Anda di halaman 1dari 11

PRETEST AND POSTTEST CONTROL GROUP

DESIGN
Kelompok P3

KP D
1. Nadiah Widaryani 150116131

2. Rosmeyda Dwigivani 150116215

3. Anisa Yusrianti 150116259

4. Amanda Arfani S 150116282


Pengertian Pretest and posttest control group design

Merupakan desain eksperimen yang bersifat terbuka dan


membandingkan antara kelompok yang diberi treatment
(intervensi) dengan yang tidak mendapatkan treatment
(intervensi). Pembagian dilakukan dengan prinsip random
assigment dengan disertai pengukuran sebelum treatment dan
setelah treatment (Dimitrov & Rumrill, 2003;Yuwanto, 2012).
Simbol atau notasi
random assignment KE: O1 X O2
random assignment
KK: O1 O2

KETERANGAN:
O1: pretest
X: treatment (perlakuan)
O2: posttest

(Yuwanto, 2012).
Kelebihan dan
No.
kelemahan
kelebihan kelemahan
1 Dapat membandingkan kondisi sebelum Adanya ancaman validitas internal testing:
dan sesudah mendapat treatment adanya perilaku “belajar” dari test sebelumnya
(perlakuan), sehingga lebih mudah juga (pretest), sehingga subjek mungkin saja bisa
untuk menarik kesimpulan tentang mengerti apa yang sedang diukur tentang
efisiensi treatment (perlakuan) (Yuwanto, dirinya (Yuwanto, 2012).
2012).

2 Mampu mengatasi potensial adanya Adanya differences pretest(bias) dapat


ancaman validitas internal (Dugard & mempengaruhi interpretasi differences posttest
Todman, 1995) (Morris, 2008).

3 Mengurangi selisih perbedaan kesalahan


yang terjadi (Morris, 2008)
Contoh penelitian menggunakan Pretest and
posttest control group
• • desain

• • notasi

• • alat ukur

• • • hasil

• Semangat 😊
Tujuan percobaan
• Tujuan percobaan eksperimen ini adalah untuk menguji
keefektifan intervensi terapi Get Ready to Learn (GRTL)
yang menggunakan postur yoga dan latihan pernapasan
serta relaksasi dengan siswa sekolah dasar dengan Autism
Spectrum Disorder (ASD) dan perilaku yang menantang
dan maladaptif.
• Menggunakan pernapasan yang ditargetkan secara spesifik
latihan, postur yoga, nyanyian, dan teknik relaksasi untuk
meningkatkan kinerja fungsional dan akademik siswa dengan
berbagai cacat (Buckley-Reen, 2009, sitat dalam Koenig,
Buckley-Reen, & Garg, 2012).
Desain
Subjek: salah satu sekolah yang melayani lebih dari 700 siswa
penyandang autisme, delapan ruang kelas direkrut.
Perbandingan 6:1:1 untuk siswa: guru: asisten kelas. Kriterianya
yaitu termasuk 1 siswa yang didiagnosis ASD, 2 siswa SD usia 5-
12 tahun, dan 3 anak yang tidak diketahui kondisi medisnya yang
dapat dicegah dengan ikut partisipasi program Get Ready To
Learn ( GRTL ) (Koenig, Buckley-Reen, & Garg, 2012).
Prosedur
 Guru kelas yang berpartisipasi ditugaskan pada kondisi perantara:
 Kondisi kelompok eksperimen (1) menerima pelatihan inservice 2,5 jam oleh Reen, yang
mengembangkan program ini. (2) menerima DVD program GRTL, bahan ajar, dan tikar
yoga yang diperlukan untuk memulai program. (3) diminta untuk melengkapi Aberrant
Behavior Checklist (ABC)-Community pada siswa mereka. (4) dibekali dengan kamera
video dan diminta untuk merekam kegiatan pertama kelompok selama dua sampai tiga
hari.
 Kondisi kelompok kontrol: para guru dihubungi dan diminta mengisi ABC-Community
pada siswa dan rekaman video kegiatan pertama kelompok selama dua sampai tiga hari
pada tahap pretest.
 Asisten peneliti menghubungi orang tua di kedua kelompok dan menyelesaikan VABS-II
dan ABC-Community sebelum dimulainya intervensi. Semua sesi dilaksanakan setiap hari
oleh guru kelas. Buckley-Reen memberikan pemantauan dan konsultasi mingguan.
(Koenig, Buckley-Reen, & Garg, 2012).
Alat ukur
Hasil
• Kami merekrut delapan kelas dengan 6 anak per kelas untuk kolam awal 48 anak
potensial. Satu kelas dalam kondisi intervensi memiliki daftar 7 anak, dengan total
25 anak dalam kelompok intervensi dan 24 anak di kelompok kontrol. Seorang
siswa dalam kelompok intervensi dipindahkan ke sekolah lain sesaat setelah
program GRTL dimulai, dan orang tua dari 2 siswa dalam kondisi kontrol menolak
memberikan persetujuan, menghasilkan 24 peserta dalam kelompok intervensi
dan 22 peserta dalam kelompok kontrol. Baik dalam intervensi maupun kondisi
kontrol, tiga kelas diklasifikasikan sebagai kelas pendukung autistik yang
terkoordinasi sendiri, dan satu kelas dalam setiap kondisi adalah inklusi parsial
atau kelas terpadu yang siswanya menghabiskan waktu di kelas pendidikan
reguler.
Pustaka acuan
• Dimitrov, M, D. & Rumrill, D, P. (2003). Pretest-posttest Designs and Measurement of
Change. Kent State University, vol. 20, no. 2, 159-165 Retrieved from
https://content.iospress.com/articles/work/wor00285
• Gudard, P. & Todman, J., 1995. Analysis of pre-test-post-test control group designs
in educational research. Educational Psychology, 15(2), p. 181.
• Morris, S. B., 2008. Estimating effect sizes from pretes-posttest-control group
design. Organizational Research Methods, pp. 11(2), 364-365.
• Smith, C, J., Holland, T., Lane, A., & White, S. (2012). Effect of a Coteaching Handwriting
Program for First Graders: One-group Pretest–posttest Design. American Journal of
Occupational Therapy, 66, 396–405. retrieved from
http://dx.doi.org/10.5014/ajot.2012.004333
• Yuwanto, L. (2012). Metode Penelitian Eksperimen. Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya

Anda mungkin juga menyukai