Anda di halaman 1dari 115

Pemicu 4

Kelompok 15
Blok Respirasi
Kelompok 15:

• Tutor : dr. Delliana


• Ketua : Elisa Handiwijaya 405140057
• Sekretaris : Raymond Malvin Winata 405140017
• Penulis : Nadya Chairani 405140151

• Anggota :

1. Sharon 405140002
2. Fransisca Noviant 405140040
3. Rachelle Betsy 405140052
4. Elisa Handiwijaya 405140057
5. Ivany Lestari Goutama405140070
6. Aldi Firdaus 405140098
7. Daniel Yohanes Putra 405140157
8. Amelia 405140226
9. Josephine Angelia S 405140233
Unfamilliar Terms

• Kesadaran Kompos Ments : Kesadaran penuh


• Parau : Serak
Rumusan Masalah
1. Mengapa keluhan semakin parah pada bayi ?
2. Kenapa dahaknya sulit untuk dibatukan ?
3. Apakah ada hubungan burung mat dengan keluhan yang dialami bayi laki-laki
dan ibunya ?
4. Kenapa suara nafas bayi terdengar lebih keras dari biasanya ?
5. Apakah ada hubungan imunisasi dengan keluhan pasien ?
6. Apa yang menyebabkan nyeri dada kanan pada ibu yang bertambah berat,
ketka ia mengambil nafas dalam ?
7. Mengapa tangisan bayi terdengar parau, dan menjadi gelisah juga sulit tdur di
malam hari ?
8. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat dilakukan ?
Curah Pendapat
5. Untuk menyingkirkan diagnosis banding (tdak ada hubungan dengan keluhan) ->
difteri
3. Ada, terdapat histoplasma capsulutan, ada H5N1 -> bikin burung mat mendadak
8. Pemeriksaan laboratorium(darah lengkap: Hitung jenis, trombosit, Hb&Ht ; Biak
Sputum), foto toraks, endoskopi, Pulse Oksimeter
7. Adanya gangguan di saluran pernafasan -> tahanan jalan nafas meningkat -> ada
hambatan -> kebutuhan O2 meningkat -> bernafas lebih kuat -> Parau.
1 . Gangguan pada saluran pernafasan belum ditangani , dan sistem imun bayi
belum begitu baik berkembang
2. Bayi 6 bulan -> mekanisme mengeluarkan dahak lebih sulit, karena mukus lebih
kental(penyakit terkait) -> susah di keluarkan -> menjawab no.4&7 = penyumbatan
saluran nafas
Ibu : Batuk berdahak, nyeri dada kanan 7 hari, demam, lemas, menggigil
Anak : batuk 5 hari, dahak susah keluar, demam, tangisan parau, gelisah, sulit tdur, nafsu makan berkurang

Pemeriksaan :
- Lab (hitung jenis, trombosit, Hb&Ht, sputum (Biakan, Kultur, Pewarnaan)
-Foto Toraks

Infeksi saluran nafas bawah, Flu burung, SARS

Tatalaksana & KIE


LO1 : 3M Infeksi Saluran
Pernafasan Bawah (Bronkitis,
Bronkiolitis, Pneumonia, Abses
Paru, Benda Asing)
Anak Datang dng Batuk & atau
Kesulitan Bernapas
• Anamnesis
• Batuk & kesulitan bernapas
• Lama dalam hari
• Pola: malam/dini hari?
• Faktor pencetus
• Paroksismal dng whoops / muntah / sianosis sentral
• Kontak dng pasien TB (atau batuk kronik) dalam keluarga
• Gejala lain (demam, pilek, wheezing, dll)
• Riwayat tersedak / gejala yg tba2
• Riwayat infeksi HIV
• Riwayat imunisasi: BCG, DPT, campak, Hib
• Riwayat atopi (asma, eksem, rinits, dll) pada pasien / keluarga
Anak Datang dng Batuk & atau
Kesulitan Bernapas
• Pemeriksaan fisik
• Umum
• Sianosis sentral
• Merinth/grunting, pernapasan cuping hidung, wheezing, stridor
• Kepala terangguk-angguk (gerakan kepala yang sesuai dengan inspirasi menunjukkan adanya distres
pernapasan berat)
• Peningkatan tekanan vena jugularis
• Telapak tangan sangat pucat
• Dada
• Frekuensi pernapasan (hitung napas selama 1 menit ketka anak tenang)
• Napas cepat : Umur < 2 bulan : > 60 kali
Umur 2 – 11 bulan : > 50 kali
Umur 1 – 5 tahun : > 40 kali
Umur > 5 tahun : > 30 kali
• Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest-indrawing)*
• Denyut apeks bergeser/trakea terdorong dari garis tengah
• Auskultasi – crackles (ronki) / suara napas bronkial
• Irama derap pada auskultasi jantung
• Tanda efusi pleura (redup) atau pneumotoraks (hipersonor) pada perkusi
Anak Datang dng Batuk & atau
Kesulitan Bernapas
• Pemeriksaan Fisik
• *Catatan: tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest-indrawing) terjadi ketka dinding
dada bagian bawah tertarik saat anak menarik napas. Bila hanya jaringan lunak antar iga atau di
atas klavikula yang tertarik pada saat anak bernapas, hal ini tdak menunjukkan tarikan dinding
dada bagian bawah
• Abdomen
• Masa abdominal: cair, padat
• Pembesaran hat & limpa
• Pemeriksaan Penunjang
• Pulse-oximetry : untuk mengetahui saat pemberian atau menghentkan terapi oksigen
• Foto dada dilakukan pada anak dengan pneumonia berat yang tdak memberi respons
terhadap pengobatan atau dengan komplikasi, atau berhubungan dengan HIV
BRONKITIS
• Akut  Proses inflamasi selintas pada trakea,bronkus utama dan
menengah yang bermanifestasi batuk ,membaik tanpa terapi dalam
waktu 2 minggu.

• Kronis(dewasa)  kondisi kronis/rekuren dari batuk produktf terjadi


selama 3 bulan dlm setahun dan berlangsung selama 2 tahun.
• Chronic bronchits: Repeated, frequent episodes of productve cough, usually
caused by smoking. Breathing also becomes difficult in this form of COPD

Buku ajar respirologi anak edisi 1 (idai 2015)


• Etologi :
• Virus (umum )
• Bakteri
• mycoplasma pneumoniae
• Bordetella pertussis
• Cornynebacterium diptheriae
• Bersamaan penyakit lain (tdak berdiri sendiri): fibrosis kistk ,asma
,aspirasi benda asing ,defisiensi imun ,immotle cilia syndrome dll

Buku ajar respirologi anak edisi 1 (idai 2015)


Pathophysiolo
gy
Smoking habit
• damages cilia
• If contnue:
• the damage to these cilia prevent them from functoning properly,
• chances of developing chronic bronchits increased.
• heavy smokers :
• the mucus membrane lining the airways stays inflamed and the cilia eventually stop
functoning altogether.
• Clogged with mucus, the lungs are then vulnerable to viral and bacterial infectons,
which over tme distort and permanently damage the lungs' airways.
• This permanent conditon is called COPD (chronic obstructve pulmonary
disease).
Brokitis akut virus
• Etologi :
• Rhinovirus
• RSV
• Influenza virus
• Parainfluenza virus
• Adenovirus
• Rubeola virus
• Paramyxovirus
• Selain itu  asam lambung dan polusi lingkungan(zat kimia ) kronis
(berulang )
Buku ajar respirologi anak edisi 1 (idai 2015)
Bronkhitis akut virus
• Tanda dan gejala
• Mengikut gejala infeksi repirasi  rinits & faringits
• Batuk 3-4 hari setelah rinits
• Keras dan kering  batuk ringan dan produktf muntah
• Lebih tua  nyeri dada dan produksi sputum

Buku ajar respirologi anak edisi 1 (idai 2015)


Bronkhitis akut virus
• Patfis
• Diketahui aktvitas kelenjar mukus meningkat ,deskuamasi sel sel epitel
bersilia
• Infiltrasi leukosit PMN ke dalam dinding serta lumen saluran repiratori 
purulen

Buku ajar respirologi anak edisi 1 (idai 2015)


Bronkhitis akut virus
• PF dan PP
• Auskultasi  tdak khas awal  ronkhi,suara nafas berat dan kasar
,wheezing /kombinasi
• Radiologi  normal /peningkatan corak bronkial

• Gejala hilang  10-14 hari ,menetap 2- 3 minggu (curiga kronis


/infeksi sekunder bakteri)

Buku ajar respirologi anak edisi 1 (idai 2015)


• Tatalaksana
• Suportf
• Antbiotk sebaiknya diberikan bila dicurigai ada infeksi bakteri serta tdak
bisa untuk profilaksis infeksi bakteri sekunder .
• Obat penekan batuk tdak dianjurkan
• Wheezing  brokodilator ß2- agonis .

Buku ajar respirologi anak edisi 1 (idai 2015)


Bronkitis akut bakteri
• Patfis : invasi sekunder dari infeksi viral
• Etologi: Staphylococcus aureus ,Streptococcus pneumonia
,Haemophilus Influenza Mycoplasma Pneumonia,Chlamydia sp

• Anak tdak imunisasi Bordetella pertussis dan cornybacterium


diphtheria  trakeobronkhits

Buku ajar respirologi anak edisi 1 (idai 2015)


• Patfis (pertusis)
• Stadium kataral  gejala IRA lebih dominan (rinits,demam dll)
• Stadium paroksismal  frekuensi dan keparahan batuk ↑ (whoop khas),
posttusive emesis
• Hasil lab infiltrasi mukosa oleh limfosit dan leukosit PMN
• PP  kultur sekresi mukus

Buku ajar respirologi anak edisi 1 (idai 2015)


• Tatalaksana  suportf
• Eritromisin  usir kuman dari nasofaring ,pemberian selama 14 hari
 hentkan penyakit

• Prognosis  tergantung tatalaksana terhadap penyakit yg mendasari

Buku ajar respirologi anak edisi 1 (idai 2015)


Pemeriksaan Penunjang Bronkitis

• Auskultasi menggunakan stetoskop untuk mendengar


bunyi abnormal pada paru.
• Rontgen thorax
• Tes darah
• Analisa kultur sputum
• pulmonary functon test (PFT)
Pencegahan Bronkitis
• Tidak merokok
• Jauhin atau kurangi dengan sesuatu yang mengiritasi
hidung, tenggorokan dan paru sepert debu dan
binatang peliharaan.
• Minum obat sesuai anjuran dokter
• Makan-makanan sehat
• Sering cuci tangan
• Agents employed for symptomatc treatment include the
following:

• Central cough suppressants (eg, codeine and


dextromethorphan) – Short-term symptomatc relief of coughing
in acute and chronic bronchits
• Short-actng beta-agonists (eg, ipratropium bromide and
theophylline) – Control of bronchospasm, dyspnea, and chronic
cough in stable patents with chronic bronchits; a long-actng
beta-agonist plus an inhaled cortcosteroid can also be offered to
control chronic cough
• Nonsteroidal ant-inflammatory drugs (NSAIDs) – Treatment of
consttutonal symptoms of acute bronchits, including mild-to-
moderate pain
• Anttussives/expectorants (eg, guaifenesin) – Treatment of
cough, dyspnea, and wheezing
• Mucolytcs – Management of moderate-to-severe COPD,
especially in winter
• The following recommendatons have been made
with respect to treatment of acute bronchits with
antbiotcs:

• Acute bronchits should not be treated with


antbiotcs unless comorbid conditons pose a risk of
serious complicatons
• Antbiotc therapy is recommended in elderly (>65
years) patents with acute cough if they have had a
hospitalizaton in the past year, have diabetes mellitus
or congestve heart failure, or are receiving steroids
• Antbiotc therapy is recommended in patents with
acute exacerbatons of chronic bronchits
Komplikasi
• Asthma
• Pembenkakan jantung
• Kelumpuhan
• Gagal nafas yang parah
• Kematan
Emphysema
• Emphysema is a form of chronic (long-term) lung disease.
Bronkiolitis
Bronkiolitis
• Infeksi pada bronkiolus akibat virus
• Epidemiologi :
 Sering pada usia 2 – 24bl. Puncaknya 2 – 8bl
 Orenstein : bayi laki-laki usia 3- 6 bulan yang tdak mendapatkan asi dan
hidup di lingkungan padat penduduk
• Etologi  RSV, adenovirus, virus influenza, virus parainfluenza, rhinovirus,
mikoplasma
• Tanda & gejala  Obstruksi saluran napas berupa wheezing

Buku Ajar Respirologi Anak (IDAI)


Patofisiologi
 Infeksi virus pada epitel bersilia bronkiolus
 Terjadi respons inflamasi akut (obstruksi bronkiolus akibat edema, sekresi
mukus, tmbunan debris selular/sel-sel yang mat terkelupas, infiltrasi limfosit
peribronkial dan edema submukosa)
 Penebalan mukosa  hambatan aliran udara meningkat
 Ketdakseimbangan ventlasi-perfusi (missmatch)  hipoksemia -> hipoksia
jaringan  kerja pernapasan meningkat dan compliance paru menurun

Buku Ajar Respirologi Anak (IDAI)


Bronkiolitis
• Diagnosis :
 Wheezing  tdak membaik dengan 3dosis bronkodilator kerja cepat
 Ekspirasi memanjang
 Hiperinflasi dinding dada dengan hipersonor pada perkusi
 Retraksi dada
 Crackles / ronki pd auskultasi
 Sulit makan, menyusu, minum
• Anamnesa
• Karena Virus  Pilek ringan, batuk, demam
• Wheezing, sianosis, merinth (gruntng), napas berbunyi, muntah setelah batuk, rewel,
penurunan napsu makan
Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit (WHO)
Beratnya penyakit ditentukan berdasarkan
skala klinis. Digunakan berbagai skala klinis,
misal Respiratory Distress Assessment
Instrument(RDAI) atau modifikasinya
mengukur laju pernapasan/ RR, usaha
napas, beratnya wheezing dan oksigenasi
Risk factors for the development of bronchiolits include the following:

• Low birth weight, partcularly premature infants [44]


• Gestatonal age (independently associated with hospital resource use and outcome
among infants hospitalized for RSV infecton)
• Lower socioeconomic group [45]
• Crowded living conditons, daycare, or both
• Parental smoking [46]
• Chronic lung disease, partcularly bronchopulmonary dysplasia
• Severe congenital or acquired neurologic disease

Congenital heart disease (CHD) with pulmonary hypertension; however, a study of


Swiss children with CHD did not show increased risk
• Congenital or acquired immune deficiency diseases
• Age less than 3 months
• Airway anomalies
Diagnosa
• Pemeriksaan Fisik
• Takipnu, Takikardi, suhu tubuh >38,5 C
• Konjungtvits ringan dan faringits
• Obstruksi sal respi bawah  Gejala ekspirasi memanjang hingga wheezing
• Terlihat napas cuping hidung, retraksi intersttal
• Sianosis

Buku Ajar Respirologi Anak IDAI 2010, Edisi Pertama


Diagnosa
• Pemeriksaan Lab dan Pemeriksaan Penunjang
• Analisa Gas Darah
• Rontgen  Hiperinflasi dan infiltrat
• Kultur virus
• ELISA

Buku Ajar Respirologi Anak IDAI 2010, Edisi Pertama


Bronkiolitis
• Tatalaksana :
 Oksigenasi  wheezing & distress napas berat
 Kecukupan cairan
• Komplikasi :
 Tidak merespon oksigenasi  pemeriksaan foto dada  pneumothoraks

Buku Ajar Respirologi Anak (IDAI)


Bronkiolitis
• Tatalaksana :
• Klinis ringan  rawat jalan
• Klinis berat  rawat inap
• Oksigen
• Indikasi rawat inap :
• Usia muda (< 3bulan)
• Masa gestasi <34 minggu
• BBLR
• Kelainan jantung bawaan
• Chronic lung disease of prematurity
• Pajanan asap rokok
• Sosioekonomi rendah
Bronkiolitis
• Indikasi rawat inap di ruang intensif :
• Gagal mempertahankan saturasi oksigen > 92 %
• Peningkatan distres napas
• Apnea berulang
• Komplikasi :
• Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
• Pneumotoraks
• Penyakit paru kronis
Respiratory Distress Assessment Instrument
(RDAI)
0 1 2 3 4 Skor
maksimal

Wheezing :
-Ekspirasi (-) Akhir ½ ¾ Semua 4
-Inspirasi (-) Sebagian Semua 2
-Lokasi (-) Segmental : Diffuse: 2
2 dr 4 lap 3 dr 4 lap 2
paru paru

Retraksi :
-Supraklavikular Ringan Sedang Berat 3
-Interkostal Ringan Sedang Berat 3
-Subkostal Ringan Sedang Berat 3

TOTAL 17
TATA LAKSANA
Pneumonia
• Definisi: infeksi paru yang biasa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur
• Etologi: bakteri(streptococcus pneumoniae), virus, jamur(aspergillus), chemical
• Faktor resiko: perokok, infeksi virus baru(influenza), susah menelan, COPD
• Tanda dan gejala: demam, batuk berdahak(warna kuning kehijauan, terkadang
disertai darah), dyspnea, menggigil, sakit dada tajam terutama saat bernapas,
sakit kepala, cyanosis
• Komplikasi: kematan
• Diagnosis: PF -> auskultasi(crackling and bubbling). PP -> arterial blood gas, x-ray,
pulse oxymetry, pemeriksaan sputum, CBC
• Tatalaksana: antbiotk(macrolid type -> eritromisin), oxygen therapy, ant-inflamasi
www.slideshare.net
www.nlm.nih.gov
Pneumonia Aspirasi
• Definisi: merupakan pneumonia yang disebabkan karena masuknya makanan,
cairan, atau muntahan ke dalam paru-paru.
• Etologi: benda asing(cairan, saliva), bakteri(tergantung kesehatan)
• Faktor resiko: orang tua, poor gag reflex, problem with swallowing,
• Tanda dan gejala: demam, lemah, batuk berdahak dengan sputum bewarna
kehijauan atau gelap, sakit dada, swallowing problem, dyspnea.
• Komplikasi: abses paru, shok, bacteremia, kematan
• Diagnosis: PF -> inspeksi(cyanosis -> oksigen menurun, setengah sadar),
palpasi(takikardi), auskultasi(crackling). PP -> arterial blood gas, x-ray, pulse
oxymetry, swallowing test, sputum culture, bronchoscopy
• Tatalaksana: antbiotk, ventlator
www.wisegeekhealth.com
Sumber : buku
saku pelayanan
kesehatan anak
dirumah sakit
Bacterial Pneumonia
Signs of bacterial pneumonia may include the following:
• Hyperthermia (fever, typically >38°C) [1] or hypothermia (< 35°C)
• Tachypnea (>18 respiratons/min)
• Use of accessory respiratory muscles
• Tachycardia (>100 bpm) or bradycardia (< 60 bpm)
• Central cyanosis
• Altered mental status
Cough, partcularly cough productve of sputum, is the most consistent
presentng symptom of bacterial pneumonia and may suggest a
partcular pathogen, as follows:
• Streptococcus pneumoniae: Rust-colored sputum
• Pseudomonas, Haemophilus, and pneumococcal species: May
produce green sputum
• Klebsiella species pneumonia: Red currant-jelly sputum
• Anaerobic infectons: Often produce foul-smelling or bad-tastng
sputum
Physical findings may include the following:
• Adventtous breath sounds, such as rales/crackles,
rhonchi, or wheezes
• Decreased intensity of breath sounds
• Egophony
• Whispering pectoriloquy
• Dullness to percussion
• Tracheal deviaton
• Lymphadenopathy
• Pleural fricton rub
Examinaton findings that may indicate a specific
etology include the following:
• Bradycardia: May indicate a Legionella etology
• Periodontal disease: May suggest an anaerobic
and/or polymicrobial infecton
• Bullous myringits: May indicate Mycoplasma
pneumoniae infecton
• Cutaneous nodules: May suggest Nocardia infecton
• Decreased gag reflex: Suggests risk for aspiraton
• The mainstay of drug therapy for bacterial pneumonia is antbiotc treatment. First-line antmicrobials for S
pneumoniae, the most prevalent cause of bacterial pneumonia, are, for the penicillin-susceptble form of
the bacterium, penicillin G and amoxicillin. For the penicillin-resistant form of S pneumoniae, first-line
agents are chosen on the basis of sensitvity.

Supportve measures include the following:

• Analgesia and antpyretcs


• Chest physiotherapy
• Intravenous fluids (and, conversely, diuretcs), if indicated
• Pulse oximetry with or without cardiac monitoring, as indicated
• Oxygen supplementaton
• Positoning of the patent to minimize aspiraton risk
• Respiratory therapy, including treatment with bronchodilators and N-acetylcysteine
• Suctoning and bronchial hygiene
• Ventlaton with low tdal volumes (6 mL/kg of ideal body weight) in patents requiring mechanical
ventlaton secondary to bilateral pneumonia or acute respiratory distress syndrome (ARDS) [3]
• Systemic support: May include proper hydraton, nutriton, and mobilizaton
• Severity assessment

• Tools to assess the severity of disease and risk of death include the
PSI/PORT (ie, pneumonia severity index/Patent Outcomes Research Team
score), the CURB-65 (ie, confusion, urea, respiratory rate, blood pressure,
and age >65 years) system, and the APACHE (ie, acute physiology and
chronic health evaluaton), among others.

The following laboratory tests are also useful for assessing illness severity:

• Serum chemistry panel


• Arterial blood gas (ABG) determinaton
• Venous blood gas determinaton (central venous oxygen saturaton)
• Complete blood count (CBC) with differental
• Serum free cortsol value
• Serum lactate level
Sputum evaluaton
• Sputum Gram stain and culture should be performed before initatng
antbiotc therapy. A single predominant microbe should be noted at Gram
staining, although mixed flora may be observed with anaerobic infecton
caused by aspiraton.

Imaging studies
Chest radiography: The criterion standard for establishing the diagnosis of
pneumonia
• Chest computed tomography scanning
• Chest ultrasonography

Bronchoscopy
• Lung tssue can be visually evaluated and bronchial washing specimens can be
obtained with the aid of a fiberoptc bronchoscope. Protected brushings and
bronchoalveolar lavage (BAL) can be performed for fluid analysis and cultures.
Thoracentesis
• This is an essental procedure in patents with a parapneumonic pleural effusion.
Analysis of the fluid allows differentaton between simple and complicated
effusions.

Pathogen-specific tests
• Urine assays
• Sputum, serum, and/or urinary antgen tests
• Immune serologic tests

Histologic examinaton
• Histologic inflammatory lung changes vary according to whether the patent has
lobar pneumonia, bronchopneumonia, or intersttal pneumonia.[2]
Viral pneumonia
• Depending on the virulence of the organism, as well as the age and
comorbidites of the patent, viral pneumonia can vary from a mild
and self-limited illness to a life-threatening disease.
The common consttutonal symptoms of viral pneumonia are as
follows:
• Fever
• Chills
• Nonproductve cough
• Rhinits
• Myalgias
• Headaches
• Fatgue
During physical examinaton, the patent may also display the following:

• Tachypnea and/or dyspnea


• Tachycardia or bradycardia
• Wheezing
• Rhonchi
• Sternal or intercostal retractons
• Dullness to percussion
• Decreased breath sounds
• Pleural fricton rub
• Cyanosis
• Rash
• Acute respiratory distress
Influenza pneumonia
• The influenza viruses are the most common viral cause of pneumonia. Primary influenza
pneumonia manifests with persistent symptoms of cough, sore throat, headache, myalgia, and
malaise for more than three to five days. The symptoms may worsen with tme, and new
respiratory signs and symptoms, such as dyspnea and cyanosis, appear.

Respiratory syncytal virus pneumonia


• Respiratory syncytal virus (RSV) is the most frequent cause of lower respiratory tract infecton in
infants and children and the second most common viral cause of pneumonia in adults.

• Patents with RSV pneumonia typically present with fever, nonproductve cough, otalgia,
anorexia, and dyspnea. Wheezes, rales, and rhonchi are common physical findings.

Parainfluenza virus pneumonia


• Parainfluenza virus (PIV) is second in importance only to RSV as a cause of lower respiratory tract
disease in children and pneumonia and bronchiolits in infants younger than 6 months. PIV
pneumonia and bronchiolits are caused primarily by the PIV-3 strain. The signs and symptoms
include fever, cough, coryza, dyspnea with rales, and wheezing.
Diagnosis:
Laboratory studies :
• Cytologic evaluaton: Intranuclear inclusions often exist in cells infected with a deoxyribonucleic acid
(DNA) virus. Cytoplasmic inclusions usually are present in cells infected with a ribonucleic acid (RNA) virus.
• Viral culture
• Rapid antgen detecton
• Polymerase chain reacton (PCR) assay
• Serologies: Partcularly useful for definitvely confirming the diagnosis

Radiography
• Chest radiography usually demonstrates bilateral lung involvement, but none of the viral etologies of
pneumonia result in pathognomonic findings with this modality

• Lung biopsy and histologic studies

• Infrequently, lung biopsy is required to establish a diagnosis in very ill patents, who often are
immunocompromised.
All patents with viral pneumonia must receive supportve care with the following:
• Oxygen
• Rest
• Antpyretcs
• Analgesics
• Nutriton
• Close observaton
• Intravenous fluids
• Mechanical ventlaton

Specific treatments for the various types of viral pneumonia include the following:
• Influenza pneumonia: Amantadine hydrochloride and rimantadine hydrochloride are approved for the
preventon and treatment of influenza A virus infecton. Their efficacy in patents with influenza viral
pneumonia or severe influenza is unknown.
• RSV pneumonia: Ribavirin is the only effectve antviral agent available for the treatment of RSV
pneumonia, [1] but there are conflictng data regarding its efficacy.
• PIV pneumonia: Treatment is mainly supportve, but aerosolized and oral ribavirin have been associated
with reducton in PIV shedding and clinical improvement in immunocompromised patents.
Pneumonia Ringan
• Diagnosis
• Selain batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja
• Napas cepat : anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit
anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
• Pastkan bahwa anak tdak mempunyai tanda-tanda pneumonia berat
• Tatalaksana
• Anak di rawat jalan
• Beri antbiotk:
• Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau
• Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari
• Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari
• Tindak lanjut
• Anjurkan ibu u/ mberi makan anak. Nasihat ibu u/ membawa kembali anaknya setelah 2 hari / lebih cepat kalau
keadaan anak memburuk / tdak bisa minum atau menyusu
• Ketka anak kembali:
• Jika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu makan membaik, lanjutkan pengobatan sampai
seluruhnya 3 hari
• Jika frekuensi pernapasan, demam & nafsu makan tdak ada perubahan, gant ke antbiotk lini kedua & nasihat ibu u/
kembali 2 hari lagi
• Jika ada tanda pneumonia berat, rawat anak di rumah sakit dan tangani sesuai pedoman
Pneumonia Berat
• Diagnosis
• Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
• Kepala terangguk-angguk
• Pernapasan cuping hidung
• Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
• Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll)
• Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini:
• Napas cepat:
• Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
• Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
• Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
• Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
• Suara merinth (grunting) pada bayi muda
• Pada auskultasi terdengar:
• Crackles (ronki)
• Suara pernapasan menurun
• Suara pernapasan bronkial
Pneumonia Berat
• Diagnosis
• Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai:
• Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya
• Kejang, letargis atau tdak sadar
• Sianosis
• Distres pernapasan berat.
• Untuk keadaan di atas ini tatalaksana pengobatan dapat berbeda (misalnya: pemberian
oksigen, jenis antbiotk).
• Tatalaksana
• Anak dirawat di rumah sakit
• Terapi antbiotk
• Terapi oksigen
Terapi Antibiotik
• ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM tap 6 jam), harus dipantau 24 jam selama
72 jam pertama. Bila anak beri respons baik  berikan selama 5 hari. Terapi dilanjutkan di
rumah / di RS dng amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tga kali sehari) u/ 5 hari berikutnya
• Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam / terdapat keadaan yg berat (tdak dapat
menyusu/minum/makan/memuntahkan semuanya, kejang, letargis/tdak sadar, sianosis, distres
pernapasan berat)  tambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV tap 8 jam)
• Bila datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen & pengobatan kombinasi
ampilisin-kloramfenikol / ampisilin-gentamisin
• Sebagai alternatf, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV 1x sehari)
• Bila anak tdak membaik dalam 48 jam  bila memungkinkan buat foto dada
• Apabila diduga pneumonia stafilokokal gant antbiotk dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM
sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setap 6 jam) atau klindamisin (15
mg/kgBB/hari –3 kali pemberian). Bila keadaan anak membaik, lanjutkan kloksasilin (atau
dikloksasilin) oral 4x sehari sampai 3 minggu, atau klindamisin secara oral 2 minggu
Terapi Oksigen
• Beri oksigen pada semua anak dng pneumonia berat
• Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan u/ terapi oksigen (berikan
pada anak dng saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen yg cukup). Lakukan
periode uji coba tanpa oksigen setap harinya pada anak yg stabil. Hentkan
pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%. Pemberian oksigen setelah saat ini
tdak berguna
• Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal
• Penggunaan nasal prongs : metode terbaik u/ hantarkan oksigen pada bayi muda.
Masker wajah atau masker kepala tdak direkomendasikan. Oksigen harus tersedia
secara terus-menerus setap waktu
• Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam yg berat atau napas > 70/menit) tdak ditemukan lagi
Komplikasi Pneumonia
• Pneumonia Stafilokokus jika terdapat perburukan klinis cepat walau sudah diterapi,
ditandai dng adanya pneumatokel / pneumotoraks dng efusi pleura pada foto dada,
ditemukan kokus Gram positf yg banyak pada sediaan apus sputum. Ada infeksi kulit
disertai pus/pustula mendukung diagnosis.
• Terapi dengan kloksasilin (50 mg/kg/BB IM atau IV setap 6 jam) dan gentamisin (7.5 mg/kgBB
IM atau IV 1x sehari). Bila keadaan anak membaik lanjutkan kloksasilin oral 50mg/kgBB/hari 4
kali sehari selama 3 minggu
• Catatan: Kloksasilin dapat digant dengan antbiotk ant-stafilokokal lain sepert oksasilin,
flukloksasilin, atau dikloksasilin.
• Empiema bila terdapat demam persisten, ditemukan tanda klinis & gambaran foto
dada mendukung
• Bila masif terdapat tanda pendorongan organ intratorakal
• Pekak pada perkusi
• Gambaran foto dada tunjukkan ada cairan pada 1 / 2 sisi dada
• Jika terdapat empiema, demam menetap meski sedang diberi antbiotk & cairan pleura jadi
keruh / purulen
Komplikasi
• Efusi parapneumonik akibat cairan inflamasi yang terkumpul di ruang
pleura
• Empiema apabila cairan tersebut purulent
• Bronkiektasis akibat adanya jaringan parut pada saluran respi dan
parenkim paru
• Abses paru akibat pneumonia yang menyebabkan terjadinya nekrosis
jaringan paru

Sumber: Ilmu kesehatan anak Esensial Nelson


Abses Paru
• Abses paru adalah infeksi destruktf berupa lesi nekrotk pada jaringan
paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah
(pus/nekrotk debris) dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih
yang disebabkan oleh infeksi mikroba
www.netterimages.com
Patogenesis
• Terjadinya abses paru biasanya melalui 2 cara yaitu:
aspirasi dan penyebaran secara hematogen.
• Abses akibat aspirasi banyak terjadi pada pasien
bronkits kronis karena banyaknya mukus pada
saluran napas bawahnya yang merupakan media
kultur yang sangat baik bagi organisme yang
teraspirasi.
• Nekrosis jaringan dengan pembentukan abses paru
membutuhkan waktu 1-2 minggu setelah terjadinya
aspirasi
Patogenesis
• Penyebaran secara hematogen, yang paling sering terjadi adalah
akibat septkemi atau sebagai fenomena septk emboli, sekunder dari
fokus infeksi dari bagian lain tubuhnya sepert tricuspid valve
endocardits
• Penyebaran hematogen umumnya akan berbentuk abses multpel dan
biasanya disebabkan oleh kelompok Stafilokokus
Gambaran klinis:
• Demam
• Menggigil
• Batuk yang produktf dengan sputum yang banyak dan berbau busuk, purulen, berwarna kuning
kehijauan sampai hitam kecoklatan (bercampur darah), atau terkadang batuk darah dalam jumlah yang
banyak
• Jika abses terletak di dekat pleura nyeri dada
• Sesak nafas
• Tidak nafsu makan, penurunan BB, lemah badan
• Pemeriksaan rongga mulut sering menunjukkan keadaan higiene mulut yang jelek dengan karies dents,
ginggivits, periodontts, dan keadaan lain yang meningkatkan jumlah kuman anaerob di rongga mulut

 Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang jelek  suara nafas melemah
 Bronkus paten dan drainase baik + terdapat konsolidasi di sekitar abses  terdengar suara nafas bronkial
dan ronki basah
 Jika terkena pleura  terdapat tanda efusi pleura atau suara gesekan pleura, perkusi pekak, dan suara
nafas melemah
 Jika abses paru pecah ke dalam rongga pleura  nyeri pleura yang hebat disertai dispnea dan tanda –
tanda empisema dan pneumotoraks
Laboratorium:
• Leukositosis terutama polimorfonuklear dengan pergeseran kekiri
• Jumlah leukosit dapat mencapai 20.000 – 30.000/mm3
• Jika infeksi sudah berlangsung beberapa minggu biasanya terdapat
anemia
• Sputum diperiksa secara makroskopis  bau dan warna sputum,
mikroskopis  identfikasi organisme, pewarnaan Gram, pemeriksaan
basil tahan asam, biakan untuk jamur dan biakan mikroorganisme aerob
dan anaerob

Pemeriksaan radiologis:
• Foto dada PA dan lateral untuk melihat lokasi lesi
• Tampak daerah radiolusen dalam bayangan infiltrat yang padat dengan
batas permukaan udara – cairan di dalamnya yang menunjukkan adanya
drainase yang tdak sempurna
• Besar kavitas ± 4 – 5cm
Penatalaksanaan:
• Bronkoskopi  drainase pus dan darah
• Bronkodilator  pengeluaran sekret
• Antbiotk  penilisin 1,2 juta unit/ hari, jika alergi
berikan kloramfenikol atau klindamisin. Untuk bakteri
resisten terhadap penisilin sepert stafilokokus berikan
metsilin, kloksasilin, atau obat lain berdasarkan resistensi
• Operasi dapat dipertmbangkan pada abses yang
menetap dengan perbaikan yang minimal atau tanpa
perbaikan, setelah pengobatan yang adekuat selama 6 –
8 minggu atau pada abses dengan hemoptsis yang masif
Komplikasi
• Komplikasi lokal: penyebaran infeksi melalui aspirasi lewat bronkus /
penyebaran langsung melalui jaringan sekitar
• Abses paru yg drainasenya kurang baik, bisa mengalami ruptur
kesegmen lain dengan kecenderungan penyebaran infeksi
Staphylococcus, sedangkan yg ruptur ke rongga pleura menjadi
piotoraks (empiema) dan fibrosis pleura
• Komplikasi sering lainnya: abses otak, hemoptsis masif, ruptur pleura
viseralis sehingga terjadi piopneumotoraks, fistula bronkopleura dan
fistula pleurokutaneus
Aspirasi benda asing
BENDA ASING
• DEFINISI
Benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh
yang dalam keadaan normal tdak ada
• GEJALA
– Stadium pertama  Batuk hebat tba-tba, rasa tercekik, rasa
tersumbat di tenggorok, bicara gagap, dan obstruksi jalan
napas
– Stadium kedua  Refleks-refleks melemah & gejala
rangsangan akut menghilang
– Stadium ketiga  Terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi
tmbul batuk-batuk, hemoptsis, pneumonia, dan abses paru.
• PATOFISIOLOGI
– Benda asing  saat inspirasi  laring terbuka dan masuk
kedalam laring  terjepit di sfingter laring  pasien batuk
paroksismal  tersumbat di trakea, mengi dan sianosis.
– Benda asing organik  iritasi mukosa  edem dan
meradang  terjadi jaringan granulasi  gejala sumbatan 
laringotrakeo-bronkits, toksemia, batuk dan demam yang
irregular.
– Benda asing anorganik menimbulkan rekasi jaringan yang
lebih ringan.
Faktor resiko
• Usia : anak umur 2-4 tahun gemar memasukkan benda kecil yang
ditemukannya ke dalam hidung, telinga, mulut
• Anatomis:
1. Gigi geraham yg belum terbentuk: makanan harus dipotong dengan
gigi seri makanan yg ttp besar dan mudah tergelincir ke sal. respirasi
• 2. gusi dan penyangga gigi yang lemah:
gusi bayi lunak banyak P.D. yg rapuh dan licin
mknan mudah tergelincir
3. Faktor lain:
- Laring bayi letak lebih ke depan dan ke atas dibanding
org dewasa
- Ukuran laring&trakea bayi < dibanding dewasa
- Epiglots bayi lebih pendek dan berbentuk hutuf ‘U’ ,
sedangkan pada dewasa datar
- Bentuk laring anak sepert corong, pada orang dewasa
silinder
Jenis sumbatan
• Bypass valve obstructon atau partal bronchial obstructon : udara
napas masih bisa keluar masuk pada inspirasi dan ekspirasi meskipun
tdak adekuat
• Inspiratory check valve obstructon: udara tdak bisa masuk saat
inspirasi, tapi dpat keluar saat ekspirasi udara di distal sumbatan
habis paru kolaps/ ateletaksis
• Expiratory check valve obstructon: kebalikan dari bentuk
yang keduam pada bentuk ini udara dapat masuk pada saat
inspirasi, tapi tdak dapat keluar pada saat ekspirasi pada
distal sumbatan akan emfisema

• Stop valve obstructon atau obstruksi bentuk katup tertutup :


benda asing menutup seluruh lumen saluran respiratorik
baik saat inspirasi & ekspirasi seluruh udara paru di distal
sumbatan akan absorbsi  dalam waktu 24 jam akan
kolaps/ateletaksis
Gejala klinis
• Gejala awal: tersedak , serangan batuk keras& tba2, sesak napas, rasa
tdak enak di dada, mata berair, rasa perih di tenggorokan dan
kerongkongan
• Periode laten/tanpa gejala: setelah gejala awal periode bebas
gejala (masa laten): sakit nelan karena bengkak di laring
• Gejala susulan/lanjutan:
benda asing di dalam hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus.
PENATALAKSANAAN

• Endoskopi
• Trakeostomi
• Antbiotk dan kortkosteroid
• Fisioterapi dada pada kasus pneumonia, bronkits purulenta, dan
atelektasis
Tatalaksana
• Pertolongan pertama pada anak yang tersedak. Usahakan untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Tatalaksana bergantung pada
umur anak
Penanganan lanjut pasien dengan aspirasi benda asing.
• Curiga aspirasi benda asing  rujuk anak ke sarana yg lebih lengkap
u/ penegakan diagnosis & u/ mengeluarkan benda asing dgn
bronkoskopi
• Bila terdapat pneumonia  mulai terapi dgn ampisilin dan gentamisin
 lalu keluarkan benda asing
LO2 : 3M Flu Burung
Flu Burung
• Avian influenza (AI) : penyakit infeksi virus pd burung
• Virus influenza tpe A (H5N1) & A(H7N9) dapat menginfeksi manusia
• Ditularkan ke manusia mll kontak dg unggas terinfeksi
• Faktor resiko :
• Pekerjaan yg berkaitan dg unggas (petani)
• Berpergian ke negara endemik
• Menyentuh burung yg terinfeksi
• Makan daging, telur, atau darah unggas mentah/ belum matang
• Pekerja kesehatan

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/avian_influenza/en/
Etiologi
• Virus influenza A
• Famili Orthomyxoviridae
• A (H5N1) : virus patogenik
tnggi
• A (H7N9) : virus patogenik
rendah
• Ditularkan ke manusia :
kontak dg tnja burung atau
sekresi dari hidung, mulut,
atau mata burung atau
permukaan yg terkontaminasi
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/avian_influenza/en/
Patofisiologi

http://www.molinsight.net/grip
e/h5n1.htm
Andrade CR, Ibiapina CC, Champs NS, Toledo JAC, Picinin IFM. Avian influenza : the thereat of the
21st century. J. bras. pneumol. vol.35 no.5 São Paulo May 2009
Definisi Kasus AI / H5N1
• Kasus suspek : seseorang yg menderita infeksi saluran respiratorik atas dng gejala
demam (suhu ≥ 38°C), batuk & atau sakit tenggorokan, sesak napas dng salah 1 keadaan
di bawah ini dalam 7 hari sebelum tmbul gejala klinis
• Kontak erat dng pasien suspek, probable, atau confirmed sepert merawat, berbicara /
bersentuhan dalam jarak <1 meter
• Mengunjungi peternakan yg sedang terjangkit KLB flu burung
• Riwayat kontak dng unggas, bangkai, kotoran unggas, / produk mentah lainnya di daerah yg satu
bulan terakhir telah terjangkit flu burung pada unggas, / adanya kasus pada manusia yg confirmed
• Bekerja pada lab yg sedang memproses spesimen manusia / binatang yg dicurigai menderita flu
burung dalam 1 bulan terakhir
• Makan/konsumsi produk unggas mentah / kurang dimasak matang di daerah diduga ada infeksi
H5N1 pada hewan / manusia dalam satu bulan sebelumnya
• Kontak erat dng kasus confirmed H5N1 selain unggas (missal kucing, anjing)
Definisi Kasus AI / H5N1
• Kasus probable : kasus suspek disertai salah satu keadaan
• Infiltrat / terbukt pneumonia pada foto dada + bukt gagal napas (hipoksemia,
takipnea berat) ATAU
• Bukt pemeriksaan lab terbatas yg mengarah kepada virus influenza A (H5N1),
misalnya tes HI yg menggunakan antgen H5N1
• Dalam waktu singkat, gejala berlanjut menjadi pneumonia atau gagal
napas /meninggal & terbukt tdak terdapat penyebab yang lain
Definisi Kasus AI / H5N1
• Kasus konfirmasi : kasus suspek / kasus probable didukung salah satu
hasil pemeriksaan lab di bawah ini
• Isolasi/Biakan virus influenza A/H5N1 (+)
• PCR influenza A H5 (+)
• ↑ tter antbodi netralisasi 4 kali dari specimen serum konvalesen dibanding dng
spesimen serum akut (diambil 7 hari stlh muncul gejala penyakit) & tter
antbodi konvalesen harus 1/80
• Titer antbodi mikronetralisasi u/ H5N1 1/80 pada spesimen serum yg diambil
pada hari ke 14 / > setelah muncul gejala penyakit, disertai hasil positf uji
serologi lain, misal tter HI sel darah merah kuda 1/160 / western blot spesifik H5
(+)
Physical Examinaton:
• Tachypnea and crackles are common.

• Wheeze is occasionally apparent.

• Conjunctval suffusion/conjunctvits is not


uncommon.

• Case reports have described other occasional signs


(eg, bleeding gums, always in the presence of viral
pneumonia).
LO3 : 3M SARS
DEFINISI
• Sindrom pernafasan akut yang parah / Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) disebabkan oleh infeksi virus
dan hadir dengan gejala-gejala sepert flu (demam, sakit
kepala, menggigil, dan sakit otot) dan kesulitan bernafas,
yang kadangkala menjadi parah. Infeksi tersebut bisa jadi
fatal.
ETIOLOGI
• SARS tampaknya disebabkan oleh jenis baru dari coronavirus.
Coronavirus lainnya menyebabkan flu biasa atau menulari
berbagai binatang.
• SARS menyebar dari hubungan tatap muka, kemungkinan
dengan menghirup tetesan bersin atau batuk orang yang
tertular
GEJALA KLINIS
• Dimulai sekitar 2-10 hari setelah terkena virus
• Gejala awal
• Demam
• Sakit kepala
• Menggigil
• Myalgia
• Hidung basah
• Luka kerongkongan tdak biasa
• Sekitar 3 -7 hari kemudian, batuk kering dan kesulitan bernafas bisa muncul
• Diagnosis: PF-> auskultasi(ronkhi basah). PP -> chest x-ray(sepert pneumonia),
arterial blood gas, PCR, antbody SARS
Diagnosis
Inital tests in patents suspected of having SARS include the following:
• Pulse oximetry
• Blood cultures
• Sputum Gram stain and culture
• Viral respiratory pathogen tests, notably influenza A and B viruses and
respiratory syncytal virus
• Legionella and pneumococcal urinary antgen testng should also be
considered
Outbreak indicate that SARS may be associated with the following laboratory
findings
• Modest lymphopenia, leukopenia, and thrombocytopenia: Series have shown
white blood cell (WBC) counts of less than 3.5 x 10 9/L and lymphopenia of less
than approximately 1 x 10 9/L
• Mild hyponatremia and hypokalemia
• Elevated levels of lactate dehydrogenase, alanine aminotransferase, and hepatc
transaminase
• Elevated creatne kinase level
Chest radiography results in SARS are as follows:
• In one study, abnormalites were found on inital studies in approximately 60% of
patents and were observed in serial examinatons in nearly all patents by 10-14
days after symptom onset
• Intersttal infiltrates can be observed early in the disease course
• As the disease progresses, widespread opacificaton affects large areas, generally
startng in the lower lung fields
High-resoluton computed tomography (HRCT) scanning is controversial in the
evaluaton of SARS but may be considered when SARS is a strong clinical possibility
despite normal chest radiographs.
• In early-stage SARS, an infiltrate in the retrocardiac region
• Ground-glass opacificaton, with or without thickening of the intralobular or
interlobular intersttum
• Frank consolidaton
TATA LAKSANA
• Suportif : vitamin C dan B kompleks
• protease inhibitor(Lopinavair),
•interferon(IFN-alfacon1),
•glycyrhizin,
•Nitric Oxide(NO),
•monoclonal antbodies,
•IV Immunoglobulin(IVIg)
• Antivirus : ribavirin
• Oksigenasi yg adekuat
•Kortikosteroid
PENCEGAHAN

1. Menutup hidung & mulut dengan tssue saat


batuk/bersin. Membuang tssue ke tempat sampah
setelah digunakan
2. Mencuci tangan dengan sabun dan air, terutama
setelah batuk atau bersin. Tissue yang mengandung
alkohol juga dapat digunakan
3. Menghindari kontak erat dengan orang yang sakit flu
4. Jika sakit, hendaknya tetap berada di rumah, tdak
pergi bekerja atau ke sekolah, agar tdak menginfeksi
orang lain
5. Menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut.
Virus menular lewat bagian tubuh tersebut
Kesimpulan
• Mahasiswa telah mempelajari , menjelaskan , dan mengetahui
tentang penyakit infeksi saluran pernafasan bawah , tentang Flu
burung , dan tentang SARS
Saran
• Lakukan pemeriksaan penunjang yang lain untuk menegakan diagnosis sepert cek darah
lengkap , melakukan foto toraks , dan biakan sputum yang di lakukan 3x sesuai prosedur

• Pemberian ant-biotk sebaik nya diberikan secara hat2 dengan melihat keadaan dan
kondisi penyakit yang di derita sehingga tdak mengakibatkan resistensi dan keparahan
penyakit akibat salah tatalaksana

• Lebih menjaga keadaan kebersihan lingkungan untuk terhindar dari penyakit infeksi
menular

• Dokter harus dapat membedakan pemeriksaan antara bayi dan orang dewasa
Daftar Pustaka
1. WHO. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, pedoman bagi rumah sakit rujukan tngkat pertama
di kabupaten / kota. 2009.
2. http://www.lung.org/lung-health-and-diseases/lung-disease-lookup/acute-bronchits/
3. https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/chronicbronchits.html
4. http://emedicine.medscape.com/artcle/961963-overview#a1
5. http
://www.lung.org/lung-health-and-diseases/lung-disease-lookup/pneumonia/?referrer=https://www.google.co.i
d/
6. https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/artcle/000121.htm
7. http://emedicine.medscape.com/artcle/299425-overview
8. http://www.webmd.com/cold-and-flu/what-know-about-bird-flu
9. https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/artcle/007192.htm
10. http://emedicine.medscape.com/artcle/237755-treatment#showall
11. Buku ajar respirologi anak edisi 1 (idai 2015)

Anda mungkin juga menyukai