Anda di halaman 1dari 26

ASSALAMUALAIKUM

ASUHAN KEBIDANAN PADA


NY.“F”
DENGAN OLIGOHIDRAMNION
DI RSIA DR.HJ.KARMINI,EH
TANGGAL 26 DESEMBER 2018
LATAR BELAKANG

 Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2015 Angka


Kematian Ibu (AKI) di dunia khususnya bagian ASEAN yaitu 923 per
100.000 kelahiran hidup. Indonesia yaitu 126 per 100.000 kelahiran hidup
 AKI (Angka Kematian Ibu) merupakan salah satu indikator yang peka
terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012
 Berdasarkan evaluasi Millennium Development Goals (MDGs) pada
tahun 2015, kasus kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia masih
pada posisi 305 per 100.000 kelahiran. Padahal target yang dicanangkan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah 102 per 100.000 kelahiran.
TUJUAN

Untuk dapat mengetahui asuhan kebidanan


pada masalah oligohidramnion dan
manajemennya dalam asuhan kebidanan
MANFAAT
DEFINISI
Etiologi

 Etiologi belum jelas, tetapi disangka


ada kaitannya dengan renal agenosis
janin.
 Etiologi primer lainnya mungkin oleh
karena amnion kurang baik
pertumbuhannya
 etiologi sekunder lainnya, misalnya
pada ketuban pecah dini.
 Pecahnya membran ketuban.
 Masalah kongenital tidak adanya jaringan ginjal fungsional
atau uropati obstruktifseperti kondisi yang mencegah
pembentukan urin atau masuknya urin ke dalam kantung
ketuban dan malformasi saluran kemih janin.
 Penurunan perfusi ginjal yang menyebabkan produksi urin
berkurang.
 Kehamilan post-term
 Gangguan pertumbuhan pada janin
 Kelainan ginjal bawaan pada janin sehingga produksi
urinnya sedikit. Padahal urin termasuk sumber utama air
ketuban
 Kehamilan lewat waktu sehingga fungsi plasenta atau ari-
ari menurun
 Penyakit ibu, seperti darah tinggi, diabetes, gangguan
pembekuan darah dan penyakit otoimun seperti lupus.
Gambaran Klinis / gejala
 Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan
tidak ada ballotemen.
 Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan
anak.
 Sering berakhir dengan partus prematurus.
 Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan
kelima dan terdengar lebih jelas.
 Persalinan lebih lama dari biasanya.
 Sewaktu his akan sakit sekali.
 ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan
tidak ada yang keluar.
 Janin mudah berpindah tempat.
 Perlambatan tinggi fundus.
Pemeriksaan Penunjang

 USG ibu (menunjukkan oligohidramnion


serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal
yang sangat abnormal)
 Rontgen perut bayi
 Rontgen paru-paru bayi
 Analisa gas darah.
Akibat Oligohidramnion
 Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan
menderita cacat bawaan ,keguguran,janin meninggal dan
pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi
partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena
janin mengalami tekanan dinding rahim.
 Jika terjadi pada trimester kedua kehamilan, akan amat
mengganggu tumbuh kembang janin.
 Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi
cacat bawaan seperti club-foot, cacat bawaan karena
tekanan atau kulit jadi tenal dan kering (lethery appereance).
 Jika terjadi menjelang persalinan, meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi selama kelahiran. Seperti tidak
efektifnya kontraksi rahim akibat tekanan di dalam rahim
yang tidak seragam ke segala arah. Buntutnya, persalinan
jadi lama atau malah “berhenti”.
Tindakan Konservatif
 Tirah baring atau Istirahat yang cukup.
 Hidrasi.
 Perbaikan nutrisi.
 Pemantauan kesejahteraan janin (hitung
pergerakan janin, NST, Bpp).
 Pemeriksaan USG yang umum dari volume
cairan amnion.
 Amnion infusion.
 Induksi dan kelahiran.
Hal yang dapat dilakukan oleh ibu hamil
dengan oligohidramnion

 Makan makanan yang sehat dan bergizi


seimbang serta tingkatkan konsumsi cairan
 Banyak istirahat
 Stop merokok dan/atau jadi perokok pasif
 Amati frekuensi gerakan atau aktivitas janin
 Laporkan segera ke dokter jika terjadi tanda-
tanda kelahiran prematur seperti pendarahan
atau keluar cairan dari vagina.
Ketuban Pecah Dini (KPD)

 Insiden KPD secara umum sebesar


10% pada kehamilan, dan KPD itu
sendiri menyumbang sekitar 30-40%
kejadian persalinan preterm,
sementara itu persalinan preterm
dapat mengakibatkan morbiditas dan
mortalitas pada bayi baru lahir
sebesar 80-85%
Pengertian KPD

 KPD adalah keluarnya air-air dari vagina


setelah usia kehamilan 22 minggu.
 KPD atau dikenal juga Prematur Rupture Of
the Membrane (PROM) adalah Keluarnya
air-air per vaginam akibat pecahnya
selaput ketuban secara spontan pada usia
≥ 34 minggu
Tanda dan Gejala

 Ketuban pecah secara tiba-tiba


 Keluar cairan ketuban dengan bau yang khas
 Bisa tanpa disertai kontraksi/his
 Terasa basah pada pakaian
dalam/underwear yang konstan
 Keluarnya cairan pervagina pada usia paling dini
22 minggu
 Dibawah ini adalah table bagaimana
mendiagnostik pengeluaran cairan vagina pada
ibu hamil.
Faktor Risiko
 Inkompetensia servik
 Polihidramnion
 Malpresentasi janin
 Kehamilan kembar
 Vaginitis/servisitis, Infeksi Menular Seksual seperti
Clamydia dan Gonore
 Riwayat persalinan premature
 Perokok (Pasif/aktif) selama kehamilan
 Perdarahan pervaginam
 Penyebab yang tidak diketahui
 Sosial ekonomi (minimnya ANC)
 Ras : kulit hitam lebih berisiko KPD dibanding kulit putih
Komplikasi KPD

 Partus Prematur
 Berkembangnya infeksi yang serius
pada plasenta yang menyebabkan
korioamnionitis
 Abrupsio plasenta
 Kompresi talipusat
 Infeksi pospartum
emboli air ketuban
Emboli cairan amnion atau disebut juga emboli air
ketuban adalah kondisi langka darurat saat
melahirkan. Emboli air ketuban merupakan kondisi di
mana air ketuban, sel-sel janin, rambut, atau yang
lainnya memasuki aliran darah ibu melalui dasar
plasenta rahim dan memicu reaksi menyerupai alergi.
Reaksi ini kemudian dapat mengakibatkan kolaps
kardiorespirasi (jantung dan paru-paru) dan
pendarahan yang berlebihan (koagulopati).
Emboli air ketuban adalah kondisi yang cukup
langka. Kejadian ini terjadi pada 2-8 per 100.000
kelahiran dan menyumbang sekitar 7,5-10% angka
kematian ibu.
Tanda-Tanda dan Gejala
 Sesak napas mendadak
 Cairan berlebih dalam paru-paru (edema paru)
 Tekanan darah rendah yang mendadak
 Jantung mendadak gagal untuk memompa darah dengan efektif
(kolaps kardiovaskular)
 Masalah pembekuan darah yang mengancam nyawa (koagulopati
intravaskular diseminata)
 Perubahan keadaan mental, seperti kecemasan
 Kedinginan
 Ritme jantung cepat atau gangguan dalam ritme jantung
 Fetal distress, seperti ritme jantung lambat
 Kejang
 Koma
 Abnormalitas ritme jantung pada janin secara mendadak
 Pendarahan dari rahim, sayatan, atau lokasi intravena (IV)
Faktor Pemicu

1. Usia tua saat hamil


2. Masalah plasenta
3. Preeklamsia
4. Kelahiran yang dipicu secara medis
5. Kelahiran dengan operasi
6. Polihidramnion
Insiden Emboli Air Ketuban
 Insiden emboli air ketuban belum diperoleh informasinya.
Hal ini disebabkan karena syndrome ini sulit untuk
diidentifikasi sehingga sulit untuk menegakkan
diagnosanya. Sebagian besar kasus (80%) terjadi pada saat
persalinan, tetapi dapat terjadi juga sebelum persalinan
(20%) atau setelah persalinan.23
 Sumber lain melaporkan bahwa kejadian sebenarnya dari
kasus emboli air ketuban hingga saat ini belum diketahui,
namun dapat dilaporkan insiden emboli air ketuban
berkisar antara 1 dalam 8000 dan 1 dalam 80.000
persalinan, dengan tingkat kematian karena emboli air
ketuban sebesar 60%, sekalipun dengan terapi yang agresif
dan pengobatan segera. Outcome terhadap neonatus
secara umum cukup buruk, dengan tingkat kematian
sebesar 20-25%, dan jika hidup, hanya 50% dengan
neurologis yang intact.
Etiologi Emboli Air Ketuban

 Etiologi terjadinya emboli air ketuban hingga


kini masih belum jelas. Evidence terkini
melaporkan bahwa terjadinya emboli air
ketuban ada hubungannya dengan faktor
imunologi.
 Masuknya emboli air ketuban menyebabkan
syok anafilaktik yang berimbas pada morbiditas
dan mortalitas maternal dan perinatal.
Patofisiologi terjadinya emboli air ketuban juga
belum diperoleh informasi yang jelas
Penanganan
 Tindakan yang paling pertama dilakukan adalah oleh bidah
adalah resusitasi ABC
 Berikan oksigen dengan konsentrasi 100% à intubasi
 Monitoring VS secara kontinyu
 IVFD dengan gauge yang besar (16-18G) à pertimbangkan
input cairan agar tidak menyebabkan edema paru
 Segera dirujuk
Selanjutnya tindakan yang lebih lanjut dapat dilakukan
oleh tenaga ahli di tempat rujukan
 Kateterisasi arteri à menitoring tekanan darah yang akurat
dan pemeriksaan darah
 Lahirkan Bayi dengan tindakan resusitasi yang cepat dan
tepat agar dapat mereduksi sekuele
ASUHAN KEBIDANAN

Anda mungkin juga menyukai