Anda di halaman 1dari 15

Bentuk

Negara
Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada

Bagian HAN Fakultas Hukum UGM


 I Dewa Gede Palguna, Mahkamah Konstitsi, Judicial Review, dan
Welfare State, Jakarta, Sekretariat Jnderal dan Kepaniteraan
Mahkaman Konstitusi, 2008

 Muchsan S.H., Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat


Pemerintah dan Peradilan Tata Usaha Negara, Liberty, Yogyakarta,
2000

 Sf. Marbun dan Moh Mahfud MD, Pokok-pokok Hukum Administrasi


Negara, Liberty, Yogyakarta, 2006
Sondang P. Sinagan mengemukakan tiga bentuk negara yang
memberikan peranan dan fungsi berbeda bagi pemerintahan, yaitu :
 Political state
 Legal state
 Welfare state
 Semua kekuasaannya berada di tangan Raja sebagai pemerintah.
 Pemerintah disini adalah pemerintah dalam arti luas terpusat
ditangan raja.
 Terjadi pada zaman petengahan (abad IV sampai abad XV) di
Eropah Barat.
 Belum mengenal adanya pembagian fungsi dan kekuasaan
 Kekuasaan raja sangatlah luas karena sekaligus memegang
kekuasaan ekskutif, legislatif dan yudikatif.
 Dipersoalkan pada akhir abad pertengahan. Akhirnya kekuasaan
kehakiman diambil dari tangan raja, sehingga raja hanya memegang
kekuasaan legislatif dan eksekutif.
 Tumbuh dan berkembang kembali Konsep “ Kontrak Sosial (Perjanjian
Masyarakat)” dimana raja tampil sebagai pemerintah disebabkan adanya
perjanjian masyarakat yang memberikan kekuasaan kepadanya untuk
memimpin negara dan menjamin ketentraman masyarakatnya.
 Raja tidak boleh sewenang-wenang, kekuasaannya dibatasi hanya terkait
masalah-masalah eksekutif. Kekuasaan Legislatif dan Yudikatif dipegang
oleh badan yang berdiri sendiri.
 Pemerintah hanya sebagai pelaksana peraturan.

 Prinsip staatsontouding atau pembatasan peranan dalam bidang politik, dan


prinsip staatsbemoeienis dalam bidang ekonomi yang melarang negara dan
pemerintah mencampuri kehidupan ekonomi masyaakat.

 Tugas pemerintah bersifat pasif. Hanya menjadi wasit dalam melaksanakan


keinginan masyarakat yang telah disepakati dalam pemilihan demokratis –
liberal. Sehingga disebut juga negara penjaga malam atau penjamin keamanan.

 Ada juga yang menyebut dengan bentuk “ Negara Pluralis “ yaitu negara yang
pemerintahannya netral sebagai pelaksana dari keinginan masyarakat.
Pemisahan Kekuasaan :
 John Locke (Two Tretises on civil Government) distribution of power
(pembagian kekuasaan) Kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan federatif.
 Montesquieu (L’Esprit des Lois) Seperation of power (pemisahan
kekuasaan) meliputi kekuasaan Legislatif, Eksekutif, Yudikatif. (Trias
Politica).

 Paruh kedua abad XIX di Eropah Barat muncul tuntutan untuk


menghentikan ketimpangan sosial dan diganti dengan konsep baru yang
lebih dinamis yaitu Welfare State
 Liberalisme dan individualisme sebagai dasar dalam Legal State menimbulkan
kepincangan sosial karena hanya menguntungkan kaum borjuis dengan
melakukan propaganda dan medudukan wakilnya di parlemen.
 Wakil di parlemen membuat dan mengeluarkan aturan yang menguntungkan
kaum borjuis.

 Muncul pemikiran perlunya pemisahan kekuasaan.


 Konsepsi negara hukum ini didasari falsafah individualisme yang menempatkan
individu sebagai primus interpares dlm kehidupan bernegara. Konsekuensinya:
pemerintah yang demokratis adalah pemerintah yg terbatas kekuasaannya dan
tdk bertindak sewenang-wenang kepada warga negaranya.
 Tugas pemerintah diperluas untuk menjamin kesejahteraan umum.
 Diebut juga “ Negara Kesejahteraan” atau “ Negara Hukum Materiil “
 Muncul sebagai reaksi atas kegagalan konsep legal state.
 Tugas pemerintah bukan hanya penjaga malam dan bersifat pasif,
namun harus aktif turut serta dalam kegiatan masyarakat, baik
dibidang politik maupun sosial ekonomi.
 Pemerintah siserahi bestuurzoog yaitu penyelenggaraan
kesejahteraan umum.
 Tujuan utama welfare state adalah untuk Pemerataan kesejahteraan
dalam kehidupan bermasyarakat.
 Mengontrol dan mendayagunakan sumber daya sosial ekonomi ntuk
kepentingan publik;
 Menjamin distribusi kekayaan secara adil dan merata;
 Mengurangi kemiskinan
 Mnyediakan asuransi sosial (pendidikan dan kesehatan ) bagi
masyarakat miskin;
 Menyediakan subsidi untuk layanan sosial dasar bagi disadvantage
people;
 Memberi proteksi sosial bagi tiap warga negara.
 Perlindungan konstitusional : konstitusi menjamin hak-hak individu
dan harus menentukan juga cara/ proedur untk memperoleh
perlindungan atas hak yang dijamin tersebut;
 Badan kehakiman yang bebas ;
 Pemilihan umum yang bebas ;
 Kebebasan untuk menyatakan pendapat ;
 Kebebasan untuk berserikat/ berorganisasi dan beroposisi ;
 Pendidikan kewarganegaraan ;
 Dalam welfare state negara berperan aktif dalam menciptakan
kesejahteraan. Misal dengan pengaturan perizinan, penciptaan
kebijaksanaan lwat deregulasi dalam bidang tertentu dsb*.
 Perwujudan kesejahteraan tidak sepenuhnya diberikan pada masyarakat
karena dengan bergitu yang terwujud bukanlah kesejahteraan yang merata
namun persaingan bebas yang dijiwai oleh free liberalism.
 Fungsi negara sangatlah luas dalam negara kesejahteraan.
Berdasarkan UUD 1945 Bab XIV mengenai kesejahteraan sosial, Negara
Indonesia termasuk negara bertipe welfare state.
1. keamanan yaitu tugas keamanan, pertahanan dan ktertiban (
defence, security and political function )
2. TUgas kesejahteraan atau welfare fuunction termasuk social
service and social welfare misal : bantuan bencana alam,
penentuan upah minimum dan panti asuhan
3. Tugas pendidikan termasuk penerangan umum, nation and
character building dan peningkatan kebudayaan
4. Tugas untujk mewujdkan ketertiban dan kesejahteraan dunia (world
peace and human welfare )
Negara Ditandai dengan means tested assistance, Modest Universal Transfer or social-insurance
Kesejahteraan plans. Mencerminkan komitmen politik untuk memperkecil peran negara,
mengindividualisasika resiko, dan memajukan penyelesaian melalui mekanisme pasar
Rezim Liberal terhadap kesejahtraan warganya. Contoh : Amerika, Inggris, Selandia Baru, Australia

Disebut juga Universal welfare state. Mempunyai omitmen yang kuat untuk melakukan
Negara Kesejahteraan
cakupan kesejahteraan warganya secara menyeluruh dan prinsip egalitarianisme.
Rezim Sosial –
Kebijakan publik yang meluas yaitu mencakup perawatan sehari hari, kesehatan, anak-
Demokratik anak dan pendidikan. Contoh : Swedia, Norwegia dan Denmark

Cirinya adalah pencampuran segimentasi status serta peran gereja dalam memajukan
Negara Kesejahteraan kesejahteraan. Tidak tergoda oleh efisiensi pasar. Contoh : Jerman, Austria, Perancis
Rezim Konservatif Italia, Belanda dan Spanyol
 M Yamin dan Sokarno dalam sidang BPUPKI berpendapat agar Negara
Indonesia berbentuk Negar Kesejahteraan, negara yang berkedaulatan
rakyat, negara yang hendak mewujudkan keadilan, negara yang menjamin
kesehatan rakyat, negara yang menjamin kebebasan rakyat untuk
berserikat berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
 Tujuan Negara Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 salah satunya
adlah memajukan kesejahteraan umum.
 Diimplemaentasikan melalui pembentukan lembaga dan kementrian terkait
kesejahteraan rakyat contohnya Kementrian Pendidikan, Kementrian Sosial
dsb.

Anda mungkin juga menyukai