PRINSIP TERAPI
PENEGAKAN DIAGNOSIS
PEMBERIAN TERAPI
Antibiotik Topikal
Antiseptik
Terapi Kortikosteroid topikal dan sistemik
Obat-obatan imunomudulator
TERAPI TOPIKAL
Beberapa Keuntungan:
1. Efek samping, meski mungkin ada, biasanya
sangat minim
2. Aplikasi lokal pada lesi dengan dosis maksimal
3. Sangat efektif, bila sediaan dapat melekat dalam
waktu yang cukup lama
3
TERAPI TOPIKAL
Jenis Terapi Topikal:
1. Covering agents
2. Anastesi Topikal
3. Analgetik Topikal
4. Antibiotik Topikal
5. Kortikosteroid Topikal
4
COVERING AGENTS
• Sediaan:
Gel dan Pasta
• Mekanisme:
Memberikan perlindungan mekanis pada
daerah ulser di rongga mulut
• Kekurangan:
Pasien mengalami kesulitan untuk
mengaplikasikan sediaan ini, terutama di
daerah rongga mulut bagian belakang
5
ANTISEPTIK TOPIKAL
• Bahan dasar:
Chlorhexidine
• Sediaan:
1. Obat kumur (mouthwash)
2. Obat semprot (spray)
3. Obat oles (gel)
• Manfaat:
1. Bahan antiplaque paling efektif (kemampuan antibakteri dan
anticandidal)
2. Kontrol infeksi sekunder (secondary infection control)
3. Bahan tambahan (adjunct)
4. Pasta gigi (toothpaste)
5. Bahan penjaga kebersihan mulut (oral hygiene measures)
6
ANTISEPTIK TOPIKAL (Lanjutan)
• Kerugian:
1. Menyebabkan stain pada gigi (pada pemakaian
jangka panjang)
2. Perubahan warna (discoloration) pada lidah
3. Rasanya pahit
4. Menyebabkan idiosyncratic mucosal iritation
5. Ada laporan kasus yang menyebutkan dapat
menyebabkan pembengkakan kelenjar parotis
7
ANALGETIK TOPIKAL
• Benzidamine
sebagai temporary simptomatic relief untuk
kasus erosif dan lesi ulseratif rongga mulut,
sehingga pasien saat makan dan minum tidak
merasa sakit.
8
ANALGETIK TOPIKAL (Lanjutan)
• Lidocaine Gel
sebagai short term symptomatic relief
hati-hati dalam meresepkan, karena dapat
menyebabkan trauma sekunder meski tidak
terlalu sakit
Jangan memberikan dosis yang terlalu tinggi
karena dapat menyebabkan laryngeal reflexes
9
ANALGETIK TOPIKAL (Lanjutan)
• Lidocaine Rinse
Tidak boleh digunakan untuk pemakaian dalam
waktu yang lama, karena dapat menyebabkan efek
samping absorpsi sistemik
10
ANALGETIK TOPIKAL (Lanjutan)
• Lidocaine Anastetik
Sediaan:
Pelega tenggorokan
Mouth ulcer pastilles (paste)
Keduanya kebanyakan dijual secara bebas
Kebanyakan mengandung gula, oleh karena itu
pasien harus diingatkan bahwa sediaan ini dapat
menyebabkan karies gigi (cariogenic)
11
ANTIBIOTIK TOPIKAL
Beberapa alasan penggunaan topikal
antibiotik kurang menguntungkan:
1. Kemungkinan pemilihan antibiotik yang resisten
2. Kemungkinan menimbulkan reaksi hipersensitif
(alergi) akibat penggunaan antibiotik
12
ANTIBIOTIK TOPIKAL (Lanjutan)
• Sediaan:
Tetracycline (Chlortetracycline), merupakan antibiotik paling
efektif
• Dosis 2% solution, efektif untuk mengurangi infeksi sekunder
(serta rasa nyeri yang menyertai)
Contoh kasus:
o Stomatitis aftosa
o Stomatitis herpetik primer
o Erosif lichen planus
o Keadaan ulseratif parah lainnya
13
ANTIBIOTIK TOPIKAL (Lanjutan)
• Topikal antibiotik tidak dapat digunakan untuk:
Terapi jangka panjang
14
ANTIBIOTIK TOPIKAL (Lanjutan)
• Pembuatan Sediaan Obat Kumur:
Larutkan 250mg isi kapsul Tetracycline dalam 100ml
15
TOPIKAL KORTIKOSTEROID
• Pertimbangan utama:
Tingkat tekanan fungsi adrenal yang muncul
ketika obat ini digunakan
• Macam sediaan:
1. Obat kumur (mouthwashes)
2. Semprot (sprays)
3. Intralesi (intralesional)
4. Pasta (paste)
5. Permen hisap (lozenges)
16
STEROID MOUTHWASHES
• Dapat dibuat dengan melarutkan
betamethasone atau prednisolone tablet
dalam 10-15ml air
• Obat kumur tidak boleh ditelan
• Pasien diminta untuk mengamati munculnya
efek samping, antara lain: absorpsi sistemik
17
STEROID MOUTHWASHES (Lanjutan)
Obat kumur (Triamcinolone)
Dosis 0,75 – 1,5 mg hingga 3 – 6 mg per hari
20
STEROID PASTES
• 0,1% Triamcinolone acetonide dalam sediaan
adhesive paste
• Untuk perawatan Ulserasi Aphtosa
• Efektif digunakan malam hari sebelum hari, karena
saat malam flow saliva berkurang dan pasien sudah
tidak makan
• Contoh lain:
Flucinonide atau Clobetasol dicampur dengan
Orabase® (proporsi seimbang), dapat digunakan
untuk lesi ulseratif di bagian depan mulut
21
STEROID LOZENGES
• 0,1% Hydrocortisone
• Untuk terapi Stomatitis Aphtosa Recurrent (SAR)
• Efektif untuk digunakan pada fase prodromal
ulserasi
• Digunakan pada masa pertumbuhan ulser, meski
dalam fase penyembuhan tetap
direkomendasikan
• Kemampuan untuk mencegah munculnya ulser
baru belum dapat dibuktikan
22
KRIM DAN OBAT SALEP
23
KRIM DAN OBAT SALEP (Lanjutan)
KRIM
• Merupakan emulsi yang terdiri dari minyak (oil) dan
air (water)
• Mengandung bahan preservatives, contoh:
chlorochresol dan parabens, kecuali bahan aktif
memiliki kegiatan antimikrobial intrinsik yang cukup.
• Bahan preservatives dapat menyebabkan kepekaan
berlebih bahkan reaksi alergi (dermatitis contacta)
24
KRIM DAN OBAT SALEP (Lanjutan)
OBAT SALEP
• Sediaan berminyak yang tidak larut dalam air
• Banyak digunakan untuk terapi:
Kelainan kronis
Kondisi kulit kering (dry skin)
25
TERAPI SISTEMIK
• Terapi obat non-spesific seperti steroid, azathioprine
serta bahan seperti thalidomide banyak digunakan
untuk terapi ulser yang parah dan kasus erosif
• Obat yang digunakan mempunyai efek samping yang
kuat
• Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan yang teliti
dan tepat
• Hanya boleh digunakan di rumah sakit, karena
dibutuhkan pengawasan terus menerus
26
TERAPI SISTEMIK
Jenis Terapi Sistemik:
1. Kortikosteroid Sistemik
2. Azathioprine
3. Obat Sistemik Lain
27
KORTIKOSTEROID SISTEMIK
• TERAPI INI BARU DILAKUKAN BILA TERAPI
TOPIKAL MENGALAMI KEGAGALAN
• SEDIAAN : PREDNISOLONE
• DALAM MELAKUKAN TERAPI ULSER MAYOR
ATAU EROSIF LICHEN PLANUS, TIDAK BOLEH
TERLALU LAMA → 2 – 3 MINGGU
28
KORTIKOSTEROID SISTEMIK (Lanjutan)
YANG HARUS DIPERHATIKAN:
1. PERLU DIKETAHUI TEKANAN DARAH, GLUKOSA DARAH PUASA,
DAN BERAT BADAN PASIEN → UNTUK MENGHITUNG DOSIS
TERAPI
2. PASIEN HARUS DIINGATKAN UNTUK MELAKUKAN KONTROL
SECARA TERATUR DAN DISIPLIN, SESUAI WAKTU YANG TELAH
DITENTUKAN
3. PASIEN YANG MENJALANI TERAPI DENGAN OBAT PREDNISOLON
≥ 5 mg per hari (atau setara) SELAMA LEBIH DARI 3 BULAN
SEBAIKNYA DIBERI OBAT PROPILAKSIS “BIPHOSPONATE”
29
KORTIKOSTEROID SISTEMIK (Lanjutan)
KOMPLIKASI YANG DAPAT DITIMBULKAN:
1. SUPPRESSION OF ADRENAL FUNCTION
2. HYPERTENSION
3. POTASSIUM LOSS
4. DIABETES
5. OSTEOPOROSIS
6. MENTAL DISTURBANCES (PSYCHOSES, MOOD CHANGES, EUPHORIA)
7. MUSCLE WASTING
8. FAT REDISTRIBUTION
9. PEPTIC ULCERATION
10. CUSHING’S SYNDROME
11. SUSCEPTIBILITY TO INFECTION (CANDIDOSIS, BACTERIAL AND VIRAL
INFECTION)
12. GROWTH SUPPRESION IN CHILDREN
13. NEOPLASM (LYMPHOMA)
30
AZATHIOPRINE
• DIGUNAKAN UNTUK MENGURANGI EFEK JANGKA
PANJANG OBAT STEROID SISTEMIK
• MERUPAKAN CYTOTOXIC IMMUNOSUPPRESANT
• TIDAK BOLEH DIBERIKAN TANPA PENGAWASAN YANG
MEMADAI
• PENDERITA BERESIKO MENGALAMI HAMBATAN
PERKEMBANGAN BONE MARROW, TERUTAMA
PENDERITA YANG MENGALAMI DEFISIENSI
THIOPURINE METHYLTRANSFERASE (TPMT) → OLEH
KARENA ITU PERLU DILAKUKAN TES TPMT SEBELUM
MEMBERI AZATHIOPRINE
31
OBAT SISTEMIK LAIN
BEBERAPA OBAT YANG BANYAK DIGUNAKAN
DALAM KASUS ORAL MEDICINE:
DAPSONE
CICLOSPORIN
COLCHICINE
THALIDOMIDE
MYCOPHENOLATE
32
HARUS DIPERHATIKAN
• Para klinisi harus waspada dalam meresepkan
formulasi obat topikal
• Obat kumur dan obat semprot steroid tidak
boleh digunakan untuk terapi di rongga mulut,
serta tidak adanya jadwal penggunaan
• Pasien harus diberitahu resiko pengobatan
33
TERIMA
KASIH
34