Anda di halaman 1dari 36

KOMPLIKASI MUSKULOSKELETAL

PADA HEMOPHILIA:

Harlinda Haroen

Hematology-Medical Oncology Division


Internal Medicine Department
Medical Faculty of Sam Ratulangi University
Prof. Dr. R. D. Kandou General Hospital Manado
Hemofilia:
Gangguan pembekuan darah herediter
X-linked recessive
30% mutasi spontan

Etiologi:

Defisiensi faktor pembekuan


Hemofilia A : Defisiensi FVIII
Hemofilia B : Defisiensi FIX
 Manifestasi klinik berupa perdarahan spontan
ataupun setelah trauma ringan

 Paling sering pada:


Sendi (70-80%)
Otot (10-20%)
Membran mukosa (gusi, hidung, saluran kencing)
Saluran cerna
Intrakranial
 Perdarahan sendi (hemartrosis) merupakan
gejala khas pada hemofilia

 Paling sering terjadi pada sendi engsel yang


besar seperti : sendi lutut, siku, ankle

 Lebih jarang pada sendi peluru seperti: sendi


bahu, pergelangan tangan, sendi panggul
Hemartrosis berulang

Sinovitis kronik

Destruksi tulang dan tulang rawan

Artropati hemofilik

Nyeri sendi kronik
ACUTE COMPLICATIONS OF HEMOPHILIA

Hemarthrosis
Muscle hematoma (pseudotumor) (joint bleeding)
LONG-TERM COMPLICATIONS OF
HEMOPHILIA

Joint destruction Nerve damage


Struktur sendi sinovial
 Kapsul sendi yang tersusun dari :
 Kapsul fibrosis dan membrana sinovial
 Membrana sinovial, terdiri dari 2 lapisan:
Lining layer berisi: Sel tipe A (makrofag)
Sel tipe B (fibroblast)
Sublining layer berisi: lemak, jaringan fibrous, dan
kaya pembuluh darah
 Kartilago yang melapisi ujung tulang
 Cavum sinovial yang berisi cairan sinovial
 Jalinan pembuluh darah di bawah sublining
layer membrana sinovial merupakan sumber
perdarahan sendi
 Fungsi membran sinovial: lubrikasi, nutrisi,
dan mengeluarkan sisa produk dan debris
termasuk darah.
 Darah dalam jumlah besar akan menyebabkan
hipertrofi/hiperplasi sel sinovial.
 Hemosiderin akan tertimbun pada membran
sinovial, meningkatkan produksi sitokin pro
inflamasi seperti IL-1, IL-6, dan TNFa
 Deposit besi juga akan menambah proliferasi
sel sinovial melalui peningkatan ekspresi dari
MYC (c-myc), merupakan pro-onkogen yang
berhubungan dengan proliferasi membran
sinovial, dan
Mdm2, yang akan berikatan dengan tumor
supresor p53 dan menghambat apoptosis
 Terjadi peningkatan angiogenesis sehingga
sendi lebih mudah berdarah. dimediasi oleh:
 Pro angiogenic factors : VEGF, SDF-1, dan MMP-9
 Pro angiogenic macrophage/monocyte cells
 Endothelial Progenitor Cells (EPGs)
 Hematopoietic Progenitor Cells (HPCs)

VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor)


SDF-1 (Stromal Cell-derived Factor 1)
MMP-9 (Matrix Metalloproteinase 9 )
 Hasil akhir : sinovial akan menebal, terjadi
sinovitis kronik, sendi akan membengkak
permanen, dan mudah terjadi perdarahan
ulang oleh adanya neovaskularisasi.
 Kerusakan kartilago merupakan akibat dari :
 - Sitokin pro inflamasi (IL-1, IL-6, TNFa)
- Efek toksik besi secara langsung menyebabkan
apoptosis sel kartilago
- Penurunan sintesis proteoglikan yang diperlukan
untuk mempertahankan integritas kartilago
 Penebalan sinovial dan kerusakan kartilago
 akan menyebabkan erosi tulang yang pada
 perjalanan selanjutnya menjadi artropati,
 ditandai dengan kekakuan sendi , ROM
menjadi sangat terbatas, deformitas sendi, dan
 nyeri kronik pada sendi yang terkena
Perdarahan
intraartikuler

Perdarahan
berulang

Deposisi
hemosiderin Perubahan metabolisme
kartilago
Inhibisi sintesis
Inflamasi sinovial (IL-1, IL6, TNFa)
proteoglikan
Hipertrofi/hiperplasi sel sinovial
Neovaskularisasi

Kerusakan kartilago
Erosi tulang
“Target joint” = irreversibly damaged
joint with vicious cycle of injury and
repeated bleeding
 Hemartrosis akut
Didahului “tingling sensation”/aura
Tanda inflamasi pada sendi:
 Sinovitis Kronik
Nyeri sendi kronik
Pembengkakan sendi menjadi permanen
Sendi menjadi kaku
Range of Motion (ROM) menjadi terbatas
Kasus berat: Tulang menyatu
Deformitas sendi
Kerusakan total sendi

Hemofilik artropati
 Pada banyak kasus bersifat poliartikuler

 Terdapat “target joint”


Sendi yang kena lebih peka terhadap
perdarahan ulang

 Dikenal sebagai “ vicious circle”


Hemartrosis - Sinovitis - Hemartrosis
 Berdasarkan manifestasi klinis
Hemartrosis, sinovitis , artropati
 Imaging
X-Ray : mendeteksi perubahan pada tulang
USG Doppler : mendeteksi perubahan pada sinovial
dan kartilago sesudah perdarahan
berulang
CT-Scan/MRI : mendeteksi perubahan sinovial dan
kartilago lebih awal
 Petanda serologi untuk mendeteksi sinovitis
fase akut : VEGFA, HPCs, EPCs
Hematologist Physiotherapist

Orthopedist Rheumatologist
 Nyeri pada hemartrosis akut

First aid : Protection ( pasang splint)


Rest
Immobilization (3-5 hari)
Compression
Elevation
 Pemberian terapi pengganti (FVIII/FIX) segera
 Analgetik : Avoid NSAID non COX -2 inhibitor
No aspirin
 Fisioterapi sesudah perdarahan teratasi untuk
mencegah sinovitis dan mengembalikan ROM
 Aspirasi (kontroversial)
Mempersingkat waktu kontak produk darah
dgn sinovial
Bahaya perdarahan ulang dan septik artritis
 Nyeri pada sinovitis kronik

Konservatif
- Cegah perdarahan berulang dengan
pemberian faktor pengganti (FVIII/FIX)
- Atasi nyeri dengan analgetik
- Fisioterapi untuk mempertahankan ROM dan
kekuatan otot, mencegah kontraktur, dan
mengurangi nyeri
- Suntikan steroid intraartikuler dapat
mengurangi nyeri dan inflamasi
Operatif
Bila gejala tidak teratasi dengan terapi
konservatif dapat dilakukan sinovektomi :
Chemical agent
Radiosinovektomi
Pembedahan (artroskopi /bedah terbuka)
 Nyeri pada artropati hemofilik
Terapi : analgetik dan tindakan operatif
Total hip / knee replacement
Resection of radial head
Ankle arthrodesis
Paracetamol/acetaminophen
1 If not effective

COX-2 inhibitor (e.g. celecoxib, meloxicam, nimesulide, and others)


OR
2 Paracetamol/acetaminophen plus codeine (3-4 times/day)
OR
Paracetamol/acetaminophen plus tramadol (3-4 times/day)

Morphine: use a slow release product with an escape of a rapid


3 release. Increase the slow release product if the rapid release product
is used more than 4 times/day
 Modalitas terapi lain terhadap nyeri:
 Pool therapy
 Massage dan relaxation
 Acupuncture
 Acupressure
 Heat therapy
Efektifitas : uncertain
On demand & Profilaksis

Terapi on demand

 Diberikan saat terjadi perdarahan akut atau untuk


persiapan tindakan bedah

 Target FVIII/IX sesuai jenis perdarahan atau tindakan

 Untuk perdarahan sendi target 10-20 IU/dL* diberikan


selama 1-2 hari , dapat diperpanjang bila respon
inadekuat

 * Sesuai WFH 2005 untuk negara dengan ketersediaan faktor pengganti yang
terbatas
Profilaksis

Tindakan yang paling efektif untuk mencegah


perdarahan berulang dan komplikasi sendi pada
hemofilia

Profilaksis primer: Diberikan sebelum adanya


kelainan osteokondral, dimulai sebelum episode
perdarahan kedua pada sendi besar, dan sebelum
usia 3 tahun
Profilaksis sekunder: Diberikan sesudah 2 atau
lebih episode perdarahan sendi besar, sebelum
adanya kelainan sendi
Profilaksis tertier: Dimulai sesudah terjadi kelainan
sendi
Dosis profilaksis

Malmo protocol :
Hemofilia A: FVIII 25-40 IU/kgBB 3 kali seminggu
Hemofilia B: FIX 25-40 IU/kgBB 2 kali seminggu

Utrecht protocol :
Hemofilia A: FVIII 15-30 IU/kgBB 3 kali seminggu
Hemofilia B: FIX 15-30 IU/kgBB 2 kali seminggu
 Nyeri sendi kronik terjadi pada pasien hemofilia
yang tidak mendapatkan terapi adequat sehingga
terjadi komplikasi pada sendi akibat hemartrosis
berulang
 Penanganan konservatif nyeri sendi meliputi
pemberian analgetik, terapi pengganti FVIII/FIX,
dan fisioterapi
 Bila nyeri tidak teratasi dengan terapi konservatif
maka dibutuhkan tindakan operatif
 Pemberian profilaksis merupakan tindakan yang
paling efektif untuk mencegah terjadinya
kerusakan sendi yang berakibat nyeri sendi
kronik
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai