Anda di halaman 1dari 14

Electroconvulsi

ve Therapy
(ECT)

Oleh :
Miftahul Munira
Nim : 15174088

Pembimbing :
dr. Khairiadi, Sp. KJ
PENDAHULUAN
Electroconvulsive Therapy (ECT) atau Terapi
Kejang Listrik merupakan terapi yang
termasuk penatalaksanaan dalam
gangguan psikiatri. Electroconvulsive
Therapy (ECT) sudah lama dikenal sebagai
terapi dalam bidang psikiatri. Electro
Convulsive Therapy (ECT) atau terapi
kejang listrik adalah suatu intervensi non
farmakologi penting yang efektif dalam
pengobatan pasien dengan gangguan
neuro psikiatrik tertentu yang berat.
ECT Adalah…..
Terapi ElektroKonvulsif (ECT) adalah terapi
yang aman dan efektif untuk pasien
dengan gangguan depresi berat, episode
manik, dan gangguan mental serius
lainnya. Terapi Elektrokonvulsi (ECT)
merupakan suatu pengobatan untuk
penyakit psikiatri berat dimana pemberian
arus listrik singkat pada kepala digunakan
untuk menghasilkan suatu kejang tonik-
klonik umum.
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja Electro Convulsive
Therapy (ECT) belum diketahui secara pasti.
Namun, dikaitkan dengan teori psikologik
dan psikodinamika, teori molekular,
biokimia, neuroendokrin, dan teori
struktural. Suatu penelitian untuk mendekati
mekanisme kerja ECT adalah dengan
mempelajari efek neuropsikologi dari terapi.
Indikasi
Indikasi Primer ECT
Gangguan Depresi Mayor
 Pencobaan bunuh diri dengan resiko
melakukan bunuh diri.
 Gejala-gejala psikotik
 Penurunan keadaan fisik karena komplikasi
depresi, seperti intake oral yang menurun.
 Respon yang minimal setelah pengobatan.
 Riwayat terapi ECT dengan hasil yang baik
 Merupakan pilihan pasien
 Katatonia
 Manik
Beberapa data menyatakan bahwa
pemasangan elektrode bilateral selama
ECT lebih efektif, dengan pemasangan
unilateral pada terapi episode manik.
 Skizofrenia
Pemberian ECT pada pasien skizofrenia
dilakukan bila terdapat:
 Gejala-gejala positif dengan onset yang
akut.
 Katatonia
 Riwayat terapi ECT dengan hasil yang
baik.
Indikasi Sekunder ECT
 Katatonia
 Penyakit Parkinson’s
 Sindrom Neuroleptik Maligna
 Delirium
kontraindikasi ECT
Berikut ini merupakan keadaan yang merupakan
kontraindikasi dari pelaksanaan ECT:
 Penyakit kardiovaskuler yang berat dan tidak
stabil.
 Malformasi vaskuler dan aneurisma yang dapat
rupture dengan peningkatan tekanan darah.
 Peningkatan tekanan intracranial
 Infark cerebri
 Gangguan pernafasan
Persiapan ECT
Persiapan ECT
 Persetujuan Tertulis
 Rekam Medis
 Evaluasi Pra Pengobatan
 Penempatan Elektroda
Terdapat banyak alternative untuk
penempatan elektroda. Lead harus
dikenalkan dengan gel penghantar, pada
kulit kepala yang bersih. Pada ECT bilateral,
kedua electrode dapat ditempatkan
secara bifrontotemporal, dengan masing-
masing sekitar 2 inci diatas titik tengah garis
yang ditarik dari meatus akustikus eksternus
ke sudut lateral mata.
 Stimulus Listrik dan Kejang
Ambang kejang dan lamanya sangat bervariasi
diantara pasien dan kemungkinan sukar untuk
ditentukan. Tujuannya ialah untuk mencapai
kejang antar 25-60 detik dengan
menggunakan jumlah energy listrik terkecil.
 Penentuan dosis
Ada dua metode untuk menentukan dosis
tinggi yang sesuai. Metode pertama adalah
dengan menentukan ambang kejang. Metode
kedua dengan metode titrasi stimulus.
Kesimpulan
Terapi ElektroKonvulsif (ECT) adalah terapi yang
aman dan efektif untuk pasien dengan gangguan
depresi berat, episode manik, dan gangguan
mental serius lainnya. Terapi Elektrokonvulsi (ECT)
merupakan suatu pengobatan untuk penyakit
psikiatri berat dimana pemberian arus listrik singkat
pada kepala digunakan untuk menghasilkan suatu
kejang tonik-klonik umum. Bila melihat sejarah
penggunaan terapi ini, maka terapi ini sudah
dimulai pada tahun 1934, dimana saat itu Ladislas J.
Von Meduna melaporkan terapi yang berhasil dari
katatonia dan gejala skizofrenia lain dengan kejang
yang ditimbulkan secara farmakologis. Indikasi
Primer ECT yaitu gangguan depresi mayor, manik,
skizofrenia,sedangkan indikasi sekunder ECT yaitu
katatonia, penyakit parkinson, sindrom neuroleptik
maligna dan delirium.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai