Anda di halaman 1dari 18

MITRA UNGGUL

TRAINING & CONSULTING

PELATIHAN MANAJEMEN RISIKO BANK


Sesi 1
PRINSIP DASAR OPERASIONAL
BANK SYARIAH DAN KONSEP RISIKO
DALAM BANK SYARIAH
KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

Islam sebagai agama, merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia


secara komprehensif dan universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta
(Habluminallah) maupun dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas).

Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu :


1. Aqidah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas
keberadaan dan kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang
muslim manakala melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata
untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah yang mendapat amanah
dari Allah.
MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

2. Syariah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang


muslim baik dalam bidang ibadah (habluminallah) maupun dalam bidang
muamalah (hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah yang
menjadi keyakinannya.
Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain
yang menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah
maliyah.
3. Akhlaq : landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya
sebagai seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang
menjadi pedoman hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah
sebagaimana hadis nabi yang menyatakan"Tdaklah sekiranya Aku diutus
kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah“
PRINSIP DASAR OPERASIONAL BANK ISLAM MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

Prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi Islam yang menjadi dasar beroperasinya


bank Islam yang paling menonjol adalah tidak mengenal konsep bunga uang dan
untuk tujuan komersial Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi adalah
kemitraan / kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil,
sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya
imbalan apapun.
Didalam menjalankan operasinya fungsi bank Islam akan terdiri dari:
1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang
dipercayakan oleh pemegang rekening investasi / deposan atas dasar prinsip
bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank.
2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana / sahibul
mal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana (dalam
hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi)
3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah
4. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan
penerimaan serta penyaluran dana kebajikan ( fungsi optional )
PRINSIP-PRINSIP BANK SYARIAH MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

Bank syariah merupakan suatu jenis Bank yang menjalankan sistem perbankan
berdasarkan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam hukuk islam.
Secara umum terdapat 11 prinsip bank syariah yang dianut berdasarkan hukum
islam, diantaranya :
1. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana
pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan
kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan
keahlian dari pengelola.
2. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan
sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana berupa kas maupun aset
non-kas yang diperkenankan oleh Syariah.
MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

4. Murabahah yaitu akad jual beli antara dua belah pihak dimana pembeli dan
penjual menyepakati harga jual yang terdiri dari harga beli ditambah ongkos
pembelian dan keuntungan bagi penjual.
5. Salam yaitu bentuk trasaksi jual beli barang tertentu antara pihak penjual dan
pembeli yang harga jualnya terdiri dari harga pokok barang, serta keuntungan
yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Selain itu, pada prinsip salam
pembayaran dilakukan dimuka, sementara penyerahan barang dilakukan
kemudian hari.
6. Istishna’ yaitu suatu transaksi jual beli seperti pada prinsip Salam, yakni
penyerahan barang dilakukan dikemudian hari, namun hal yang membedakan
adalah pembayaran boleh dilakukan dengan sistem cicilan.
7. Ijarah, merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang tersebut.
8. Qardh, merupakan suatu perjanjian pinjam-meminjam berbentuk uang ataupun
barang. Prinsip ini dilakukan tanpa adanya orientasi keuntungan, namun pihak
bank sebagai pemberi jaminan boleh meminta ganti biaya yang nantinya
diperlukan selama kerjasama berlangsung. Jenis pinjam meminjam yang
menggunakan prinsip qardh diantaranya, pinjaman talangan haji, pinjaman tunai,
pinjaman kepada pengusaha kecil, dan pinjaman kepada pengurus bank.
MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

9. Rahn / Gadai, adalah kegiatan kerjasama antara pihak bank dan peminjam,
dimana pihak bank akan meminta suatu satu harta pemilik atau peminjam
untuk digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Hal ini dilakukan untuk memberikan jaminan pembayaran kepada bank atas
pinjaman yang diberikan. Ketika pinjaman telah dikembalikan secara lunas,
pihak bank pun akan mengembalikan barang jaminan kepada peminjam.
10. Hawalah / Hiwalah adalah suatu pengalihan utang dari orang yang berutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Prinsip ini dilakukan untuk
membantu supplier mendapatkan bantuan tunai supaya dapat melanjutkan
produksinya. Sedangkan pihak bank akan tetap mendapatkan biaya ganti atas
jasa pemindahan.
11. Wakalah merupakan transaksi atau perjanjian yang timbul akibat salah satu
pihak memberikan suatu obyek perikatan yang berbentuk jasa. Wakalah adalah
penyerahan, pendelegasi, atau bisa dikatakan pemberian mandat. Transaksi
wakalah dapat dijumpai pada transaksi perbankan pada umumnya seperti
penagihan, pembayaran, agensi, serta transaksi lainnya.
Dari uraian diatas maka produk perbankan Islam dalam prakteknya MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

dapat diringkas sebagai berikut :


DEFINISI RISIKO BANK MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu potensi terjadinya suatu peristiwa


(events) yang dapat menimbulkan kerugian.
Risiko yaitu suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang
dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola
semestinya.
Risiko dalam bidang perbankan merupakan suatu kejadian potensial baik yang
dapat diperkirakan (anticipated) maupun tidak dapat diperkirakan (unanticipated)
yang berdampak negatif pada pendapatan maupun permodalan bank.
Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari namun dapat dikelola dan dikendalikan
ARTI PENTINGNYA PENERAPAN
MITRA UNGGUL

MANAJEMEN RISIKO PADA BANK SYARIAH TRAINING & CONSULTING

Sebagai sebuah entitas bisnis, dalam kegiatan usahanya bank syariah


menghadapi risiko-risiko yang memiliki potensi mendatangkan kerugian. Risiko ini
tidaklah bisa selalu dihindari tetapi harus dikelola dengan baik tanpa harus
mengurangi hasil yang harus dicapai. Risiko yang dikelola dengan tepat dapat
memberikan manfaat kepada bank dalam menghasilkan laba.
Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang
timbul dari seluruh kegiatan usaha Bank.
MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

Beberapa manfaat yang diperoleh bank syariah dengan menerapkan manajemen


risiko, antara lain:
1. dapat meningkatkan komunikasi antara Dewan Komisaris dan manajemen,
2. mendukung penggunaan sumber daya secara efektif,
3. mendukung adanya perbaikan yang terus-menerus,
4. mengurangi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,
5. memberikan jaminan kepada stakeholders, serta
6. memungkinkan suatu kesempatan baru dapat dicapai dengan probabilitas
sukses yang lebih besar.
MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

Risiko dapat dibedakan atas dua kelompok besar yaitu:


1. Risiko yang sistematis (systematic risk), yaitu risiko yang diakibatkan
oleh adanya kondisi atau situasi tertentu yang bersifat makro, seperti
perubahan situasi politik, perubahan kebijakan ekonomi pemerintah,
perubahn situasi pasar, situasi krisis atau resesi, dan sebagainya yang
berdampak pada kondisi ekonomi secara umum; dan
2. Risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk) yaitu risiko yang unik, yang
melekat pada suatu perusahaan atau bisnis tertentu saja.
HUBUNGAN MANAJEMEN RISIKO DENGAN
MITRA UNGGUL

PRINSIP PRINSIP TATA KELOLA TRAINING & CONSULTING

Pelaksanaan manajemen risiko yang baik harus


mengutamakan prinsip-prinsip good corporate governance.
yang disebut prinsip TARIF:
TRANSPARANSI MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

Pengelolaan risiko haruslah transparan, karena dampak risiko tidak


hanya pada satu unit saja, tetapi memiliki kemungkinan dapat meluas
pada unit lainnya. Pengelolaan risiko haruslah bersifat inklusif dan
transparan dengan melibatkan semua pihak yang terkait dengan risiko
tersebut, baik dalam penanganan sumber risiko, maupun perlakuan
terhadap dampak risiko;
AKUNTABILITAS MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

Harus terdapat akuntabilitas yang jelas dalam penerapan manajemen risiko


dalam organisasi.
Akuntabilitas adalah sebuah kewajiban melaporkan dan bertanggung jawab atas
keberhasilan atau pun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai
hasil yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui media pertanggungjawaban
yang dikerjakan secara berkala.
Untuk seluruh perusahaan, akuntabilitas tertinggi penerapan manajemen risiko
terletak pada Direksi dan akuntabilitas pengawasan penerapan manajemen
risiko terletak pada Dewan Komisaris. Akan tetapi secara berjenjang, haruslah
jelas akuntabilitas pengelolaan risiko pada tiap tingkatan, bahkan hingga ke tiap
proses bisnis organisasi.
RESPONSIBILITAS MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

Responsibilitas (tanggung jawab) adalah tanggung jawab seseorang terhadap


tugas-tugasnya yang berhubungan dengan peran seseorang kepada pihak
yang dilayani.
Penjabaran responsibilitas dalam penerapan manajemen risiko ke jenjang yang
lebih rendah memerlukan kejelasan terhadap uraian dari tanggung jawab
tersebut. Dalam situasi ini, maka haruslah jelas tanggung jawab pengelolaan
risiko pada masing-masing tingkatan, bahkan hingga ke pengelolaan risiko
pada proses organisasi. Oleh karena itu setiap pemangku risiko (risk owner)
haruslah paham tugas dan tanggung jawabnya terkait dengan pengelolaan
risiko pada lingkup tugas dan kewenangannya.
INDEPENDENSI MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

Independensi adalah suatu keadaan atau posisi dimana kita tidak terikat
dengan pihak manapun. Artinya keberadaan kita adalah mandiri. tidak
mengusung kepentingan pihak tertentu atau organisasi tertentu.

Independensi dalam penerapan manajemen risiko adalah konsekuensi logis


dari prinsip akuntabilitas dan responsibilitas, dimana unit atau individu yang
dibebani dengan akuntabilitas dan responsibilitas untuk mengelola risiko
yang masuk dalam lingkup tugas dan kewenangannya, haruslah diberi
cukup kebebasan untuk merumuskan cara menangani risiko tersebut.
FAIRNESS MITRA UNGGUL
TRAINING & CONSULTING

Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi


hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan perundang-
undangan yang berlaku.
Manajemen risiko haruslah diintegrasikan sepenuhnya ke dalam governance
organisasi untuk lebih memberikan kepastian terhadap pencapaian sasaran
organisasi dalam memenuhi hak-hak stakeholders . Penerapan prinsip
kewajaran dalam penerapan manajemen risiko yang efektif akan lebih
memberikan jaminan terhadap pencapaian sasaran organisasi.

Anda mungkin juga menyukai