Anda di halaman 1dari 8

PAJAK PERUSAHAAN TRANSPORTASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Perpajakan

Dr. Ruhul Fitrios

DISUSUN OLEH:

Rizki Afrika 1710246074


Andre Pratama 1710246053
M. Rahman 1710246062

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2018
A. PPh Pasal 23 Atas Jasa Angkutan

Dalam pasal 23 UU Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan dikatakan bahwa
setiap penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan
untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek
pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap,
dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan sebesar 2 % dari jumlah bruto atas sewa
dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan
lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2).

Sebelum diterbitkannya PER-70/PJ/2007 tentang jenis jasa lain, khusus tentang


persewaan alat angkutan darat diatur dalam SE- 08/PJ.31/1995 bahwasanya yang termasuk
sebagai sewa alat angkutan darat dan merupakan objek pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
23 adalah :

Sewa kendaraan angkutan umum berupa bus, minibus, taksi yang disewa atau
dicharter untuk jangka waktu tertentu baik secara harian, mingguan maupun bulanan,
berdasarkan suatu perjanjian tertulis atau tidak tertulis antara pemilik kendaraan
angkutan umum dengan Wajib Pajak Badan atau Wajib Pajak orang pribadi yang
ditunjuk sebagai pemotong PPh Pasal 23 sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor : 50/PJ./1994 tanggal 27 Desember 1994, misalnya
untuk antar jemput karyawan suatu perusahaan atau antar jemput anak sekolah suatu
Yayasan atau untuk kepentingan lainnya, sehingga mengakibatkan masyarakat umum
tidak dapat lagi menumpang kendaraan umum yang bersangkutan.

Sewa kendaraan milik perusahaan persewaan mobil, perusahaan bus wisata dan milik
orang pribadi yang bukan merupakan kendaraan angkutan umum yang disewakan
kepada Wajib Pajak Badan atau Wajib Pajak orang pribadi yang ditunjuk sebagai
pemotong PPh Pasal 23.

Sewa kendaraan berupa truck, mobil derek, taksi milik perusahaan/orang pribadi
tersebut yang disewa atau charteroleh suatu perusahaan angkutan untuk keperluan
operasi usaha angkutan darat atau untuk keperluan lain.
Dalam Pasal 1 ayat 1 Per-70/PJ/2007 diatur bahwa “atas penghasilan sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta serta imbalan jasa yang dibayarkan
badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya atau oleh orang pribadi yang ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pajak untuk memotong pajak kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk
usaha tetap dipotong PPh sebesar 15% (lima belas persen) dari perkiraan penghasilan neto
oleh pihak yang membayar.

Adapun perkiraan penghasilan neto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta yang dijelaskan dalam lampiran aturan tersebut yaitu :

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta khusus kendaraan
angkutan darat untuk jangka waktu tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjian
tertulis ataupun tidak tertulis, perkiraan penghasilan netonya adalah 10% dari jumlah
bruto tidak termasuk PPN.

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, selain kendaraan
angkutan darat, untuk jangka waktu tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjian
tertulis ataupun tidak tertulis, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
persewaan tanah dan atau bangunan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat final, perkiraan penghasilan netonya adalah 30% dari jumlah bruto tidak
termasuk PPN.

Adapun pengertian Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
khusus kendaraan angkutan darat, dalam ketentuan ini adalah :

Sewa kendaraan angkutan umum berupa bus, minibus, taksi yang disewa atau dicarter
untuk jangka waktu tertentu yaitu secara harian, mingguan maupun bulanan,
berdasarkan suatu perjanjian tertulis atau tidak tertulis antara pemilik kendaraan
angkutan umum dengan Wajib Pajak badan atau Wajib Pajak orang pribadi yang
ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23;

Sewa kendaraan milik perusahaan persewaan mobil, perusahaan bus wisata yang
bukan merupakan kendaraan angkutan umum yang disewa atau dicarter untuk jangka
waktu tertentu yaitu secara harian, mingguan maupun bulanan, berdasarkan suatu
perjanjian tertulis atau tidak tertulis kepada Wajib Pajak badan atau Wajib Pajak
orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23;
Sewa kendaraan berupa milik perusahaan yang disewa atau dicarter untuk jangka
waktu tertentu yaitu secara harian, mingguan maupun bulanan, berdasarkan suatu
perjanjian tertulis atau tidak tertulis kepada Wajib Pajak badan atau Wajib Pajak
orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23

Perjanjian tertulis maupun tidak tertulis adalah kesepakatan untuk mengikatkan diri
pada satu atau lebih pihak lain yang dituangkan secara tertulis maupun lisan.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa yang menjadi pedoman atau standar atau acuan
dalam menetapkan apakah jasa angkutan umum di darat dikenakan PPh Pasal 23 adalah
“untuk jangka waktu tertentu seperti jam-jaman, harian, mingguan, bulanan, atau bahkan
tahunan” sedangkan adanya perjanjian tertulis tidak menjadi pedoman atau standar. Sehingga
apabila penghasilan sehubungan dengan penggunaan harta atas jasa angkutan khususnya di
darat berdasarkan banyaknya volume barang atau berat barang atau jarak tempat tujuan bukan
objek pemotongan PPh Pasal 23.

Penegasan tersebut diatas dipejelas dalam Surat Edaran (SE) Nomor SE-35/PJ/2010
tanggal 9 Maret 2010, yang dimaksud dengan kata “sewa” adalah penghasilan atau imbalan
sehubungan dengan kesepakatan untuk memberikan hak menggunakan harta selama jangka
waktu tertentu, baik dengan perjanjian tertulis maupun lisan, sehingga harta tersebut hanya
digunakan oleh penerima hak (penyewa) selama jangka waktu yang telah disepakati.
Penjelasan ini diharapkan dapat menghilangkan perdebatan yang selama ini sering terjadi,
misalnya dalam soal sewa gudang dengan jasa penitipan/penyimpanan, jasa angkutan umum
kendaraan dengan sewa (charter) kendaraan, dan beberapa transaksi sejenis.

Tarif PPh Pasal 23 atas sewa harta ditetapkan sebesar 2% dengan ketentuan jika si
penerima imbalan sewa tidak memiliki NPWP, maka tarifnya dinaikkan menjadi 4% [Pasal
23 ayat (1a) UU PPh]. Sedangkan yang menjadi DPP adalah jumlah bruto sewa, dalam
bentuk apapun (barang atau uang). Dengan demikian, PPh Pasal 23 atas sewa harta dihitung
= 2% (atau 4%) dikalikan dengan jumlah bruto imbalan sewa.

Perlu dijelaskan tentang perbedaan tarif, dimana UU No 36 Pasal 23 disebutkan sewa


dan penghasilan lain sehubungan dengan pengunaan harta dengan tarif 2% dari bruto,
sementara di dalam PER 70/PJ/2007 disebutkan sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan tarif 1,5% (atas penghitungan 15% x 10 %/dasar pengenaan pajak) hal
ini bahwa PER-70/2007 merujuk UU PPh lama, dengan demikian masih tetap berlaku
sepanjang menyangkut transaksi sampai dengan 31-12-2008. Dan untuk transaksi mulai 1-1-
2009 dst tatacara penghitungan PPh Ps 23 merujuk UU PPh baru Jo. PMK-244/2008.

B. Pajak Pertambahan Nilai Atas Jasa Angkutan

Berdasarkan Pasal 4A Ayat (3) huruf j Undang-undang PPN 1984, salah satu jenis
jasa yang tidak dikenai PPN adalah jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa
angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan
udara luar negeri.

Penjelasan mengenai jasa angkutan umum di darat yang tidak dikenai PPN diatur
dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 527/KMK.03/2003 yang kemudian diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.03/2006, dan terakhir dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2012 tanggal 29 Mei 2012.

Pasal 2 ketentuan tersebut menyatakan bahwa atas penyerahan jasa Angkutan Umum
di darat dan di air tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Adapun Penyerahan jasa
Angkutan Umum di darat terdiri dari dua jenis yaitu :

penyerahan jasa Angkutan Umum di jalan dengan menggunakan Kendaraan Angkutan


Umum dan penyerahan jasa Angkutan Kereta Api.

Dengan demikian penyerahan jasa angkutan umum di jalan tidak dikenai PPN jika
menggunakan Kendaraan Angkutan Umum. Adapun pengertian dan batasan Kendaraan
Angkutan Umum diatur dalam Pasal 1 ketentuan di atas, Kendaraan Angkutan Umum adalah
kendaraan bermotor yang dipergunakan untuk kegiatan pengangkutan orang dan/atau barang
yang disediakan untuk umum dengan dipungut bayaran baik dalam trayek maupun tidak
dalam trayek, dengan menggunakan tanda nomor kendaraan dengan dasar kuning dan tulisan
hitam.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa, jasa angkutan umum di jalan yang tidak
dikenai PPN adalah jasa angkutan umum yang menggunakan kendaraan bermotor dengan
tanda nomor kendaraan berpelat kuning dan tulisan hitam di atasnya. Hal ini berarti jika jasa
angkutan umum yang dilakukan tidak menggunakan pelat kuning, maka jasa angkutan umum
di jalan tetap dikenai PPN.

Melihat kasus diatas dimana perusahaan sekaligus menggunakan 3 tipikal angkutan


dalam menjalankan bisnisnya, penulis menyimpulkan sebagai berikut :
a. Armada Angkutan Dimiliki Sendiri

Semua biaya yang dikeluarkan tentu dapat dibiayakan sepanjang dapat dibuktikan
dengan dokumen pendukung serta dalam rangka untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan sebagaimana disebutkan dalam pasal 6 UU PPh. Dan atas
biaya tersebut tidak mengandung unsur perpajakan baik PPh Pasal 23 maupun Pajak
Pertambahan Nilai.

b. Penggantian Biaya Angkutan

Adakalanya perusahaan tidak menyediakan angkutan dan menyerahkan kepada


pembeli namun sebagai pihak penjual akan mengembalikan biaya angkutan yang
dikeluarkan oleh pembeli. Sepanjang bukti atau dokumen atas biaya-biaya yang ditalangi
terkait biaya pengangkutan mengatasnamakan si penjual maka terbebas dari unsur
pemungutan dan pemotongan pajak yaitu PPN dan PPh Pasal 23. Berbeda hal apabila
atas bukti atau dokumen atas biaya-biaya tersebut atas nama pembeli, terkait hal ini
pembaca dapat membuka kembali catatan yang pernah penulis tulis dalam “Sekilas
Tentang PPN Atas Reimbursement Cost”.

c. Menggunakan Jasa Angkutan

Dalam hal ini perusahaan penjual menggunakan Jasa Angkutan dengan cara
menyewa kendaraan angkutan misalkan truk. Sesuai perjanjian bahwa biaya sewa truk
dihitung berdasarkan jumlah barang yang akan diangkut/dipindahkan dan proses
pengangkutan/perpindahan dilakukan dalam waktu 2(dua) hari. Maka atas kasus ini
sesuai dengan surat penegasan SE-35/PJ/2010 dikatakan bahwa pengertian sewa yang
terutang PPh Pasal 23 adalah atas penghasilan atau imbalan sehubungan dengan
kesepakatan untuk memberikan hak menggunakan harta selama jangka waktu tertentu
Kasus :

Klien meminta saudara untuk memberikan advice terkait dengan tax planning terhadap
rencana pendirian perusahaan. Bagaimana saudara dapat menjelaskan bahwa saran yang
saudara berikan layak di pertimbangkan terutama dari aspek perpajakan sehingga
memberikan laba maksimal !

Pada tahun fiskal perusahaan memilki omset sebesar 6 miliar. Beban operasional 4 miliar dan
beban administrasi sebesar 500 juta. Bagaimana kelompok kami sebagai konsultan
memberikan saran untuk perusahaan jasa angkutan ini?

Jawab:

Penjualan 6.000.000.000

Beban Operasional 4.000.000.000

Beban administrasi 500.000.000

Labar sebelum pajak 1.500.000.000

4.800.000.000
Fasilitas pasal 31 E 𝑥 1.500.000.000 = 1.200.000.000
6.000.000.000

1.200.000.000 x 50% x 25 % = 150.000.000

300.000.000 x 25% = 75.000.000

PPh Badan 225.000.000

Kredit PPh 23 ( 50.000.000 )

Pajak terutang 175.000.000

Analisis Konsultan :

Pajak terrutang perusahaan ini adalah 175jt yang di anggap masih terlalu besar. Untuk ini
kami sebagai konsultan menyarankan kepada perusahaan yaitu menekan omset agar tidak
melebihi 4,8 miliar dengan cara membuka CV baru dan mengalihkan sisa omset 1,2 miliar
tersebut ke CV baru itu.
Dengan omset 4,8 milliar, maka perhitungan pajak nya menjadi:

PPh Final 4.800.000.000 x 0,05% = 2.400.000

Anda mungkin juga menyukai