Anda di halaman 1dari 14

Infeksi Nosokomial

Aurina Imah Haryoko


1513010019
Latar Belakang
Infeksi nosokomial (Hospital Acquired Infection/Nosocomial Infection) adalah
infeksi yang didapat dari rumah sakit atau ketika penderita itu dirawat di
rumah sakit

Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO tahun 2006 menunjukkan bahwa
sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara di Eropa, Timur tengah, dan
Asia Tenggara dan Pasifik terdapat infeksi nosokomial, khususnya di
AsiaTenggara sebanyak l0%

Tingkat infeksi yang lebih tinggi ditemukan pada pasien dengan peningkatan
kerentanan karena faktor usia tua, sementara dalam kemoterapi dan faktor
penyakit kronis yang mendasari sehingga mengganggu sistem kekebalan tubuh
pasien
Definisi

Infeksi nosokomial atau yang disebut juga Hospital Acquired Infection (HAI)
adalah infeksi yang didapat di rumah sakit atau difasilitas kesehatan lainnya

infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang terjadi di rumah


sakit dan menyerang penderita – penderita yang sedang dalam proses
asuhan keperawatan
Epidemiologi
(WHO) pada 55 rumah sakit di 14 negara yang mewakili 4
wilayah WHO (Eropa, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan
Pasifik Barat) mendapatkan rerata 8,7% pasien rumah sakit
mengalami infeksi nosokomial

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI


Jakarta menunjukkan bahwa 9,8% pasien rawat inap mendapat
infeksi nosokomial. 12 Kasus terbanyak infeksi nosokomial
terjadi di negara miskin dan negara berkembang karena
penyakit-penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama
Etiologi
Terdapat banyak patogen berbeda yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial,
yaitu, bakteri, virus, parasit dan fungi.

Bakteri
1. Pathogenic bakteri  Tingkat virulensi yang tinggi dan dapat
menyebabkan infeksi baik sporadik ataupun epidemik

Bakteri bentuk batang gram positif, misalnya Clostridium, menyebabkan


gangren.
Bakteri gram positif (Staphylococcus aureus),

Bakteri gram positif (Staphylococcus aureus),

Bakteri gram negatif (Enterobacteriacae), seperti Klebsiella,


Enterobacter, Proteus, Escherichia coli, dan Serratia marcescen, akan
berkolonisasi saat pertahanan tubuh menurun dan menyebabkan
infeksi serius, terutama luka operasi dan infeksi perineum.
2. Virus

Virus termasuk patogen penyebab infeksi nosokomial, diantaranya virus


hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan
dan endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enterovirus
yang ditularkan lewat kontak tangan ke mulut maupun fecal-oral.

3. Parasit dan Fungi.

Giardia lamblia ditularkan dengan mudah terutama pada anak-anak. Jamur


dan parasit lain juga merupakan organisme oportunistik dan dapat
menyebabkan infeksi pada pasien dengan pengobatan antibiotika spektrum
luas dan imunosupresi berat.

Sarcoptes scabies juga merupakan ektoparasit yang telah berulang kali


menyebabkan wabah di fasilitas kesehatan
Klasifikasi
Tempat-tempat utama terjadinya infeksi nosokomial dalam tubuh pasien
adalah :

Infeksi Traktus Urinarius Infeksi Luka Operasi (ILO)


Infeksi nosokomial yang paling Infeksi luka operasi juga merupakan infeksi
umum dengan prevalensi nosokomial yang sering terjadi.
mencapai 80%. Infeksi ini terjadi Insidensinya bervariasi dari 0,5% sampai
akibat penggunaan kateter urin 15% tergantung jenis operasi dan status
jangka panjang dasar pasien. Dampaknya adalah
bertambahnya lama perawatan pasca
operasi sekitar 3 sampai 20 hari dan
Pnemonia Nosokomial meningkatnya biaya perawatan yang cukup
Faktor risiko nosokomial pneumonia ini banyak
diketahui berkaitan dengan jenis dan
durasi ventilasi, kualitas perawatan
pernapasan, keparahan kondisi pasien
(ada atau tidaknya kegagalan organ),
dan penggunaan antibiotk sebelumnya
Penularan

Penularan Penularan Penularan


Penularan secara melalui udara dengan
kontak melalui common
vehicle dan inhalasi Perantara Vektor
Penularan ini dapat Penularan ini dapat
terjadi baik secara Penularan ini Penularan ini terjadi
terjadi secara eksternal
melalui benda mati bila mikroorganisme
kontak langsung, maupun internal.
yang telah mempunyai ukuran Disebut penularan
kontak tidak yang sangat kecil
terkontaminasi oleh secara eksternal bila
langsung dan sehingga dapat hanya terjadi
droplet. kuman dan dapat pemindahan secara
mengenai penjamu
menyebabkan dalam jarak yang mekanis dari
penyakit pada lebih cukup jauh dan mikroorganime yang
dari satu pejamu menempel pada tubuh
melalui saluran vektor, misalnya shigella
pernafasan dan salmonella oleh
lalat
Siklus
Reservoir
Agen Reservoir adalah tempat mikroorganisme patogen mampu bertahan hidup tetapi
dapat atau tidak dapat berkembang biak. Siklus infeksi nosokomial digunakan dalam
perawatan pasien dengan gangguan pernafasan. Resevoir yang paling umum adalah
tubuh manusia.

Portal keluar (Port of exit)


Setelah mikrooganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak,
mereka harus menemukan jalan ke luar jika mereka masuk ke pejamu lain dan
menyebabkan penyakit

Cara penularan (Mode of transmision)


Cara penularan bisa langsung maupun tidak langsung

Portal masuk (Port of entry)


Sebelum infeksi, mikroorganisme harus memasuki tubuh. Kulit adalah bagian rentang
terhadap infeksi dan adanya luka pada kulit merupakan tempat masuk mikroorganisme.
Kepekaan dari host (host susceptibility)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.
Kerentanan tergantung pada derajat ketahanan individu terhadap mikroorganisme
patogen. Semakin virulen suatu mikroorganisme semakin besar kemungkinan
kerentanan seseorang
Pengendalian

Kewaspadaan standar mempunyai komponen utama dalam


standar pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial
dan tindakan operasional mencakup kegiatan sebagai
berikut :
1. Mencuci tangan
2. Menggunakan alat pelindung diri/APD seperti: sarung tangan, masker,
pelindung wajah, kacamata dan apron pelindung
3. Praktik keselamatan kerjA
4. Perawatan pasien
5. Penggunaan antiseptik, penanganan peralatan dalam perawatan pasien dan
kebersihan lingkungan
Mencuci tangan
Mencuci tangan sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir dan dengan sabun yang
digosokkan selama 15 sampai 20 detik. Mencuci tangan dengan sabun biasa dan air
bersih adalah sama efektifnya mencuci tangan dengan sabun antimikroba.

Penggunaan Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri yang paling baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah
atau bahan sintetik yang tidak tembus oleh cairan

Praktik keselamatan kerja


Praktik keselamatan kerja berhubungan dengan pemakaian instrumen tajam seperti
jarum suntik. Hal ini meliputi : hindari menutup kembali jarum suntik yang telah
digunakan

Perawatan pasien
Perawatan pasien yang sering dilakukan meliputi tindakan: pemakaian kateter urin,
pemakaian alat intravaskular, transfusi darah, pemasangan selang nasogastrik,
pemakaian ventilator dan perawatan luka bekas operasi
Penggunaan Antiseptik
Larutan antiseptik dapat digunakan untuk mencuci tangan terutama pada tindakan bedah,
pembersihan kulit sebelum tindakan bedah atau tindakan invasif lainnya

Anda mungkin juga menyukai