Anda di halaman 1dari 22

Peraturan Per-UU-an

PENGELOLAAN LIMBAH B3
• UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
• PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3
• Permen LH Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah
B3
• Permen LH Nomor 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label
Limbah B3
• Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3
• Kep-02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3
• Kep-03/Bapedal/09/1995 tentang Persyaratan Teknis
Pengolahan Limbah B3
• Kep-04/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Teknis Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi
Bekas Pengolahan dan Penimbunan Limbah B3
• Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
• Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya
disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen
lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, sertakelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain.
UU No. 32 tahun 2009

• Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan


yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan/atau penimbunan.
UU No. 32 tahun 2009 (Pasal 59)

• Setiap orang yang menghasilkan limbah B3


wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang
dihasilkannya.
• Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan
sendiri pengelolaan limbah B3, pengelolaannya
diserahkan kepada pihak lain.
• Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib
mencantumkan persyaratan lingkungan hidup
yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus
dipatuhi pengelola limbah B3 dalam izin.
UU No. 32 tahun 2009 (Pasal 69)

Setiap orang dilarang:


• melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup;
• memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-
undangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
• memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ke media lingkungan hidup Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
• memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
• membuang limbah ke media lingkungan hidup;
• membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
• Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang
yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak
langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup.
• Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan
pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu
usaha dan/atau kegiatan.
• Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan
langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik,
kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Limbah B3 di Tanjung Priok
Sanksi Pidana

• Setiap orang yang memasukkan limbah


B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dipidana dengan
pidana penjara 5-15 tahun dan denda
paling sedikit Rp 5M - 15 M
Sanksi Administratif (UU 32 Tahun 2009)

Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang


Undang ini, terhadap badan usaha dapat dikenakan
pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa:
a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak
pidana;
b. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha
dan/atau kegiatan;
c. perbaikan akibat tindak pidana;
d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa
hak; dan/atau
e. penempatan perusahaan di bawah pengampuan
paling lama 3 (tiga) tahun.
PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah B3
Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai:
1. Penetapan Limbah B3;
2. Pengurangan Limbah B3;
3. Penyimpanan Limbah B3;
4. Pengumpulan Limbah B3;
5. Pengangkutan Limbah B3;
6. Pemanfaatan Limbah B3;
7. Pengolahan Limbah B3;
8. Penimbunan Limbah B3;
9. Dumping (Pembuangan) Limbah B3;
Lanjutan....

10.Pengecualian Limbah B3;


11.Perpindahan lintas batas Limbah B3;
12.Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup dan Pemulihan Fungsi
Lingkungan Hidup;
13.Sistem Tanggap Darurat dalam Pengelolaan Limbah B3;
14.pembinaan;
15.pengawasan;
16.pembiayaan; dan
17.sanksi administratif.
Pelaku dalam Pengelolaan Limbah B3
• Penghasil Limbah B3 adalah Setiap Orang yang karena
usaha dan/atau kegiatannya menghasilkan Limbah B3.
• Pengumpul Limbah B3 adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan Pengumpulan Limbah B3 sebelum
dikirim ke tempat Pengolahan Limbah B3, Pemanfaatan
Limbah B3, dan/atau Penimbunan Limbah B3.
• Pengangkut Limbah B3 adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan Pengangkutan Limbah B3.
• Pemanfaat Limbah B3 adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan Pemanfaatan Limbah B3.
• Pengolah Limbah B3 adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan Pengolahan Limbah B3.
• Penimbun Limbah B3 adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan Penimbunan Limbah B3.
Kegiatan dalam Pengelolaan Limbah
B3
• Penyimpanan Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan Limbah B3
yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 dengan maksud
menyimpan sementara Limbah B3 yang dihasilkannya.
• Pengumpulan Limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan Limbah
B3 dari Penghasil Limbah B3 sebelum diserahkan kepada
Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun
Limbah B3.
• Pemanfaatan Limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali,
daur ulang, dan/atau perolehan kembali yang bertujuan untuk
mengubah Limbah B3 menjadi produk yang dapat digunakan
sebagai substitusi bahan baku, bahan penolong, dan/atau bahan
bakar yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
• Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau
menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifat racun.
• Penimbunan Limbah B3 adalah kegiatan menempatkan Limbah B3
pada fasilitas penimbunan dengan maksud tidak membahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Kewajiban Penghasil Limbah B3

• Setiap Orang yang menghasilkan Limbah


B3 wajib melakukan Pengurangan Limbah
B3 dengan:
1.substitusi bahan;
2.modifikasi proses; dan/atau
3.penggunaan teknologi ramah lingkungan.
4.menyampaikan laporan secara tertulis
kepada Menteri mengenai pelaksanaan
pengurangan limbah B3 secara berkala 6
bulan sekali sejak pengurangan limbah B3
dilakukan.
5. Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib
melakukan Penyimpanan Limbah B3.
6. Dilarang melakukan pencampuran Limbah B3 yang
disimpannya.
7. Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah B3,
Setiap Orangwajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3
untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3--> dikeluarkan
oleh Kepala BLH.
8. Untuk dapat memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3
untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3, Setiap Orang
yang menghasilkan Limbah B3 wajib memiliki Izin
Lingkungan dan
9. harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada
bupati/wali kota dan melampirkan persyaratan izin.
• Substitusi bahan: pemilihan bahan baku
dan/atau bahan penolong yang semula
mengandung B3 digantikan dengan bahan
baku dan/atau bahan penolong yang tidak
mengandung B3.
• Modifikasi proses: pemilihan dan
penerapan proses produksi yang lebih
efisien.
• Setiap Orang yang menghasilkan Limbah
B3 wajib menyampaikan laporan secara
tertulis kepada Menteri mengenai
pelaksanaan Pengurangan Limbah B3.
• Laporan secara tertulis disampaikan
secara berkala paling sedikit enam bulan
sekali sejak Pengurangan Limbah B3
dilakukan.
Peraturan Internasional

• Konvensi Basel tahun 1989


• Keppres Nomor 61 tahun 1993 tentang
Pengesahan Basel Convention
Pertimbangan Keppres Nomor 61
Tahun 1993
• di Basel, Swiss, pada tanggal 22 Maret 1989 telah diterima Basel
Convention on the Control of Transboundary Movements of the
Hazardous Wastes and Their Disposal sebagai hasil the Conference
of Plenipotentiaries on the Global Convention on the Control of
Transboundary Movements of Hazardous Wastes yang
diselenggarakan oleh the United Nations Environment Programme
(UNEP), yang mengatur larangan ekspor dan impor serta
pembangunan limbah berbahaya secara tidak sah;
• secara geografis wilayah Republik Indonesia terdiri dari pulau-pulau
dengan perairan terbuka, karena itu sangat potensial sebagai
tempat pembuangan limbah berbahaya secara tidak sah dari luar
negeri;
• bahwa untuk memelihara kelestarian lingkungan serta mencegah
agar wilayah Republik Indonesia tidak menjadi tempat pembuangan
limbah berbahaya, dipandang perlu menjadi pihak pada Convention
tersebut

Anda mungkin juga menyukai