Anda di halaman 1dari 44

DIAGNOSIS

RINITIS ALERGI
Anamnesis

Dimulai dengan riwayat penyakit secara umum dan


dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih spesifik
meliputi :
Gejala-gejala rinitis alergi :
o Bersin-bersin (>5 kali setiap kali serangan)
o Rinore (ingus bening encer)
o Hidung tersumbat (menetap/ berganti-ganti)
o Gatal di hidung, tenggorok, langit-langit atau
telinga.
o Kadang disertai : mata gatal, berair atau
kemerahan, Hiposmia / anosmia, Post nasal drip
atau batuk kronik
Anamnesis...

• Frekuensi serangan, lama sakit, intermiten atau


persisten
• Beratnya penyakit :
pengaruh terhadap kualitas hidup (gangguan terhadap
pekerjaan, sekolah, tidur dan aktifitas sehari-hari)
• Manifestasi penyakit alergi lain :
asma bronkhial, dermatitis atopik, urtikaria, alergi
makanan
Anamnesis...

Riwayat atopi di keluarga


adakah anggota keluarga yang pernah menderita
salah satu penyakit alergi tersebut diatas
Faktor pemicu timbulnya gejala rinitis alergi
o Lingkungan di rumah, tempat kerja, sekolah
o kegemaran atau hobi penderita yang dapat
memprovokasi timbulnya gejala.
Anamnesis...

Hiperreaktifitas hidung thd iritan non spesifik :


asap rokok, bau merangsang, udara dingin,
polutan, bau parfum, bau deodoran
Riwayat pengobatan dan hasilnya
o efektifitas obat
o macam pengobatan
o compliance/ kepatuhan berobat
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
o Hidung : allergic salute, nasal crease
o Mata : conjunctivitis alergi, allergic shiner,
Dennie-Morgan line
Rinoskopi anterior :
o edem dari konka inferior/media diliputi sekret
encer bening
o mukosa pucat dan edem
Pemeriksaan Fisik…

o keadaan anatomi hidung lainnya seperti septum


nasi
o kemungkinan adanya polip nasi.
Nasoendoskopi (bila fasilitas tersedia)
o adakah konka bulosa atau polip nasi kecil di
meatus medius
o keadaan kompleks ostiomeatal
Allergic Salute & Nasal Crease
Allergic Shiner & Dennis-Morgan line
Conjunctivitis Alergi
Nasoendoskopi
• Uji kulit / Uji tusuk / Prick test :
Pemeriksaan Penunjang
- Mudah dilakukan
- Ditoleransi oleh sebagian penderita
termasuk
anak-anak
- Sensitifitas dan spesifisitas tinggi terhadap
hasil
pemeriksaan IgE spesifik.
• Intradermal skin test / Skin End Point Titration
Test
• IgE serum total (normal dewasa 100 – 150
IU/ml)
• IgE serum spesifik
Pemeriksaan Penunjang...

• Pemeriksaan sitologis / histologis untuk :


- Menentukan antara alergi / non alergi
dan rinitis
akibat infeksi
- Menindak lanjuti respons terhadap terapi
- Melihat perubahan morfologik dari
mukosa
hidung
- Lebih sering dilakukan untuk penelitian
Pemeriksaan Penunjang...
• Test provokasi hidung/ nasal challenge test :
- Bila ada keraguan dan kesulitan dalam Dx RA,
dimana riwayat RA (+), tetapi hasil tes alergi (-)
- Pemeriksaan ini bermanfaat untuk :
- mendiagnosis rinitis okupasional
- penelitian
Pemeriksaan Penunjang...

• Foto polos sinus paranasal


• CT Scan / MRI sinus paranasal atas indikasi
bila :
- Untuk menentukan adakah komplikasi
seperti
sinusitis
- Tidak ada respons terhadap terapi
- Direncanakan tindakan operatif
Diferensial Diagnosis

• Rinitis infeksi ( virus , bakteri )


• Rinitis karena okupasi / pekerjaan
• Drug-induced rhinitis
• Rinitis Hormonal
• NARES
• Rinitis karena iritan
• Rinitis vasomotor
• Rinitis atropi
• Rinitis idiopatik
TERAPI
RINITIS
ALERGI
Tujuan Penatalaksanaan

1. Mengurangi gejala akibat paparan alergen,


hiperreaktifitas nonspesifik dan inflamasi
2. Perbaikan kualitas hidup penderita
3. Mengurangi efek samping pengobatan
4. Edukasi penderita untuk meningkatkan
ketaatan berobat dan kewaspadaan terhadap
penyakitnya
5. Pengobatan kausal
• Penatalaksanaan
Eliminasi alergen
• Farmakoterapi
• Imunoterapi
Eliminasi Alergen
Cara menghindari allergen :
• Essensial:
1. Membungkus kasur dan bantal dengan
bahan khusus
2. Mencuci alas tidur, sarung bantal dan selimut
• Optimal :
1. Menggunakan lantai rumah dengan bahan
yang dapat dibersihkan
2. Sedikit mungkin menggunakan furniture dari
kain/kain berbulu
Eliminasi Alergen
3. Menggunakan penghisap debu dengan filter
HEPA
4. Gunakan korden yang dapat dicuci
5. Mainan dari kain/berbulu yang dapat dicuci

Binatang piaraan ( kucing dan anjing)


 dengan tidak memelihara binatang tersebut
dan bila pernah, membersihkan karpet, kasur
dan kursi dengan penghisap debu berulang
edukasi tentang alergen apa yang harus dihindari
dan bagaimana menghindarinya
Farmakoterapi

A. Antihistamin
• Pilihan pertama untuk pengobatan rinitis alergi
• Menghambat efek mediator histamin pada tingkat
reseptor histamin
• Efektif mengurangi gejala rinitis (hidung gatal,
bersin dan rinore), kurang efektif untuk gejala
hidung tersumbat
• Macam antihistamin :
1. antihistamin H1 klasik (generasi I)
2. antihistamin H1 generasi baru (generasi II & III)
Antihistamin...

Antihistamin klasik
o Pemakaiannya terbatas
o mempunyai efek antikolinergik  menyebabkan
gangguan pada jantung
o tidak selektif pada reseptor histamin H1 perifer karena
menembus sawar darah otak  efek sedatif
o chlorpheniramine sifat sedatif paling ringan
o Contoh : Diphenhydramin, Prometazin, Tripolidin,
Chlorpheniramine, Incidal, Avil, Polaramine, Tavegyl,
Incitin
Antihistamin...

Antihistamin generasi baru


o “long acting antihistamine” karena bekerja lama ( 24
jam)
o tidak menembus sawar darah otak  tidak bersifat
sedatif
o digolongkan menjadi 2 : AH generasi II dan generasi
III
Antihistamin...

Antihistamin generasi II :
• Selektifitas terhadap reseptor H1 lebih baik
• Non sedatif
• Beberapa antihistamin generasi II menyebabkan
gangguan jantung
• Contoh : Terfenadine, Astemizole, Oxatomide,
Loratadin dan Cetirizin
Antihistamin...

Antihistamin generasi III :


• Metabolit aktif dari antihistamin generasi II
• Selektifitas sangat tinggi terhadap reseptor H1  sifat
non sedatif sejati (non dose dependent)
• Tidak memiliki sifat antikolinergik
• Tidak dimetabolisme di hati
• Efek anti alergi yang lebih luas
• Contoh : Fexofenadine, Desloratadine
B. Dekongestan
• Vasokonstriksi karena efeknya pada reseptor alfa-adrenergik
• Golongan :
1. agonis alfa-1 adrenergik ( phenyleprin )
2. agonis alfa2 adrenergik ( efedrin, pseudoefedrin,
amfetamin)
3. mencegah reuptake noradrenalin (cocain,
phenylpropanolamin)
• Bentuk sediaan : oral & topikal
Dekongestan…

• Bentuk sediaan topikal :


Efek dalam 10 menit, berlangsung + 1 jam (epineprin), 8-
12 jam (oxymetazolin)
• Bentuk sediaan oral :
• Ephedrin, phenyleprin, phenylpropanolamin dan
pseudoephedrin
• Efek dlm 30 menit, berlangsung s/d 6 jam atau 8-24
jam btk SR
• Pemakaian lama tidak menyebabkan efek rebound
vasodilatasi.
C. Glukokortikoid
• Mengurangi pelepasan pembentukan mediator: histamin,
prostanoids, leukotrien
• Lebih efektif dibanding antihistamin untuk RA sedang dan
berat
Glukokortikoid sistemik :
o Pemakaian sistemik peroral atau suntikan im
o Kontra indikasi: glaukoma, herpes keratitis, DM,
instabilitas psikologis, osteporosis, HT berat, TBC
o Sebaiknya dihindari pada : anak- anak dan wanita
hamil
Glukokortikoid topikal :
o efek sistemik yang minimal
o Beberapa sediaan glukokortikoid topikal :
Beclometason propionat, Budesonide ,
Flunisolide, Triamcinolone acetonide,
Fluticasone propionat, Mometasone
fuorate
Golongan kromolin
• Yang dipakai : disodium kromoglikat dan sodium
nedocromil.
 menstabilkan sel mast dari proses degranulasi/
pelepasan mediator  efeknya terhadap gejala
bersin, rinore lebih baik dari pada terhadap hidung
tersumbat.
• Pada anak dan wanita hamil, kromolin dapat
dianjurkan pemakaiannya karena sangat aman.

Anti Leukotrien
 menekan sistem leukotrien yang merupakan
mediator
utama penyebab obstruksi hidung
• Golongan obat ini zafirlucast, montelucast.
Imunoterapi
• Imunoterapi spesifik (ITS) : suatu pemberian alergen
spesifik yang berulang teratur dengan dosis
meningkat secara bertahap kepada pasien dengan
hipersensitifitas tipe 1  tujuan memberikan
perlindungan terhadap timbulnya gejala alergi dan
reaksi inflamasi akibat paparan alergen
• ITS mempunyai keuntungan jangka panjang dapat
bertahan sampai 3 tahun setelah selesai pemberian
imunoterapi.
• ITS dapat dilakukan dengan cara berdasarkan hasil
tes kulit tusuk atau berdasarkan skin endpoint
titration test
• Pemilihan alergen untuk ITS dilakukan berdasarkan
hasil tes kulit atau tes alergi in vitro dengan
mempertimbangkan alergen dominan dengan hasil
positif.
• Pasien yang menjadi kandidat ITS adalah pasien
rinitis alergi dengan tingkat hipersensitifitas
berdasarkan tes kulit tusuk +3 atau lebih dan
dengan hasil endpoint tertentu dari tes kulit
intradermal

• Pasien tidak ingin minum obat antihistamin atau


tidak nyaman dengan efek samping obat
antihistamin atau tidak menunjukan respon
yang adekuat terhadap terapi medikamentosa
dan menghindari alergen
• Indikasi tambahan dari imunoterapi ialah
dermatitis atopik dan pada alergi bisa ular yang
mempunyai reaksi lokal yang besar.
Metode :
• Jadwal penyuntikan terdiri dari 2 fase yaitu :
1. Fase inisial (eskalasi) dimana dosis vaksin alergen
diberikan secara bertahap sampai mencapai dosis
maksimal dengan interval waktu dua kali
seminggu,
2. Fase pemeliharaan yaitu dosis maksimal
dilanjutkan sampai jangka waktu 6 bulan sekali
sampai kurang lebih tiga tahun.
 Setelah imunoterapi, setidaknya pasien harus
berada di klinik selama 30 menit untuk observasi bila
terjadi reaksi sistemik, karena sebagian besar reaksi
sistemik tejadi dalam 30 menit setelah imunoterapi.
 Pada pasien yang mengalami asma, imunoterapi
tidak direkomendasikan imunoterapi kecuali telah
stabil penyakit asmanya
• Imunoterapi subkutan diberikan secara suntikan
subkutan dengan menggunakan suntikan,
alergen yang digunakan berupa cairan ekstrak
alergen cair
• Imunoterapi metode sublingual dilakukan
dengan cara meletakan atau menghisap tablet
di bawah lidah dapat dilakukan di rumah
sesuai anjuran dosis yang diberikan, metode
subkutan harus dilakukan di tempat klinik atau
rumah sakit.
Imunoterapi alergen spesifik
Indikasi :
• IT hanya diberikan kepada penderita RA yang
mempunyai hasil tes kulit positip dan alergen
yang positip secara klinis ada hubungannya
dengan timbulnya gejala RA.
• IT diberikan pada penderita RA persisten
sedang sampai berat yang tidak puas/ berhasil
dengan pengobatan medika mentosa.
• IT diberikan pada penderita yang bersedia
berobat dengan teratur dan waktu lama.
• Penderita yang setuju dengan IT ( informed
consent).
Prosedur Pemberian IT.
1. Metoda suntikan (sub kutan)
2. Dosis dinaikan bertahap setiap minggu / 2X
seminggu yang tiap kali naik 0,1cc, sampai dosis
maksimal bisa diterima (1 cc), atau dosis
maksimal yang dapat diterima
3. Extrak yang dipilih sesuai hasil tes kulit ( yang
hasil baik terhadap mite/ house dust mite).
4. Jika sudah tercapai dosis optimum/ maksimum
dilajutkan dengan dosis maintenance 1 minggu
sekali sampai gejala klinis membaik dan stabil
atau 10 X. Dilanjutakan dengan 2minggu sekali
. Jika tetap stabil sampai 5X dilanjutkan dengan 1
bulan sekali sampai total waktu pengobatan 2- 3
tahun .
5.Perhatikan waktu suntikan : kemungkinan terjadi
reaksi sistemik saperti waktu tes kulit.
Kemungkinan lebih besar terutama saat
menaikan dosis. Jika terjadi reaksi diatasi seperti
pada tes kulit. Jika terjadi reaksi sistemik maka
dosis suntikan selanjutnya diturunkan dan
ditetapkan sebagai dosis maksimal.
6. Reaksi sistemik yang paling sering terjadi antara
10-20 menit setelah suntik sehingga penderita
tidak diperkenankan langsun g pulang setelah IT.
7. Selama IT diperbolehkan memberikan obat
simptomatik jika perlu. Yang perlu dihindari
adalah steroid sistyemik yang lama (lebih dari 1
minggu).
Imunoterapi hanya boleh dilakukan jika :
• Jelas disebabkan oleh adanya IgE ( tes kulit
atau IgE spesifik)
• Bila jelas ada hubungan klinis antara hasil tes
kulit dan timbulnya gejala
• Oleh/ atas tanggungjawab dokter karena
adanya resiko reaksi anafilaksi.
• Berat dan lamanya keluhan ( ukuran obyektif
seperti gangguan sekolah/ kerja) perhatikan
fungsi paru: penderita asma berat tidak
dianjurkan. Untuk pend asaa harus ada
monitoring fungsi paru.
• Bila respon terhadap pengobatan lain (
farmakoterapi) tidak memuaskan pend.
• Tersedia vaksin/allergen yang terstandarisasi
dan berkualitas.
• Kontraindikasi relatif : menggunakan beta
bloker, terdapat penyakit imunologis,
• Penderita yang tidak dapat taat berobat
• Faktor sosial : beaya, pekerjaan penderita
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai