengan pewarnaan Ziehl-
Neelsen basic fuchsin dyes
• Xpert MTB/RIF can simultaneously detect TB and
rifampisin resistance in <2 h
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan radiologis
 Aktif (infiltrat, kavitas)
 Tidak aktif (fibrotik, kalsifikasi)
• Pemeriksan darah : neutrofilia, LED, limfositosis
• Histopatologis (diagnostik)  granuloma, perkijuan
• Serologis : (PAP, Bactec, PCR)
• Kultur : Lowenstein-Jensen or Middlebrook 7H10) dan
diinkubasi pada suhu 37°C (under 5% CO2 for
Middlebrook medium).
Chest radiograph showing right hilar lymph node
enlargement with infiltration into the surrounding lung tissue
in a child with primary tuberculosis.
Chest radiograph showing a right-upper-lobe
infiltrate and a cavity with an air-fluid level in a patient with active
tuberculosis
Chest radiograph showing bilateral miliary (milletsized)
infiltrates in a child.
Pasien HIV + uji
tuberkulin 5 mm bernilai
positif

Negatif palsu pada:


• Pasien yang baru 2-10 minggu terinfeksi
• Anergi (penyakit sistemik berat)
• Reaksi hipersensitivitas menurun pada penyakit limforetikuler (hodgkin)
• Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
• usia tua, malnutrisi, uremia, keganasan
KRITERIA DIAGNOSIS TB MENURUT
WHO 1991
• TB PARU BTA POSITIF
- minimal 2 X pemeriksaan BTA (+)
- 1 spesimen dahak (+) & foto toraks TB
- spesimen dahak (-) & biakan +

• TB PARU BTA NEGATIF


- 2 spesimen dahak (-) & foto toraks TB (+)
- 3 spesimen dahak (-) & kultur (+)
PEMBAGIAN TB BERDASARKAN RIWAYAT
PENGOBATAN

• TB paru kasus baru : yang belum mendapat OAT


atau OAT < 1 bulan
• TB paru kasus kambuh : telah dinyatakan sembuh
tetapi ditemukan kembali BTA (+) atau biakan (+)
atau foto toraks TB aktif (perburukan)
• TB paru gagal pengobatan : TB yang BTA tetap
positif atau positip kembali setelah akhir bulan ke ≥ 5
PEMBAGIAN TB BERDASARKAN RIWAYAT
PENGOBATAN
• TB paru putus berobat : minimal ≥ 1 bulan makan
obat kmd berhenti berobat sebelum dinyatakan
sembuh pada fase awal atau fase lanjutan
• TB paru kasus kronik : TB dengan BTA tetap (+)
setelah menjalani pengobatan ulang
(retreatment) dgn pengawasan yang baik
• MDR-TB : kuman TB resisten terhadap R dan H
dengan atau tanpa OAT lainnya
DASAR KEMOTERAPI
• Aktivitas obat : ( bakterisid, bakteriostatik )
• Faktor kuman : ( populasi kuman )
- Kel A : - Kuman yg tumbuhnya aktif dan cepat
- Mudah diatasi OK sensitif thd OAT
- Kel B : - Semi dormant
- Senang dalam suasana asam
- Kurang sensitif dengan OAT
- Kel C : - Semidormant tetapi dengan
metabolisme sangat cepat dan
singkat dlm bbrp jam
- Hanya sensitif thdp OAT tertentu
- Kel D : - Dormant, resisten / kebal thdp OAT
- Dipengaruhi daya tahan tubuh
PANDUAN PENGOBATAN TB
TB Paru putus berobat
• Putus berobat < 2 minggu OAT diteruskan
sesuai jadwal
Lama putus Lama minum BTA Ro Th/
berobat OAT
> 2 minggu > 4 bulan - tak aktif OAT stop
> 2 minggu > 4 bulan + OAT awal
lebih lama
> 2 minggu < 4 bulan + OAT awal
paduan sama
> 1 bulan < 4 bulan - + OAT awal
paduan sama
2-4 minggu < 4 bulan - OAT diteruskan
sesuai jadwal
MDR TB
• Belum ada paduan pengobatan yang
distandarisasi
• Minimal 2-3 OAT yang sensitif + obat pilihan
kedua
• Jika diberikan obat pilihan kedua + 12 bulan
• Rujuk spesialis
TB PARU DLM KEADAAN KHUSUS
• TB paru milier
• Diabetes melitus
• Kehamilan dan menyusui
• Gagal ginjal
• HIV/AIDS
• Pleuritis eksudativa TB (efusi pleura TB)
• Gangguan fungsi hati
PENGOBATAN TB PARU DLM
KEADAAN KHUSUS
1. Wanita hamil  semua aman kecuali amino-
glikosida misal: streptomisin
2. Wanita menyusui  semua aman
Pengobatan pencegahan INH untuk bayi
3. Wanita pengguna kontrasepsi
Rifampisin berinteraksi dengan hormonal
kontrasepsi  menurunkan efektivitas
kontrasepsi
4. Penderita infeksi HIV/AIDS
Sama seperti penderita TB lainnya kecuali
thiacetazon
5. Penderita TB dengan DM
- Rifampisin mengurangi efektivitas sulfonil
urea, sehingga dosis perlu di  kan
6. Penderita TB dengan gangguan ginjal
- OAT yang aman 2 RHZ/6 HR
- E dan S  dapat diberikan dengan dosis
sesuai faal ginjal  di bawah pengawasan
7. Penderita TB yg memerlukan kortikosteroid
- Meningitis TB
- TB millier dgn tanda gagal napas /
meningitis
- Pleuritis eksudativa (efusi pleura)
- Perikarditis TB
8. Penderita TB dengan kelainan hati kronik
- Bilirubin > 2 atau SGOT / SGPT > 3 kali
 pemberian OAT dihentikan
- Peningkatan SGOT/SGPT < 3 kali, pemberian
OAT diteruskan  dengan pengawasan ketat
- Anjuran : 2 RHES/6RH atau 2 HES/10HE
- Hepatitis akut  S dan E maksimal 3 bulan
 hepatitis sembuh tambahkan R dan H
Hepatitis imbas obat OAT (drug induce hepatitis)
kelainan hati OK obat  hepatotoksik

Penatalaksanaan

1. Bila klinis + (ikterik, mual, muntah) OAT stop


2. Bila klinis – (laboratorium ada kelainan )
- Bilirubin > 2 X  OAT stop
- SGOT / SGPT > 5 X  OAT stop
- SGOT / SGPT > 3 X gejala +  OAT stop
- SGOT/ SGPT > 3 X gejala -  OAT
teruskan tapi perlu pengawasan
DOSIS OBAT
KONTRA INDIKASI OAT
Obat Kontra indikasi
Rifampisin Hipersensitif

INH Hipersensitif

Pirazinamid Ggn hati


Hipersensitif
Ethambutol Ggn ginjal

Streptomisin Ggn ginjal


Hamil
OAT Kombinasi Dosis Tetap (FDC)

• Rifampisin 3 tab @ 150 mg


• INH 3 tab @ 75 mg
• Pirazinamid 3 tab @ 400 mg
• Etambutol 3 tab @ 275 mg

Yang harus diperhatikan pada kombinasi dosis


tetap : bioaviabiliti rifampisin setelah dikombinasi
dengan OAT lainnya
EVALUASI PENGOBATAN

• Evaluasi klinis : keluhan, BB, efek samping


• Evaluasi mikrobiologi : konversi sputum
akhir bln II (III), akhir bln V (VII), akhir pengobatan
• Evaluasi radiologi : perubahan Ro toraks setelah fase intensif
dan akhir pengobatan
INDIKASI OPERASI
lndikasi operasi
1. Indikasi mutlak
• Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap
positif
• Pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif
• Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat
diatasi secara konservatif
2. lndikasi relatif
• Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
• Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
• Sisa kavitas yang menetap.Tindakan Invasif (Selain Pembedahan)
- Bronkoskopi
- Punksi pleura
- Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)
KOMPLIKASI TB PARU
• Batuk darah
• Bronkiektasis
• Empiema
• TB ekstra pulmoner
• Sindroma obstruksi pasca TB (SOPT)
• Destroyed lobe / lung
DOTS (Directly Observed Treatment
Short Course)
• Pengertian DOTS :
• Perhatian langsung dalam hal diagnosis
• Pengawasan dalam hal menelan obat (DOT)
• Sistim pengelolaan, distribusi dan penyediaan OAT secara baik
• OAT yang diberikan jangka pendek
5 ELEMENTS DOTS
 Komitmen politis
 Diagnosis benar dengan mikroskopis
 Penyediaan dan distribusi obat cukup
 Pengawasan menelan obat
 Pencatatan dan pelaporan yang baik

Anda mungkin juga menyukai

  • Sinusitis THT
    Sinusitis THT
    Dokumen3 halaman
    Sinusitis THT
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Epidural Hematom
    Epidural Hematom
    Dokumen19 halaman
    Epidural Hematom
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan TB Rico & Reyna
    Penyuluhan TB Rico & Reyna
    Dokumen13 halaman
    Penyuluhan TB Rico & Reyna
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Case Skizofrenia Residual
    Case Skizofrenia Residual
    Dokumen17 halaman
    Case Skizofrenia Residual
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Koroner Akut1
    Sindrom Koroner Akut1
    Dokumen30 halaman
    Sindrom Koroner Akut1
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Cholelithiasis Radiologi
    Cholelithiasis Radiologi
    Dokumen43 halaman
    Cholelithiasis Radiologi
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Periodik Paralisis
    Periodik Paralisis
    Dokumen15 halaman
    Periodik Paralisis
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen41 halaman
    Referat
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen50 halaman
    Kasus
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen50 halaman
    Kasus
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Devin
    Devin
    Dokumen41 halaman
    Devin
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Devin
    Devin
    Dokumen41 halaman
    Devin
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Chest
    Chest
    Dokumen82 halaman
    Chest
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Komplikasi
    Komplikasi
    Dokumen2 halaman
    Komplikasi
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Pre Eklamsia - DR - Taufiqy
    Pre Eklamsia - DR - Taufiqy
    Dokumen38 halaman
    Pre Eklamsia - DR - Taufiqy
    Shofa Aqida
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen37 halaman
    Case
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Management
    Management
    Dokumen36 halaman
    Management
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Anemia Hemolitik
    Ringkasan Anemia Hemolitik
    Dokumen46 halaman
    Ringkasan Anemia Hemolitik
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Referat Difteri THT
    Referat Difteri THT
    Dokumen9 halaman
    Referat Difteri THT
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • IPD Haji
    IPD Haji
    Dokumen15 halaman
    IPD Haji
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • 03 Preeklampsia
    03 Preeklampsia
    Dokumen39 halaman
    03 Preeklampsia
    Ria Raissa Fala
    Belum ada peringkat
  • Maternal Cardiac Arrest
    Maternal Cardiac Arrest
    Dokumen20 halaman
    Maternal Cardiac Arrest
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • KONJUNGTIVITIS
    KONJUNGTIVITIS
    Dokumen32 halaman
    KONJUNGTIVITIS
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat
  • Referat Sindroma Nefrotik
    Referat Sindroma Nefrotik
    Dokumen18 halaman
    Referat Sindroma Nefrotik
    Truelly Chananta
    Belum ada peringkat