Anda di halaman 1dari 20

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN:

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN


SUBTANTIF TRANSAKSI

BY KELOMPOK 1
NAMA KELOMPOK

1. Fadhlan Muhammad Zakki


(1810536003)

2. Alifiany Mardhiah ( 1810536043 )

3. Karina Magris Arjuna ( 1810536029 )


AKUN DAN KELAS TRANSAKSI SIKLUS PENJUALAN
DAN PENAGIHAN

Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan


penagihan adalah mengevaluasi apakah saldo akun yang
diperoleh dari siklus disajikan secara wajar sesuai dengan SAK. .
Sifat dari akun ini bisa bervariasi tergantung dari industri dan
kliennya. Dalam siklus penjualan dan penagihan terdapat 7
klasifikasi transaksi yaitu:

1. Penjualan (tunai dan kredit)


2. Retur dan potongan penjualan
3. Beban Piutang Ragu-ragu
4. Potongan Tunau yang di ambil
5. Piutang Usaha
6. Penyisihan Piutang Tak Tertagih
7. Uang di Bank (Debet dari penerimaan Kas)
SIFAT SIKLUS PENJUALAN DAN
PENAGIHAN
Siklus Penjualan dan Penagihan melibatkan
keputusan serta proses yang diperlukan untuk
mentransfer pemilikan barang dan jasa kepada
pelanggan setelah barang/jasa tersebut tersedia
untuk dijual. Siklus ini dimulai dari permintaan
pelanggan dan berakhir dengan pengubahan
barang atau jasa menjadi piutang usaha dan pada
akhirnya menjadi uang tunai/kas.
SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN
DOKUMEN DAN CATATAN-CATATAN

1. Pesanan Pelanggan (Costumer Order)


2. Pesanan Penjualan (Sales Order)
3. Dokumen Pengiriman (Shipping Document)
4. Faktur Penjualan (Sales Invoice)
5. Jurnal Penjualan (Sales Journal)
6. Memo Kredit (Credit Memo atau Credit Nota)
7. Jurnal Retur dan Potongan Penjualan
8. Vota Pembayaran (Remmitance Advice)
9. Jurnal Penerimaan Kas (Cash Receipts Journal)
10. Formulir Otorisasi Piutang Tak Tertagih
11. Laporan Bulanan (Monthly Statement)
FUNGSI SIKLUS PENJUALAN DAN
PENAGIHAN
1. Memproses Pesanan Pelanggan
2. Pemberian/Perserujuan Kredit (Granting Credit)
3. Pengiriman Barang (Shipping Goods)
4. Penagihan kepada Pelanggan dan Pencatatan
Penjualan
5. Memproses dan Mencatat Penerimaan Kas
6. Pemrosesan Pencatatan Retur Penjualan dan
Potongan Penjualan
7. Menghapus Piutang Tak Tertagih
8. Beban Piutang Tak Tertagih
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI
PENGUJIAN PENGENDALIAN / MENILAI RESIKO
PENGENDALIAN (Assessing Control Risk)
Assessing Control Risk merupakan suatu proses
mengevaluasi pengendalian intern suatu entitas
dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang
material dalam laporan keuangan.
Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah
untuk membantu auditor dalam membuat suatu
pertimbangan mengnai resiko salah saji yang materil
dalam asersi laporan keuangan.
Dalam membuat penilaian resiko pengendalian
untuk suatu asersi, penting bagi auditor untuk :

1. Mempertimbangkan Pengetahuan Yang Diperoleh


Dari Prosedur Untuk Memperoleh Suatu Pemahaman

2. Mengidentifikasi Salah Saji Potensial Yang Dapat


Muncul Dalam Asersi Entitas

3. Mengidentifikasi Pengendalian-Pengendalian
Yang Diperlukan
PRIMARILY SUBSTANTIVE APPROACH

Tahap-tahap dalam melakukan metode ini adalah :

1. Menghimpun dan mendokumentasi kan pemahaman struktur


pengendalian intern.
2. Menetapkan risiko pengendalian berdasar pengujian pengenalian
yang dilakukan dalam menghimpun pemahaman struktur
pengendalian intern.
3. Menentukan kemunkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan
lebih terhadap tingkat resiko pengendalian yang telah dilakukan.
4. Melaksanakan pengujian pengenalian tambahan untuk
memperoleh bukti tambahan.
5. Melakukan revisi atau menetapkan kembali risiko pengenalian
berdasar bukti tembahan.
6. Melakukan dikumentasi atas penetapan risiko pengendalian.
7. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko
pengendalian yang telah ditetapkan tersebut, untuk mendukung
tingkat pengujian substantif yang direncanakan auditor.
8. Merancangpengujiansubstantif.
LOWER ASSESSED LEVEL OF CONTROL
RISK APPROACH
Ada beberapa tahap dalam pendekatan ini, yaitu:

1. Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman


struktur pengendalian intern.
2. Merencanakan dan melaksanakan pengujian
pengendalian.
3. Menetapkan risikopengendalian.
4. Melakukan dokumentasi atas penetapan risiko
pengendalian.
5. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat
risiko pengendalian yang telah ditetapkan tersebut, untuk
mendukung tingkat pengujian substantive yang
direncanakan auditor.
6. Merancang pengujian substantif.
Pengujian pengendalian merupakan pengujian
yang dilaksanakan terhadap rancangan dan
pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur
pengendalian intern. Pengujian pengendalian ini
memfokuskan diri pada tiga hal, yaitu :
a. Bagaimana pengendalian-
pengendalianditerapkan?
b. Sudahkan diterapkan secara konsisten sepanjang
tahun?
c. Siapa yang menerapkan pengujian
pengendalian?
Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu:
a. Concurrent tests of control yaitu pengujian
pengendalian yang dilaksanakan auditor seiring
dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman
mengenai struktur pengendalian intern klien.
b. Pengujian pengendalian tambahan atau yang
direncanakan (additional or planned tests of control)
yaitu pengujian yang dilaksanakan auditor selama
pekerjaan lapangan
Ada empat prosedur untuk melaksanakan
pengujian pengendalian, yaitu:
1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan
klien.
2. Pengamatan terhadap karyawan klien dalam
melaksanakan tugasnya.
3. Melakukan inspeksi dokumen, catatan dan
laporan.
4. Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian
oleh auditor
Delapan prosedur untuk melaksanakan
pengujian pengendalian substantif, yaitu:
1. Pengujian pertanyaan kepada para karyawan berkaitan
dengan kinerja tugas mereka
2. Pengamatan atau observasi terhadap personel dalam
melaksanakan tugas mereka.
3. Menginspeksi dokumen dan catatan.
4. Melakukan penghitungan kembali atau reperforming.
5. Konfirmasi
6. Analisis
7. Tracing ataupengusutan
8. Vouching ataupenelusuran.
TIPE PENGUJIAN SUBSTANTIVE YANG
DAPAT DIGUNAKAN, YAITU:
1. Pengujian detail saldo
Metodologi perancangan pengujian detail
saldo meliputi empat tahapan, yaitu:
a. Menilai materialitas dan risiko bawaaan suatu
akun
b. Menetapkan risiko pengendalian
c. Merancang pengujian transaksi dan prosedur
analitis
d.Merancang pengujian detail saldo untuk
memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara
keseluruhan.
2. Pengujian detail transaksi
Pengujian detail transaksi dilakukan untuk
menentukan:
a. Ketepatan autorisasi transaksi akuntansi klien.
b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan
transasksi tersebut dalam jurnal
c. Kebenaran pelaksanaan posting atas
transaksi tersebut kedalam buku besar dan
buku pembantu
3. Prosedur Analitis
Ada empat kegunaan prosedur analitis, yaitu:
a. Untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis
dan industry klien.
b. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menjaga kelangsungan usahanya.
c. Untuk mendeteksi ada tidaknya kesalahan dalam
laporan keuanganklien.
d. Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan
pengurangan atas pengujian audit detail.
Luas pengujian substantif
Semakin rendah tingkat resiko deteksi yang
dapat diterima, semakin banyak bukti yang
diperlukan. Auditor dapat mengubah jumlah bukti
yang harus dihimpun dengan cara mengubah luas
pengujian substantif yang dilakukan.
Dual-Purpose Test
Dual purpose test adalah suatu prosedur
pengujian yang sekaligus dimaksudkan untuk
melakukan pengujian pengendalian dan pengujian
subtanstif. Contoh dual-purpose test adalah
reperformance.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai