Hukum Perikatan
Oleh:
Dr. H. Kasman Arifin SE., MM., Ak., CA., CISA
Program Magister Akuntansi
Universitas Riau, 2016
1
Istilah
Common Law Civil Law (Indonesia)
Contract Kontrak
Agreement Sewa
Agree
Perjanjian
Pact
Persetujuan
Covenant
Perikatan
Treaty
2
Pengertian
Prof. Subekti
Perikatan → hubungan hukum antara 2 pihak/lebih, dimana
satu pihak berhak menuntut, sementara pihak lain
berkewajiban memenuhi tuntutan
Perjanjian → suatu peristiwa dimana seorang berjanji pada
orang lain atau 2 orang saling berjanji untuk melakukan
suatu prestasi
3
Menurut Ps. 1313 KUHPerdata
“Suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap suatu orang atau lebih lainnya”
4
Sistematika Buku III KUHPerdata
Sumber perikatan
Prestasi
Bagian Umum (1233-1456) Syarat sahnya perikatan
Wanprestasi
Keadaan memaksa
Resiko s.d hapusnya
Buku III Lex specialis derogat lex generalis
perikatan
Sumber:
Asas keb. Inominat •Peraturan Per UU
berkontrak •Kebiasaan
1319
Sistem Terbuka
5
Pengaturan Hukum Perikatan
Buku ke III
Bab I s.d Bab IV tentang Perikatan Pada Umumnya
Bab V s.d Bab VII tentang Perjanjian Khusus
Lihat pasal 1319 KUHPerdata
Ketentuan Bagian Umum berlaku juga pada perjanjian-
perjanjian yang diatur dalam KUHD
6
Perjanjian
Dalam perjanjian setidak-tidaknya melibatkan 2 pihak:
Yaitu pihak yang mengajukan penawaran dan pihak yang
menerima penawaran tersebut
Dalam KUHPerdata disebutkan bahwa kedua belah pihak itu
adalah pihak yang berkewajiban untuk melakukan prestasi
(debitur) dan pihak yang berhak menuntut terlaksananya prestasi
tersebut (kreditur)
7
Sumber Perikatan
Kongret
Perjanjian (1313)
PERIKATAN UU saja
Ps. 1233 UU 1354,
1359
Halal
Krn Prb Man.
PMH
(1365)
8
3 Macam Prestasi (Ps. 1234 KUHPerdata)
1. Memberikan sesuatu (to Geven)
2. Berbuat sesuatu (to Doen)
3. Tidak berbuat sesuatu (Niet Doen)
Macam Perjanjian
Macam-macam perjanjian dapat dilihat dari KUHPerdata maupun
doktrin hukum
9
Menurut Doktrin
Dilihat dari segi prestasi
Timbal Balik → saling memenuhi kewajiban utamanya
Timbal Balik Tidak Sempurna → saling memenuhi tetapi kewajiban tp tidak
seimbang. Misal perjanjian pemberian kuasa (ps. 1792-1808)
Perjanjian Sepihak → hanya 1 pihak yang mempunyai kewajiban. Misal
perjanjian hibah (ps. 1666)
Dilihat dari segi pembebanan
Perjanjian Tanpa Beban → perjanjian hibah (pemberi hibah tidak menarik
manfaat bagi dirinya sendiri)
Perjanjian Atas Beban (perjanjian yang mewajibkan masing-masing pihak
melakukan prestasi)
Dilihat dari segi kesepakatan
Perjanjian Konsesual → lahir pada saat tercapainya kata sepakat diantara para
pihak
Perjanjian Riel → lahir disamping kata sepakat juga diiikuti dengan
penyerahan barang
10
Menurut KUHPerdata
A. Perikatan untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu
B. Bersyarat → jika digantungkan pada suatu peristiwa tertentu yang akan datang dan
masih belum terjadi. Ada 2 macam:
1. Syarat tangguh
2. Syarat batal
C. Ketetapan waktu
D. Alternatif (manasuka)
E. Tanggung menanggung → Ps. 18 KUHD → firma, dikatakan tiap persero
bertanggung jawab secara tanggung menanggung untuk perikatan firma
F. Dapat dibagi/tidak dapat dibagi → prestasi dalam hal terdapat beberapa orang
debitur/kreditur
G. Ancaman hukuman → diwajibkan pada debitur untuk menjamin pelaksanaan
perikatannya, melakukan sesuatu perbuatan, jika perikatan tidak terpenuhi.
Ancaman hukum mengandung 2 maksud:
1. Untuk mendorong debitur melaksanakan kewajibannya
2. Membebaskan kreditur dari pembuktian tentang jumlah/besarnya kerugian
yang diderita.
11
Perikatan alam (Natuurlijke Verbintenis) → secara tegas tidak diatur dalam
KUHPerdata
Satu-satunya pasal yang menyebutkan adalah Ps. 1359 ayat (2) →
“Pembayaran yang tidak diwajibkan tidak boleh diminta kembali” dengan
perkataan lain yang tidak diwajibkan tetap menjadi hak kreditur
Perikatan alam adalah perikatan yang berada ditengah-tengah diantara
perikatan moral dan perikatan hukum → perikatan yang tidak sempurna,
tidak dapat dituntut dimuka hakim, “hutang ada, tp hak menuntut
pembayaran tidak ada” tergantung pada kemauan debitur, jika hutang
dibayar → menjadi perikatan hukum biasa, hutang pun hapus karena
pembayaran
Yang termasuk perikatan alam
Ps. 1788 KUHPerdata
Pembayaran bunga pinjaman yang tidak diperjanjikan
Sisa hutang pailit, setelah diadakan perjanjian perdamaian
12
Asas-asas penting dalam hukum perikatan
Sistem terbuka dan asas konsensualisme - Ps. 1338 (1)
• Sistem terbuka x sistem tertutup → berkaitan dengan aanvullend
recht (optinal law) atau hukum pelengkap
• Konsensualisme → lahir pada saat tercapai kata sepakat
o Pengecualiannya:
Perjanjian formal → formalitas tertentu. Misalnya perjanjian hibah akta notaris
Perjanjian riil
Kesepakatan (Consensus)
Subjektif
Kecakapan (Capacity)
15
Kesepakatan (Consensus)
16
Kecakapan (Capacity)
Subjek Hukum
Badan Hukum
17
Hal Tertentu (Certainty of Terms)
Ps. 1333 KUHPerdata
Pokok
Prestasi Objek Perjanjian
18
Sebab yang halal (legality)
Yang dimaksud dengan Sebab adalah isi perjanjian itu sendiri,
yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh para pihak
(Ps. 1377 KUHPerdata)
Isi dari perjanjian itu harus memuat suatu kausa yang
diperbolehkan atau legal (geoorloofde oorzaak) yaitu:
1. Undang-undang
2. Ketertiban umum (openbare orde/public policy)
3. Kesusilaan (zenden/morality)
4. PATIHA (Kepatutan, Ketelitian, dan Kehati-hatian)
19
Pelaksanaan Perjanjian
Asas itikad baik (Ps. 1338 (3)) → dalam pelaksanaan prestasi
harus bersifat objektif → mengacu pada keadilan, kepatuhan,
dan kesusilaan
Harus memuat elemen dari perjanjian sesuai dengan Ps. 1339
dan 1347
o Isi perjanjian itu sendiri
o Kepatutan
o Kebiasaan
o UU
Dalam praktek di peradilan, urutannya menjadi
o Isi perjanjian
o UU
o Kebiasaan
o Kepatutan
20
Penafsiran
o Penafsiran → maksudnya untuk mengetahui maksud para pihak yang
membuat perjanjian
o UU memberikan pedoman:
Ps. 1342 → Penafsiran UU
Ps. 1347 → kebiasaan
Ps. 1348 → tentang kedudukan janji
Ps. 1349 → penafsiran jika ada keraguan
Ps. 1350 → kata perjanjian bersifat umum
Ps. 1351 → tentang pengurangan & pembatasan kekuatan perjanjian
Eksekusi riel
o Harfiah → pelaksanaan pemenuhan kewajiban debitur
o Yuridis → kreditur dapat mewujudkan sendiri prestasi yang dijanjikan
dengan biaya debitur berdasarkan kuasa yang diberikan hakim, apabila
debitur tidak melaksanakan prestasi
o Ps. 1234 hanya mengatur mengenai eksekusi riel berupa
Berbuat sesuatu
Tidak berbuat sesuatu
21
Tidak terlaksananya perjanjian
Terdapat dua alasan tidak terlaksananya suatu perjanjian, yaitu:
1. Wanprestasi
2. Overmacht atau keadaan memaksa
1. Wanprestasi
Pengertian → debitur tidak memenuhi apa yang diperjanjikan atau lalai
Bentuknya
1. Tidak melaksanakan perjanjian
2. Tidak sempurna melaksanakan
3. Terlambat melaksanakan
4. Melakukan hal yang tidak boleh
Ps. 1238 KUHPerdata debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah/akta sejenis
yang menyatakan lalai atau demi perikatannya
Hukuman (akibat) bagi debitur lalai
1. Ganti rugi
2. Pembatalan perjanjian/pelaksanaan perjanjian
3. Peralihan resiko
4. Membayar biaya perkara
22
Hukuman terhadap wanprestasi
Ad 1. ganti rugi Segala pengeluaran yang nyata-
nyata sudah dikeluarkan
Biaya
Rugi Bunga
24
2. Keadaan Memaksa (overmacht)
Overmacht/force majeur
Tiga unsur overmacht adalah
1. Tidak memenuhi prestasi
2. Ada sebab yang terletak diluar kesalahan debitur
3. Faktor penyebab itu tidak dapat diduga sebelumnya dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepada debitur
Dua ajaran tentang overmacht:
1. Ajaran yang objektif (de objektive overmachtsleer) atau absolut
Dalam keadaan memaksa
Unsur impossibilitas
2. Ajaran yang subjektif (de subjective overmachtsleer) atau relatif
Dalam keadaan memaksa
Unsur diffikultas
Bentuk keadaan memaksa
1. Bentuk umum → karena iklim, kehilangan, dan pencurian
2. Bentuk khusus → undang-undang, peraturan pemerintah, dan pemogokan
25
Hapusnya perikatan
Dalam praktek hapusnya perikatan:
Jangka waktunya berakhir
Dilaksanakan objek perjanjian
Kesepakatan dua belah pihak
Pemutusan secara sepihak
Adanya putusan pengadilan
27
Sekian dan Terima Kasih
28