Anda di halaman 1dari 11

Materi : Kelompok Sosial

Kelompok 9

• ANDI RAHMA
• ANITA CINTYA RAHAYU
• MARISA DWIYANDA
• MUKHLIS ABDI SYAHBANI
• TITO PRASETYO

Bina Nusantara
1.Pengertian Kelompok Sosial

Manusia adalah mahluk sosial. Sosialitas manusia,


secara asasi merupakan sesuatu yang tidak dapat
ditolak. Manusia hanya dapat berkembangan sebagai
manusia seutuhnya hanya bila ia berada dalam
kelompok. Karl Marx (Perdue, 1986:312) menyatakan
bahwa sociability manusia lebih dari sekedar
pengertian bahwa manusia membutuhkan yang lainnya
untuk memenuhi kebutuhannya. Marx melihat manusia
sebagai human social animal yang dapat berkembang
sebagai peribadi dalam kelompok masyarakat.
Dan bahkan kita dapat menggarisbawahi kenyataan ini,
bahwa tidak seorangpun manusia berada diluar
kelompok sosial
Seorang individu akan lahir dalam keluarga. Keluarga dalam hal
ini merupakan salah satu bentuk dari kelompok sosial. Mungkin
saja ada kenyataan bahwa ada individu yang lahir, namun dibuang
oleh ibunya yang melahirkan. Peristiwa seperti ini tidak
membuktikan bahwa manusia tidak selalu lahir dalam konteks
sosial, tetapi mengafirmasi kenyataan bahwa individu yang akan
berkembang di luar konteks keluarga tidak akan pernah
berkembang sebagaimana mestinya manusia. Bahkan dalam
kenyataan bayi atau individu yang dibuang itu pasti akan
menemukan kelurganya yang baru yang bersedia memeliharanya.

Kenyataan bahwa setiap perisitiwa pembuangan seorang individu


akan selalu mendapat reaksi negatif dari masyarakat luas,
membuktikan sosialitas manusia itu sendiri. Pertanyaan kita
sekarang adalah apakah yang dimaksudkan dengan kelompok
sosial itu ?
Kelompok sosial (Macionis, 1989:174) pada umumnya didefenisikan
sebagai dua atau lebih orang yang memiliki suatu identitas bersama dan
yang berinteraksi secara regular. Apapun bentuknya, kelompok Sosial
terdiri dari orang-orang yang memiliki kesadaran keanggotaan yang sama
yang didasarkan pada pengalaman, loyalitas, dan kepentingan yang sama.
Singkatnya mereka sadar tentang individualitas mereka, sebagai anggota
dari Kelompok Sosial yang secara spesifik disadari sebagai “kita”.

2. Ciri-Ciri Kelompok Sosial (Soekanto, 2006:101)


a. Adanya kesadaran pada tiap anggota kelompok bahwa dia merupakan
sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
b. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan
anggota yang lain.
c. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara
mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama,
kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama
dan lain-lain. Memiliki musuh bersama dapat juga menjadi faktor
pemersatu kelompok
d. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku
e. Bersistem dan berproses
3. Tipe-Tipe Kelompok Sosial
Charles Horton Cooley menggambarkan distingsi antara dua jenis
Kelompok Sosial yakni kelompok sosial primer dan sekunder
– Kelompok Sosial Primer
 Kelompok Sosial primer memiliki hubungan yang bersifat
personal dan akrab antara anggotanya.
 Dalam kelompok ini orang melakukan aktivitas dan
memiliki waktu secara bersama, sehingga mereka dapat saling
mengenal antara satu sama lain secara personal dan akrab.
 Mereka saling memperhatikan kesejahteraan satu sama lainnya.
 Selain karena relasi yang akrab antara anggota, kelompok sosial
primer merupakan tempat dimana seorang individu berjumpa
dengan pengalaman-pengalaman sosial yang pertama.
 Dalam kelompok sosial primer ini seorang individu mengalami
hidup untuk pertama kalinya. Kekuatan dan hubungan utama ini
memberikan individu-individu rasa aman dan damai.
 Anggota-anggota dalam kelompok utama ini menyediakan
pendapatan pribadi bagi yang lainnya, termasuk keuangan dan
dukungan emosional
- Kelompok Sosial Sekunder
 Kelompok Sosial Sekunder didefenisikan sebagai Kelompok
Sosial yang bersifat impersonal dan besar.
 Kelompok Sosial Sekunder didasarkan atas minat, kepentingan
atau aktivitas-aktivitas khsusus
 Organisasi-organisasi politik biasanya disebut Kelompok Sosial
Sekunder.
 Dalam Kelompok Sosial Sekunder ini setiap anggota tidak saling
mengenal secara lebih baik dan hubungan diantara mereka sangat
longgar.
 Kelompok Sosial Sekunder sering dipakai sebagai alat untuk
mencapai tujuan-tujuan khusus.
 Kelompok Sosial Sekunder biasanya selalu bersifat formal dan
tidak emosional dan memiliki orientasi cita-cita (goal oreintation)
bukan personal
– In-Group dan Out-Group
 Kelompok sosial merupakan tempat di mana individu
mengidentifikasikan dirinya sebagai kami atau kamu, kita atau
mereka. “In-Group adalah kelompok sosial dimana seorang individu
mengidentifikasikan dirinya sebagai “kita” atau “kami”. Sedangkan
Out-Group adalah kelompok sosial di luar in group, atau di luar kita,
di luar kami. Kelompok di luar itu adalah mereka. Misalnya kami
adalah mahasiswa Marketing Komunikasi, sedangkan mereka adalah
mahasiswa teknik komputer, kami adalah mahasiswa Bina
Nusantara, mereka adalah mahasiswa Atma Jaya.
 Anggota-Anggota suatu kelompok sosial tertentu sedikit banyak
akan mempunyai kecenderungan untuk menganggap bahwa segala
sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan dengan
kelompoknya sendiri sebagai sesuatu yang terbaik apabila
dibandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan kelompok-kelompok
lainnya. Kecenderungan ini biasa disebut dengan etnosentrisme.
 Etnosentrisme adalah suatu sikap untuk menilai unsur-unsur
kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan
sendiri. Etnosentrisme disosialisasikan atau diajarkan kepada setiap
anggota kelompok sosial, sadar maupun tidak sadar, serentak dengan
nilai-nilai kebudayaan lain.
– Kelompok Formal dan Kelompok Informal
Kelompok formal adalah kelompok-kelompok yang mempunyai
peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-
anggotanya untuk mengatur hubungan antara anggota-anggotanya.
Contoh dari organisasi formal adalah organisasi. Menurut Max Weber
salah satu bentuk dari organisasi formal itu adalah birokrasi.
Ciri-ciri dari birokrasi adalah;
• Tugas-tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa tugas
jabatan. Atau dapat dikatakan adanya pembagian kerja
berdasarkan spesialisasi.
• Posisi-posisi dalam organisasi terdiri hierarki struktur wewenang.
Hierarki berwujud sebagai piramida di mana setiap jabatan
bertanggung jawab terhadap bawahan mengenai keputusan dan
pelaksanaan.
• Suatu sistem peraturan menguasai keputusan-keputusan dan
pelaksanan.
• Unsur staf yang merupakan pejabat bertugas memelihara
organisasi dan khususnya keteraturan komunikasi.
• Para pejabat berharap bahwa hubungan dengan bawahan dan
pihak lain bersifat orientasi impersonal.
• Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karier.
Kelompok informal tidak mempunyai struktur dan
organisasi tertentu dan pasti.
Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena
pertemuan-pertemuan yang berulang kali dan itu menjadi dasar
bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman
yang sama.

4. Kelompok-Kelompok Sosial Yang Tidak Teratur


Kelompok-kelompok yang tidak teratur nampak dalam
kerumunan masa. Kerumunan merupakan suatu kelompok
sosial yang bersifat sementara, kerumunan tidak terorganisasi.
Kerumunan dapat saja memiliki pemimpin, namun tidak
mempunyai sistem pembagian kerja mapun sistem pelapisan
sosial. Interaksinya bersifat spontan dan tidak terduga. Individu-
individu yang merupakan kerumunan, berkumpul secara
kebetulan di suatu tempat, dan juga pada waktu yang
bersamaan.
5. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
1) Masyarakat Pedesaan
• Warga pedesaan mempunyai hubungan erat dan mendalam
ketimbang hubungan mereka dengan warga pedesaan
lainnya.
• Sistem kehidupan biasanya berkelompok berdasar
kekeluargaan.
• Warga pedesaan umumnya mengandalkan hidupnya dari
pertanian.
• Sistem gotong royong, pembagian kerja tidak berdasarkan
keahlian.
• Cara bertani sangat tradisional dan tidak efisien karena
belum mengenal mekanisasi dalam pertanian. Mereka
bertani semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup,
bukan untuk bisnis.
• Golongan orang tua dalam masyarakat pedesaan memegang
peranan penting
2) Masyarakat Perkotaan
• Kehidupan keagamaan berkurang dibanding kehidupan agama
di desa.
• Orang kota lebih individual, dan kurang bergantung pada orang
lain.
• Pembagian kerja lebih tegas dan ada batas-batasnya.
• Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak.
• Interaksi-interaksi berjalan berdasarkan kepentingan dan lebih
rasional.
• Jalan kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya
faktor waktu.
• Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota
karena kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari
luar.

Anda mungkin juga menyukai