Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN ILMU THT-KL REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2019


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

FARINGITIS

Disusun oleh :
A. Anna Mutia
111 2016 2030

Pembimbing
dr. Yarni A., Sp. THT-KL
BAB I
PENDAHULUAN

Setiap tahunnya ±40 juta orang mengunjungi pusat


pelayanan kesehatan karena faringitis. Faringitis merupakan
peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat
infeksi (virus dan bakteri) maupun non infeksi (alergi,
trauma, toksin dan lain-lain).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

 Faringitis merupakan
peradangan dinding faring yang
dapat disebabkan oleh virus
(40-60%), bakteri (5-40%),
alergi, trauma, toksin, dan
lain-lain.2
 Penularan infeksi melalui
secret hidung dan ludah
(droplet infection).2
Epidemiologi

 Di USA, faringitis terjadi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada


pada dewasa. Sekitar 15 – 30 % faringitis terjadi pada anak usia
sekolah, terutama usia 4 – 7 tahun, dan sekitar 10%nya diderita oleh
dewasa. Faringitis ini jarang terjadi pada anak usia <3 tahun.
 Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu
sering disebut faringitis GAS (Group A Streptococci). Bakteri penyebab
tersering yaitu Streptococcus pyogenes.
Etiologi
 Faringitis merupakan peradangan dinding
faring yang dapat disebabkan akibat infeksi
maupun non infeksi. Banyak microorganism
yang dapat menyebabkan faringitis, virus
(40-60%) bakteri (5-40%).
 Respiratory viruses merupakan penyebab
faringitis yang paling banyak teridentifikasi
dengan Rhinovirus (±20%) dan coronaviruses
(±5%).
PATOGENESIS

 Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet


udara yang berasal dari pasien faringitis.
 Droplet ini dikeluarkan melalui batuk dan bersin. Jika bakteri ini hinggap
pada sel sehat, bakteri ini akan bermultiplikasi dan mensekresikan toksin.
Toksin ini menyebabkan kerusakan pada sel hidup dan inflamasi pada
orofaring dan tonsil.
 Kerusakan jaringan ini ditandai dengan adanya tampakan kemerahan pada
faring.5 Periode inkubasi faringitis hingga gejala muncul yaitu sekitar 24 – 72
jam.6
Faktor risiko dari faringitis yaitu:

Cuaca dingin dan musim flu

Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat menular melalui udara

Merokok, atau terpajan oleh asap rokok

Infeksi sinus yang berulang

Alergi
Faringitis Akut
Faringitis Viral
 Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan
beberapa hari kemudian akan menimbulkan
faringitis.2
 Gejala dan tanda faringitis viral adalah demam
disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan, sulit
menelan.2
 Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil
hiperemis. Virus influenza, coxsachievirus dan
cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat.
 Terapinya adalah istirahat dan minum yang
cukup. Kumur dengan air hangat. Analgetika jika
perlu
Faringitis Bakteri
 Infeksi grup A Streptokokus hemolitikus merupakan
penyebab faringitis akut pada orang dewasa (15%)
dan pada anak (30%).2
 Gejala dan tandanya adalah nyeri kepala yang
hebat, muntah kadang-kadang disertai demam
dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.2
 Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring
dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di
permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul
bercak petechiae pada palatum dan faring.
Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal,
dan nyeri pada penekanan.2
Terapi:
 Antibiotik. Diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A
Streptokokus hemolitikus. Penicillin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis
tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari
dan pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hariatau eritromisin 4 x 500 mg/hari
 Kortikosteroid: deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0.08-0.3
mg/kgBB, IM, 1 kali.
 Analgetika
 Kumur dengan air hangat atau antiseptic.
Penilaian skornya:
Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A 0: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 1%-2.5%.
dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria8, Tidak perlu pemeriksaan lebih lanjut dan antibiotic.
yaitu :
- Riwayat demam (+1) 1: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 5%-10%.
- Anterior Cervical lymphadenopathy (+1) Tidak perlu pemeriksaan lebih lanjut dan antibiotic.
- Tonsillar exudates (+1)
2: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 11%-
- Tidak ada batuk (+1) 17%. Kultur bakteri faring dan antibiotic hanya bila hasil
kultur positif
Pada modified Centor criteria ditambah kriteria umur:
3: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 28%-35%.
- 3-14 tahun (+1) Kultur bakteri faring dan antibiotic hanya bila hasil
- 15-44 tahun (0) kultur positif
- 45 tahun keatas (-1)
4-5: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 51%-
53%. Terapi empiris dengan antibiotic dan atau kultur
bakteri faring
Faringitis Fungal
 Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut
dan faring. K
 eluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada
pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan
mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan
jamur ini dilakukan dalam agar Saburoud
dextrose.
 Terapi dengan Nystatin 100.000-400.000 2
kali/hari dan analgetika.2
FARINGITIS KRONIK

Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi.
Factor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rhinitis kronik,
sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang merangsang
mukosa faring dan debu. Factor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah
pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat.2
Faringitis kronik hiperplastik

 Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior


faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band
hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata,
bergranular.2
 Gejalanya pasien sering mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan
akhirnya batuk yang bereak.2
 Terapi local dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia
larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan
simptomatis diberikan obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan dapat
diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran. Penyakit di hidung dan sinus
paranasal harus diobati.2
Faringitis kronik atrofi
 Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada
rhinitis atrofi, udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembabannya,
sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.2
 Gejalanya pasien sering mengeluh tenggorok kering dan tebal serta mulut
berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang
kental dan bila diangkat tampak mukosa kering2
 Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atrofi
ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.2
Prognosis

 Dengan pengobatan yang adekuat umumnya prognosis


pasien dengan faringitis adalah baik dan umumnya pasien
biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.
Komplikasi

 Adapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis


media, epiglotitis, mastoiditis, pneumonia, abses
peritonsilar, abses retrofaringeal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmarjono dan Hermani B. Odinofagia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala & Leher. Edisi Keenam. Cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2010; h.212-6
2. Rusmarjono dan Soepardi EA. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi Keenam. Cetakan ke-5. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta: 2010; h.217-9
3. Mansjoer, A (ed). 2005. Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok : Tenggorok dalam:
Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. FK UI.Jakarta; h.118
4. Acerra JR. Pharyngitis in Emergency Medicine. 2010. Diambil dari
http://emedicine.medscape.com/article/764304-overview#a0199.
5. Pommerville JC. Alcamo’s Fundamentals of Microbiology. Ed ke-9. Sudbury: Jones & Bartlett
Publisher; 2011; h.304-5
6. Lipsky MS, King MS. Blueprints Family Medicine. Philadelphia: Lipincott; 2010; h.87-9
7. Dhingra PL. Diseases of Ear, Nose, Throat. India: Reed Elsevier; 2000; h 236-7
8. http://www.mdcalc.com/modified-centor-score-for-strep-pharyngitis/

Anda mungkin juga menyukai