Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

TATALAKSANA INSOMNIA
Hanggono Raras Ahlul Soraya (30101407198)
Monika Fatma Aulianita (30101407243)
Menurut DSM –V
keluhan dalam hal kesulitan untuk memulai
atau mempertahankan tidur atau tidur non-
restoratif yang berlangsung setidaknya satu
bulan dan menyebabkan gangguan signifikan
Insomnia adalah gejala kelainan dalam atau gangguan dalam fungsi individu.
tidur berupa kesulitan berulang untuk
tidur atau mempertahankan tidur
walaupun ada kesempatan untuk itu .
Gejala tersebut biasanya diikuti
gangguan fungsional saat bangun dan
beraktivitas di siang hari.

The International Classification of Diseases


Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan
berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada
kesempatan untuk melakukannya. Insomnia bukan suatu
penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai
penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan
pemakaian obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak
hanya tingkat energi dan suasana hati tetapi juga kesehatan,
kinerja dan kualitas hidup.
Insomnia Jangka Pendek

Insomnia

Insomnia Kronis

Gangguan penyesuaian tidur

konteks situasional stres akut, seperti pekerjaan


baru atau menjelang ujian. biasanya hilang ketika
stressor hilang atau individu telah beradaptasi
dengan stressor
Fisiologi tidur

Tidur tidak dapat diartikan sebagai menifestasi proses deaktivasi Sistem Saraf
Pusat. Saat tidur, susunan saraf pusat masih bekerja dimana neuron-neuron
di substansia retikularis ventral batang otak melakukan sinkronisasi.
Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak
pada substansia ventrikulo retikularis batang otak yang disebut sebagai pusat
tidur (sleep center). Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan
sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral batang otak disebut
sebagai pusat penggugah (arousal center).
Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu: tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur. Tidak dibagi-
• Tipe Rapid Eye Movement (REM) bagi dalam stadium seperti dalm tidur NREM.
• Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
Stadium 1 = berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur.
Stadium ini dianggap stadium tidur paling ringan. EEG menggambarkan gambaran
kumparan tidur yang khas, bervoltase rendah, dengan frekuensi 3 sampai 7 siklus
perdetik, yang disebut gelombang teta.
Stadium 2 = berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu tidur.
EEG menggambarkan gelombang yang berbentuk pilin (spindle shaped) yang sering
dengan frekuensi 12 sampai 14 siklus perdetik, lambat, dan trifasik yang dikenal
sebagai kompleks K. Pada stadium ini, orang dapat dibangunkan dengan mudah.
Stadium 3 = berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur.
EEG menggambarkan gelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5 hingga 2,5
siklus perdetik, yaitu gelombang delta. Orang tidur dengan sangat nyenyak, sehingga
sukar dibangunkan.
Stadium 4 = berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur.
Gambaran EEG hampir sama dengan stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif pada
jumlah gelombang delta. Stadium 3 dan 4 juga dikenal dengan nama tidur dalam, at
delta sleep, atau Slow Wave Sleep (SWS). Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari
keseluruhan waktu tidur. Tidak dibagi-bagi dalam stadium seperti dalm tidur NREM.
Pola siklus tidur dan bangun adalah bangun sepanjang hari saat cahaya terang dan tidur sepanjang malam saat
gelap. Jadi faktor kunci adalah adanya perubahan gelap dan terang. Stimulasi cahaya terang akan masuk
melalui mata dan mempengaruhi suatu bagian di hipotalamus yang disebut nucleus supra chiasmatic (NSC).
NSC akan mengeluarkan neurotransmiter yang mempengaruhi pengeluaran berbagai hormon pengatur
temperatur badan, kortisol, growth hormone, dan lain-lain yang memegang peranan untuk bangun tidur. NSC
bekerja seperti jam, meregulasi segala kegiatan bangun tidur. Jika pagi hari cahaya terang masuk, NSC segera
mengeluarkan hormon yang menstimulasi peningkatan temperatur badan, kortisol dan GH sehingga orang
terbangun. Jika malam tiba, NSC merangsang pengeluaran hormon melatonin sehingga orang mengantuk dan
tidur.
Melatonin adalah hormon
yang diproduksi oleh
glandula pineal. Saat hari
mulai gelap, melatonin
dikeluarkan dalam darah
dan akan mempengaruhi
terjadinya relaksasi serta
penurunan temperatur
badan dan kortisol. Kadar
melatonin dalam darah
mulai meningkat pada jam
8 malam, terus meningkat
sepanjang malam dan
menghilang pada jam 8
pagi.
Fungsi Tidur
Telah diperiksa dengan beberapa cara dan sebagian besar peneliti
menyimpulkan bahwa tidur akan memberikan fungsi homeostasis yang
bersifat menyegarkan dan sangat penting pada termoregulasi normal
dan penyimpanan energy. Saat tidur NREM meningkat setelah olah raga
dan saat kelaparan pada tahap ini dimungkinkan terkait dengan
kebutuhan metabolic yang signifikan.

KEBUTUHAN TIDUR DALAM


SEHARI ?

KALO KURANG ?
Kebutuhan Tidur
• Normalnya orang-orang adalah penidur pendek (short sleeper) dan membutuhkan tidur
kurang dari 6 jam setiap malam agar dapat berfungsi adekuat. Orang ang tidurnya
panjang ( long-sleeper ) yaitu orang yang tidur lebih dari 9 jamtiap malamnya untuk
dapat berfungsi dengan adekuat, orang ini memiliki periode REM yang lebih banyak dan
lebih banyak REM di setiap periode ( densitas REM ) dari pada short-sleeper. Pergerakan
ini dianggap sebagai ukuran intensitas tidur REM yang terkait dengan kejelasan mimpi.
Short-sleeper lebih efisien, ambisius, beradaptasi social dan menyenangkan
dibandingkan dengan long-sleeper yang cenderung mengalami depresi ringan, cemas,
dan menarik diri dari social. Olah raga, kehamilan, kerja fisik, tekanan jiwa umum dan
meningkatnya aktivitas mental dapat mempengaruhi meningkatnya kebutuhan tidur.

Kurang Tidur
• Munculnya kekacauan ego, halusinasi dan waham dapat timbul karena kekurangan tidur.
Seseorang dengan kekurangan tidur REM oleh Karen amembangunkan mereka di saat
awal siklus REM akan menimbulkan peningkatan jumlah periode REM dan jumlah tidur
REM (rebound increase) saat dibiarkan tidur tanpa gangguan. Pasien dengan keadaan
kekurangan tidur REM akan menunjukkan iritabilitas dan letargi. Kekurangan tidur akan
menyebabkan lemah, lesi kulit, meningkatnya asupan makanan, berat badan turun,
meningkatnya pemakaian energy, turunnya suhu tubuh dan kematian. Akan terjadi
perubahan pada epinefrin plasma yang meningkat dan terjadi penurunan pada tiroksin
plasma.
Tanda dan Gejala Insomnia
• Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
• Sering terbangun pada malam hari
• Bangun tidur terlalu awal
• Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
• Iritabilitas, depresi atau kecemasan
• Konsentrasi dan perhatian berkurang
• Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
• Ketegangan dan sakit kepala
• Gejala gastrointestinal
Etiologi Insomnia
Gangguan tidur spesifik primer:
1) Gangguan irama sirkadian
2) Penyakit Fisik:
3) Perilaku: tidur siang, menggunakan tempat tidur untuk aktivitas lain
(misalnya, membaca dan menonton televisi), makan berat, kurang olahraga,
dan gaya hidup bermalas-malasan.
4) Lingkungan: suara, cahaya dan gangguan lainnya, suhu ekstrim, tempat
tidur tidak nyaman, dan kurangnya pajanan sinar matahari
5) Pengobatan: Stimulan sistem saraf pusat: sympathomimetics, kafein,
nikotin, antidepresan, amfetamin, efedrin, fenilpropanolamin, fenitoin.
disebabkan oleh banyak faktor seperti
Pathogenesis stresor psikologis maupun fisik.
peningkatan metabolisme glukosa
serebral selama tidur dan saat bangun.
peningkatan aktivitas gelombang beta dan
• keadaaan penurunan aktivitas gelombang delta.
hyperarousalmeningkatkan
level kewaspadaan seseorang 
terjadinya peningkatan
metabolisme di dalam tubuh
peningkatan body metabolic
rates yang lebih tinggi  (Bila
terjadi di malam hari akan
menimbulkan kesulitan tidur)
Faktor Resiko Insomnia
Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam
hari tetapi resiko insomnia meningkat jika terjadi pada :
Wanita
Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan
hormon selama siklus menstruasi dan menopause mungkin
memainkan peran. Selama menopause, sering berkeringat pada
malam hari dan hot flashes sering mengganggu tidur.
Usia lebih dari 60 tahun
Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia meningkat
sejalan dengan usia.
Memiliki gangguan kesehatan mental
Banyak gangguan, termasuk depresi, kecemasan, gangguan
bipolar dan post-traumatic stress disorder, mengganggu tidur.
Stres
Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka
panjang seperti kematian orang yang dikasihi atau perceraian,
dapat menyebabkan insomnia kronis. Menjadi miskin atau
pengangguran juga meningkatkan risiko terjadinya insomnia.
Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja
Diagnosis
Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ
Untuk mendiagnosis insomnia, Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis
dilakukan penilaian terhadap: pasti:
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan
a. Pola tidur penderita. tidur, atau kualitas tidur yang buruk.
b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama
b. Pemakaian obat-obatan, alkohol, minimal 1 bulan.
atau obat terlarang. c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang
c. Tingkatan stres psikis. berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang
siang hari.
d. Riwayat medis. d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi
e. Aktivitas fisik fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
f. Diagnosis berdasarkan kebutuhan e. Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak
tidur secara individual. menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
f. Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan untuk
menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi
individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas
(seperti pada “transient insomnia”) tidak didiagnosis di sini,
dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0) atau gangguan
penyesuaian (F43.2)

Anda mungkin juga menyukai