Anda di halaman 1dari 27

KEBIJAKAN

PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT

Oleh :
Ir. HARMET, MP
Widyaiswara Madya

Disampaikan pada acara :


Pelatihan Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
Bagi Petugas Kesehatan,Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
Tahun 2014
LATAR BELAKANG
• TOGA (Taman Obat Keluarga ) pernah
berkembang di pedesaan dan perkotaan dengan
aneka jenis tanaman obat yg spesifik lokasi
untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan
pendapatan masyarakat;
• Upaya kesehatan tradisional oleh masyarakat
berkembang dengan cepat dan harus diimbangi
dengan penyediaan bahan baku yang memadai;
• Jamu /obat tradisional merupakan warisan
leluhur bangsa Indonesia yg bersumber pada
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati.

2
• Jamu menjaga keasrian, keindahan dan
meningkatkan kesehatan masyarakat,
utamanya dalam upaya promotif dan
prefentive
• Jamu harus dipromosikan dan diartikan
secara luas, bukan hanya untuk obat, tetapi
termasuk penyegar tubuh, sabun, odol,
permen, lulur, spa, parfum, dll
• Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Riau mendukung dan
mensinergikan program, kegiatan dan
upaya untuk mengembangkan produksi dan
“citra jamu”,
• Visi dan obsesi kita untuk menjadikan Jamu
sebagai Brand Indonesia, kebanggaan
bangsa,
3
I. PENDAHULUAN
MULTI FUNGSI TANAMAN OBAT

1) SOSIAL-BUDAYA
 Kosmetika dan Kecantikan
 Menjaga kebugaran tubuh

2) KESEHATAN
 Obat-obatan alami
 Mencegah Penyakit

3) SUMBER EKONOMI
 Sumber pendapatan petani
 Perdagangan dan industri
 Aneka produk dan kegunaan

4) PERBAIKAN DAN KENYAMANAN


LINGKUNGAN
DASAR HUKUM
1. UU No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura
2. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Permentan No. 57 Tahun 2012 tentang
Pedoman Budidaya Tanaman Obat Yang
Baik / GAP(Good Agriculture Practices),
berikut Tatacara Registrasi Lahan Usaha
4. Permentan No. 44 Tahun 2009 tentang
Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian
Asal Tanaman Yang Baik/ GHP (Good
Handling Practices);
5
5. Kepmenkes RI Nomor 381/Menkes/SK/III/2007
tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional
(KOTRANAS);
6. Kepmenkes RI Nomor 1186 Tahun 1996 tentang
Pemanfaatan Akupuntur di fasilitas kesehatan ;
7. Kepmenkes RI Nomor 121 Tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Medik Herbal;
8. Permenkes Nomor 1109/Menkes/Per/XI/2007
tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Komplementer Alternatif di Fasilitas
Kesehatan;
9. Permenkes Nomor 003/Permenkes/I/2010
tentang Saintifikasi Jamu
6
KEBIJAKAN DITJEN HORTIKULTURA
1. Pemilihan lokasi dan sentra produksi dengan
memperhatikan kesesuaian agroekosistem, pasar
serta kesesuaian sosial budaya;
2. Perbaikan produktivitas dan efisiensi usaha melalui
perbaikan pemilihan Jenis dan varietas;
3. Pengembangan komoditas oleh petani diawali
dengan membangun kemitraan dengan industri
jamu, industri pharmasi dan eksportir.
4. Penerapan teknologi maju dan tepat guna (antisipasi
anomali iklim, pengenalan wilayah baru,
pengendalian OPT, dan lain-lain);
8
Lanjutan ..………..
5. Pengembangan penanganan pascapanen /industri
primer ditingkat petani untuk meningkatkan nilai
tambah dan keuntungan, sehingga tidak dijual
dalam bentuk bahan baku segar;
6. Pengembangan kerjasama antar stakeholders tanaman
obat dan jamu dalam bentuk konsorsium, yg melibatkan
petani, pelaku usaha, pakar dan pemerintah,
7. Promosi dan advokasi intensif untuk menjadikan jamu
sebagai minuman penyegar melalui berbagai acara di
perkantoran, hotel dan restoran, untuk menjadikan
jamu sebagai tuan rumah di negeri sendiri.
9
PROGRAM & KEGIATAN
DITJEN HORTIKULTURA
Peningkatan Produksi,
Program Produktivitas dan
(Ditjen
Hortikultura) Mutu Produk
Hortikultura
Berkelanjutan

Kegiatan
Pengembangan
Sayuran dan
Tanaman Obat
10
DAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN

BUDIDAYA PASCA PANEN

1. Perbaikan Produktivitas dan efisiensi usaha


2. Peningkatan Performan dan mutu produk
3. Penerapan Teknologi maju dan tepat guna
(antisipasi anomali iklim, pengenalan wilayah
baru, pengendalian OPT, dll)
4. Penekanan kehilangan hasil pasca panen dan
peningkatan daya simpan.
11
Beberapa Kegiatan di Kementan
Mendukung Pengembangan TOGA
1. Badan Litbang --> KRPL
 Optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui Konsep Rumah
Pangan Lestari (RPL)
 Pemanfaatan pekarangan secara intensif dengan berbagai
sumberdaya lokal yang menjamin kesinambungan penyediaan
bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam 
KRPL berbasis tanaman obat

2. Ditjen Hortikultura  Pemanfaatan Pekarangan


Tahun 2012, telah dilakukan sosialisasi dan pembinaan pemanfaatan
pekarangan untuk komoditas sayuran ( termasuk jamur) dan tanaman
obat di daerah Bekasi dan Jakarta Timur mendukung RPL

3.Badan Ketahanan Pangan  Program P2KP (Percepatan


Penganekaragaman Konsumsi Pangan)

12
PROGRAM & KEGIATAN DNS
TPH PROV.RIAU
Program Peningkatan Produksi
(Dns TPH
Prov.Riau)
Pertanian/Perkebunan

Kegiatan Kegiatan
Pengembangan Peningkatan Produksi
Tanaman dan mutu Tanaman
Hias dan Biofarmaka
Biofarmaka
13
FOKUS PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT
1. PENGEMBANGAN BUDIDAYA
Jangka Pendek
 Pengembangan kawasan dan sentra produksi dalam
skala ekonomi menguntungkan melalui pendekatan
bioregional dan sosial budaya masyarakat;
 Penggunaan benih unggul dan bermutu sesuai sasaran
permintaan/target pasar;
 Penerapan teknologi standar sesuai GAP dan SOP;
 Fasilitasi sarana dan prasarana budidaya;
 Registrasi lahan usaha yang menerapkan budidaya yang
baik dan terstandar (memudahkan penelusuran balik).
14
Lanjutan …….

Jangka Panjang
 Meningkatkan produksi memenuhi
kebutuhan industri obat, pharmasi dan
kosmetik;
 Perluasan kawasan dan sentra produksi
komoditas spesifik sesuai permintaan pelaku
usaha.

15
2. PENANGANAN PASCAPANEN
Jangka Pendek
 Penerapan teknologi penanganan
pascapanen sesuai GHP dan SOP;
 Fasilitasi sarana dan prasarana pascapanen
(perajang, pengering, penepung, dll);
 Registrasi lahan usaha dengan meningkatkan
penanganan pascapanen yang baik sesuai
GHP/SOP.
 Sosialisasi dan aplikasi GPL (Gradding,
16
Packaging and Labelling)
Jangka Panjang
 Meningkatkan mutu produk
memenuhi kebutuhan industri obat,
pharmasi dan kosmetik;
 Meningkatkan daya saing;
 Meminimalkan kehilangan hasil;
 Memperpanjang masa simpan;

17
3. PENGEMBANGAN PERBENIHAN
Jangka Pendek
 Memurnikan benih untuk kebutuhan kawasan dan
sentra produksi;
 Memurnikan benih spesifik untuk kebutuhan
industri industri;
 Penyiapan produksi benih (benih sebar) sesuai
permintaan industri (Temulawak : varietas cursina
1,2,3 dan varietas batok; Jahe : varietas cimanggu 1,
varietas halina 1,2,3; varietas jahira 1,2,3)
 Sosialisasi penggunaan benih unggul untuk
pengembangan kawasan dan sentra.
18
4. PENGEMBANGAN KERJASAMA
 Kerjasama dengan lembaga penelitian (BALITTRO) untuk
pengembangan perbenihan;
 Kerjasama dalam penyusunan roadmap jamu dengan
Kementerian Koordinator Perekonomian;
 Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Pusat Studi
Biofarmaka IPB, UNS, UGM, UNPAD) terkait budidaya,
pascapanen dan kemitraan usaha;
 Kerjasama promosi, monitoring dan pengawasan peredaran
produk dengan Badan POM dan Kementrian Kesehatan;
 Kerjasama dalam bentuk konsorsium (ABGC = Academy,
Businessmen, Government and Community) dalam
pengembangan komoditas (PT. SOHO, Holistic Tourism
19 Hospital, Sido Muncul, dll).
5. PROMOSI DAN KAMPANYE
 SimposiumTemulawak ke-ITahun 2008 di IICC Bogor;
 Deklarasi Jamu Brand IndonesiaTahun 2010 di Jakarta;
 Semi Loka Jamu Tahun 2010 di Bogor;
 Simposium Temulawak ke-II (Globalisasi Jamu
Brand Indonesia) Tahun 2011 di IICC Bogor;
 Festival Jamu bulan Juni 2011 di Pagelaran Kraton
Yogyakarta (sebagai kelanjutan Globalisasi Jamu
Brand Indonesia);
 PF2N selalu ada Jamu dan Tanaman Obat
 September Horti Ceria (etnofarmaka, minuman,
20
pameran, bursa, dll)
Lanjutan ………

 Sosialisasi TOGA, GPOP di seluruh daerah


dengan Kemenkes, Kemdagri, Kemnag;
 Sosialisasi penggunaan makanan dan
minuman berbahan baku herbal di
perkantoran, perhotelan, restauran dan
pada event tertentu;
 Mendukung program saintifikasi jamu;
 Menjadikan kegiatan promosi tanaman obat
sebagai agenda tetap tahunan nasional.
21
SASARAN PENERAPAN GAP & GHP
1. Produk yang aman konsumsi;
2. Produk bermutu baik (memenuhi standar
dan klas / grade);
3. Diproduksi secara ramah lingkungan dan
pelestarian SDA;
4. Produk yang berdaya saing (Keunggulan
Kompetitif);
5. Tersedianya produk tanaman obat secara
berkelanjutan sesuai standar mutu yang
dipersyaratkan.
PRODUK BERDAYA SAING
Punya Keunggulan Kompetitif
1. Produktifitas tinggi (Layak Ekonomi)
2. Biaya produksi per unit rendah
(efisiensi tinggi)
3. Kualitas tinggi (high quality) sesuai
permintaan pasar/konsumen
4. Performan menarik (attractive)
“Beauty is not enough, attractive is most important”
TUJUAN GAP & GHP TANAMAN OBAT
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman;
2. Meningkatkan mutu hasil termasuk keamanan
konsumsi;
3. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi;
4. Meningkatkan optimalisasi pengelolaan
sumberdaya alam;
5. Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian
lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan;
6. Menekan kehilangan/kerusakan hasil;
7. Memperpanjang daya simpan dan mempertahankan
kesegaran;
8. Meningkatkan daya saing dan nilai tambah petani;
Tujuan …… (lanjutan)

9. Mendorong petani dan kelompok tani untuk


memiliki sikap mental yang bertanggung jawab
terhadap produk, kesehatan dan keamanan diri
dan lingkungan;
10. Meningkatkan daya saing dan peluang
penerimaan produk oleh pasar internasional
maupun domestik;
11. Memberi jaminan keamanan pangan terhadap
konsumen;
12. Meningkatkan kesejahteraan petani.
Tentang
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN OBAT YANG BAIK
(Good Agriculture Practices for Medicinal Cops)

 Memberikan perlindungan pada


masyarakat terhadap aspek kemanan
pangan dan kelestarian lingkungan.
 Amanat Pasal 65 dan 68 UU no 13 tahun
2010 tentang Hortikultura.
Beberapa hal Penting
dalam GAP Tanaman Obat

GAP diutamakan yang sudah kerjasama dengan


eksporter, pasar moderen, industri dan pelaksana
program pemerintah

Dalam Permentan GAP Tanaman Obat juga sudah


termasuk Pedoman untuk Registrasi Lahan Usaha
Tanaman Obat.

Maksudnya adalah untuk menyediakan Pedoman


pelaksanaan GAP Tanaman Obat dengan tujuan utk
peningkatan produksi, produktivitas, efisiensi,
kualitas, kemudahan telusur balik, dll.

Anda mungkin juga menyukai