Anda di halaman 1dari 19

JURNAL READING

“PREVENTION OF RECURRENT PTERYGIUM WITH BEVACIZUMAB


0.05% EYE DROPS: A RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL”

Putri Wahyu Ningsih - 14711122


Abstrak

Tujuan: untuk menilai efektifitas dan tolerabilitas dari


bevacizumab 0,05% topikal ketika digunakan sebagai terapi
ajuvan setelah eksisi pterigum primer.
Metode: Pada studi kali ini mengambil 22 pasien (22 mata) dengan ptergium primer
yang telah melakukan operasi pterigium dengan menggunakan teknik bare sclera.
Setelah eksisi pterigium, 22 pasien secara acak mendapatkan terapi Bevacizumab
0,05% topikal (12 mata) atau plasebo (10 mata) dengan menggunakan metode
acak 4 blok. Bevacizumab topikal dan plasebo digunakan pada responden 4 kali
sehari dalam 3 bulan. Evaluasi menggunakan slit lamp dilakukan sekali dalam
sebulan. Penilaian okular dan sistemik tambahan dilakukan tiap 2 minggu selama 3
bulan pengobatan. Penilaian dengan slit lamp lalu dianalisis. Hasil primer dan
sekunder merupakan perbedaan dari rasio kejadian pterigium berulang antar
masing-masing grup dan kejadian tambahan dalam 3 bulan.
Hasil: Seluruh 22 pasien telah lengkap di follow-up selama 3 bulan setelah diberikan
terapi percobaan. Setelah 3 bulan terapi, 1 pasien (8,33%) dan 3 pasien (30%) dari
kelompok bevacizumab dan plasebo masing-masing mengalami rekuren kornea.
Tidak ada perbedaan signifikan (P=0,293) yang ditemukan diantara kedua grup
sebagaimana ditunjukkan dengan test Fisher’s exact. Bagaimanapun, rekuren
konjungtiva dan kornea masing-masing ditemukan 4 (33,33%) dan 9 (90%) pasien pada
kelompok bevacizumab dan plasebo dengan perbedaan mencapai signifikan (P=0,01).
Tidak ada kejadian tambahan yang berarti.
Pendahuluan
• Pterigium merupakan kelainan pertumbuhan dan degeneratif dari fibrovaskular pada
lapisan mata, biasa jaringan berbentuk segitiga atau sayap yang tumbuh dari
1st konjungtiva ke kornea.

• Sampai sekarang data tidak dapat merekomendasikan ajuvan spesifik yang dapat
memberikan hasil yang bermanfaat
2nd
• Peningkatan ekspresi VEGF pada jaringan pterigium terlibat dalam patogenesisnya
• Bevacizumab (Avastin), sebuah monoclonal antibodi untuk VEGF-A, mencegah ikatan
3rd antara VEGF-A pada reseptornya

• Pada penilitian kali ini didesain untuk mengevaluasi efektivitas dan tolerabilitas
bevacizumab 0,05% tetes mata sebagai terapi ajuvan setelah eksisi pterigium primer
4th melalui teknik bare sclera.
PASIEN DAN METODE

Satu ahli bedah melakukan semua Seluruh pasien dalam studi ini
Pasien yang didiagnosis dengan
eksisi pterigium dengan teknik secara acak mendapatkan
pterigium primer dan telah
bare sclera . tetrakain 2% tanpa bevacizumab atau grup kontrol
dijadwalkan untuk eksisi dengan
adrenaln diinjeksikan melalui dengan menggunakan metode 4
teknik bare sclera
subkonjungtiva blok.

Kelompok bevacizumab (12 mata,


Data demografi, termasuk jenis
12 pasien) menerima tetes mata
kelamin, usia, durasi aktifitas diluar
bevacizumab 0,05% dan grup
ruangan, lateralisasi pterigium dan
kontrol (10 pasien, 10 mata)
tampilan preoperasi pterigium
menerima tetes mata normal
telah dinilai
saline 4x sehari selama 3 bulan
Test fisher’s exact digunakan untuk menilai perbedaan rasio kekambuhan pterigium
pada kedua grup pada bulan kedua dan tiga dengan menggunakan SPSS versi 21.
P<0,05 dianggap sebagai signifikan.
HASIL

Rasio kejadian kekambuhan antara kedua grup


tidak berbeda signifikan (P=0,29). Empat dan 9
pasien dari kelompok grup bevacizumab dan
plasebo masing-masing mengalami konjungtiva
dan kornea rekuren (grade 2-4). Rasio
kekambuhan grade 2-4 berbeda signifikan
antar grup (P=0,01).
DISKUSI

VEGF-A merupakan bagian dari platelet-derived growth factor supergene


family dan memiliki peran utama dalam proses angiogenesis melalui
VEGF reseptor 1 dan 2.

Bevacizumab merupakan antibodi monoklonal yang menghambat VEGF-


A.

2 RCT, 1 seri kasus, dan 1 laporan kasus, menemukan bahwa


bevacizumab subkonjungtiva dapat mengurangi gejala dan ukuran
pterigia tetapi memiliki efek yang sesaat dan tidak relevan secara klinis.
DISKUSI

Konsentrasi VEGF-A dapat tinggi


Pada studi terbaru,
secara signifikan pada
bevacizumab topical mencegah
konjungtiva rekuren pada
perubahan besar pada
pterigium dibanding dengan
konjungtiva setelah operasi.
konjungtiva normal.

Untuk menghindari pterigium


Keterbatasan dari penelitian ini rekuren, pembersihan jaringan
adalah jumlah pasien yang pterigial sangat ditubuhkan, jika
sedikit dan waktu follow-up tidak ia menyediakan sumber
yang singkat VEGF-A yang dapat menjadi
sumber terjadinya kekambuhan
KESIMPULAN

Topikal bevacizumab 0,05%, sebagai terapi


ajuvan setelah eksisi pterigium selama 3 bulan,
menunjukkan hasil yakni menurunkan rasio
gabungan dari konjungtiva dan kornea rekuren
dibandingkan dengan plasebo.
CRITICAL APPRAISAL

Problem: kekambuhan pterigium pada pasien


post eksisi pterigium
Intervention : Topikal Bevacizumab 0,05%
Comparison: Plasebo (Saline normal 0,9%)
Outcome: Angka kekambuhan yang terjadi
Question: Apakah pasien post eksisi pterigium
yang diberikan topikal bevacizumab dapat
menurunkan angka kekambuhan pterigium?
1. Did the trial address a clearly Ya, penelitian ini untuk menilai
focused issue? efektifitas dan tolerabilitas
topikal bevacizumab 0,05% yang
diberikan pada pasien post eksisi
pterigium selama 3 bulan untuk
mencegah kekambuhan. Hal ini
disebutkan dalam abstrak.
2. Was the assignment of Ya. Pasien diacak menggunakan
patients treatments metode acak 4 blok. Hal ini
randomized? disebutkan dalam bagian
metode.
3. Were patients, health Ya. Hal ini disebutkan dalam
workers dan study personnel bagian metode bahwa seluruh
blinded? pasien dan penilai tidak
mengetahui penempatan
terapi.
4. Were the group similiar at Ya. Pada jurnal ini disediakan
the start trial? tabel demografi sampel
seperti jenis kelamin, umur,
aktivitas luar ruangan, hingga
bentuk pterigium.
5. Aside from the experimental Ya. Masing-masing kelompok diperlakukan
intervention, were the groups treated sama. Seperti pada pasien yang mengalami
equally? defek konjungtiva dan kornea di masing-
masing kelompok diberi terapi untuk
penyembuhan.

6. Were all patients who entered the Ya. Pada awalnya jumlah sampel yang
trial properly accounted for at its dibutuhkan yakni 19 orang. Namun
conclusion? ditambahkan 20% masing-masing
kelompok untuk menghindari hilang
saat di follw-up. Hingga akhir penelitian
seluruh pasien dapat dilakukan follow
up.
8. How precise was the estimate of Rekuren konjungtiva dan kornea masing-
treatment effect? masing ditemukan 4 (33,33%) dan 9
(90%) pasien pada kelompok
bevacizumab dan plasebo dengan
perbedaan mencapai signifikan (P=0,01).

9. Can the result applied in your context (or Penelitian untuk penggunaan bevacizumab
the local population)? perlu diteliti lebih lanjut dan menggunakan
jumlah sampel yang lebih besar khususnya
untuk wilayah Indonesia.
10. Are the benefits worth the harms and Meskipun bevacizumab (avastin) dapat
costs? menurunkan rasio konjungtiva dan kornea
rekuren pada penelitian ini, di Indonesia
harga bevacizumab tetes mata cukup mahal
dan sulit ditemukan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai