Anda di halaman 1dari 14

JOURNAL

Azithromycin vs Doxycycline
for Urogenital Chlamydia
trachomatis Infection
Latar Belakang
Infeksi chlamydia trachomatis urogenital → STD yang paling
umum di US dan di seluruh dunia.
Wanita secara tidak langsung terkena infeksi ini karena risiko dari
pelvic inflammatory disease, yang dapat menyebabkan kehamilan
ektopik dan infertilitas.
Upaya untuk mencegah dan mengendalikan infeksi klamidia, yang
terutama ditujukan untuk mengurangi gejala sisa, belum
mengurangi prevalensi yang tinggi.
Seiring dengan skrining, penyediaan pengobatan yang efektif
adalah landasan program pengendalian infeksi chlamydia.
CDC merekomendasikan obat-obatan oral:
◦ Azithromycin 1 gr dosis tunggal atau Doxycycline 2 x 100 mg/hari
selama 7 hari.
◦ Rekomendasi ini didukung 12 meta-analisis randomized clinical trial
yang menunjukkan efikasi → Azithromycin (97%) & Doxycycline
(98%).
Sebagian besar uji coba menggunakan tes yang kurang sensitif
dibandingkan dengan tes amplifikasi asam nukleat yang saat ini
direkomendasikan, yang mungkin telah menyebabkan prakiraan yang
terlalu rendah terhadap tingkat kegagalan pengobatan.
Tujuan
Untuk mengevaluasi non inferioritas efikasi pengobatan
dengan Azithromycin (1gr dosis tunggal) terhadap
Doxycycline (2x100mg/hari selama 7 hari).
Material dan Metode
Periode survei adalah Desember 2009 sampai April 2014.
Kriteria inklusi:
◦ Pria dan wanita berusia 12-21 tahun yang tinggal di empat lembaga
pemasyarakatan pemuda di Los Angeles dalam jangka panjang.
◦ Hasil positif pada tes amplikasi asam nukleat untuk skrining
chlamydia (APTIMA Combo 2, Gen-Probe) pada pengambilan
specimen urin pertama.
Kriteria eksklusi:
◦ Hamil, menyusui, koinfesi gonorrhea, alergi tetracycline atau
macrolide, sebelumnya mengalami fotosensitivitas karena konsumsi
doxycycline, tidak bias menelan obat, menerima AB antiklamidia
dalam 21 hari sebelum skrining atau selama skrining.
Dalam survei ini:
◦ Subyek dianamnesa (mengenai lingkungan hidup, riwayat STD
terdahulu, kebiasaan seksual, penggunaan kontrasepsi, dan gejala
urogenital atau GI).
◦ Dilakukan pemeriksaan urin pertama untuk tes amplifikasi asam
nukleat (untuk memastikan infeksi chlamydia).
◦ Secara acak diberikan regimen obat Azithromycin atau Doxycycline
sesuai rekomendasi CDC.
◦ Intake oral secara langsung diawasi oleh staf lembaga.
◦ Subjek yang positif diberikan AB secara acak dan pada hari ke-28
melakukan follow-up pertama → subjek hasil positif dieksklusi dan
subjek hasil negative mengikuti follow-up kedua pada hari ke-67.
Hasil
Pembahasan
Pada penelitian ini, non-inferioritas azithromycin terhadap
doxycycline dalam pengobatan infeksi chlamydia belum terbentuk.
Hal ini bukan hasil dari rendahnya efikasi azithromycin; efikasi
97% dari obat ini pada penelitian konsisten dengan hasil dari meta-
analisis.
Tingkat azithromycin yang cukup untuk mengatasi chlamydia
mungkin tidak tercapai pada beberapa pasien. Walaupun dengan
tingkat yang cukup, terdapat kemungkinan beberapa organisme
tidak teratasi pada infeksi akut, seperti yang disarankan oleh studi
in vitro yang memperlihatkan bahwa doxycycline lebih efektif dari
pada azithromycin dalam mengatasi chlamydia dari infeksi sel
epitel akut.
Keterbatasan
1. Hanya dilakukan satu lokasi saja yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian dalam garis besar.
2. Hanya digunakan specimen urin saja untuk tes amplikasi asam
nukleat.
3. Banyaknya jumlah subjek yang dieksklusi yang terlalu awal
pada penelitian.
4. Dengan jumlah sampel dan angka rerata yang rendah dari
kegagalan pengobatan, dimana perubahan yang kecil dapat
mempengaruhi konklusi terhadap non-inferioritas hasil
pengobatan.
Kesimpulan
Non-inferioritas dari azithromycin terhadap doxycycline belum
terbentuk pada penelitian ini. Tetapi, efikasi dari kedua jenis obat
sangatlah tinggi (97% dan 100%) dalam konteks analisis per-
protocol, observasi secara langsung, dan terapi termonitor.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai