AKUN DAN KELAS TRANSAKSI SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN
Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan
penagihan adalah mengevaluasi apakah saldo akun yang diperoleh dari siklus disajikan secara wajar sesuai dengan SAK. . Sifat dari akun ini bisa bervariasi tergantung dari industri dan kliennya. Dalam siklus penjualan dan penagihan terdapat 7 klasifikasi transaksi yaitu:
1. Penjualan (tunai dan kredit)
2. Retur dan potongan penjualan 3. Beban Piutang Ragu-ragu 4. Potongan Tunau yang di ambil 5. Piutang Usaha 6. Penyisihan Piutang Tak Tertagih 7. Uang di Bank (Debet dari penerimaan Kas) SIFAT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN Siklus Penjualan dan Penagihan melibatkan keputusan serta proses yang diperlukan untuk mentransfer pemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah barang/jasa tersebut tersedia untuk dijual. Siklus ini dimulai dari permintaan pelanggan dan berakhir dengan pengubahan barang atau jasa menjadi piutang usaha dan pada akhirnya menjadi uang tunai/kas. SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN DOKUMEN DAN CATATAN-CATATAN
1. Pesanan Pelanggan (Costumer Order)
2. Pesanan Penjualan (Sales Order) 3. Dokumen Pengiriman (Shipping Document) 4. Faktur Penjualan (Sales Invoice) 5. Jurnal Penjualan (Sales Journal) 6. Memo Kredit (Credit Memo atau Credit Nota) 7. Jurnal Retur dan Potongan Penjualan 8. Vota Pembayaran (Remmitance Advice) 9. Jurnal Penerimaan Kas (Cash Receipts Journal) 10. Formulir Otorisasi Piutang Tak Tertagih 11. Laporan Bulanan (Monthly Statement) FUNGSI SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN 1. Memproses Pesanan Pelanggan 2. Pemberian/Perserujuan Kredit (Granting Credit) 3. Pengiriman Barang (Shipping Goods) 4. Penagihan kepada Pelanggan dan Pencatatan Penjualan 5. Memproses dan Mencatat Penerimaan Kas 6. Pemrosesan Pencatatan Retur Penjualan dan Potongan Penjualan 7. Menghapus Piutang Tak Tertagih 8. Beban Piutang Tak Tertagih PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI PENGUJIAN PENGENDALIAN / MENILAI RESIKO PENGENDALIAN (Assessing Control Risk) Assessing Control Risk merupakan suatu proses mengevaluasi pengendalian intern suatu entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan. Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk membantu auditor dalam membuat suatu pertimbangan mengnai resiko salah saji yang materil dalam asersi laporan keuangan. Dalam membuat penilaian resiko pengendalian untuk suatu asersi, penting bagi auditor untuk :
1. Mempertimbangkan Pengetahuan Yang Diperoleh
Dari Prosedur Untuk Memperoleh Suatu Pemahaman
2. Mengidentifikasi Salah Saji Potensial Yang Dapat
Muncul Dalam Asersi Entitas
3. Mengidentifikasi Pengendalian-Pengendalian Yang Diperlukan PRIMARILY SUBSTANTIVE APPROACH
Tahap-tahap dalam melakukan metode ini adalah :
1. Menghimpun dan mendokumentasi kan pemahaman struktur
pengendalian intern. 2. Menetapkan risiko pengendalian berdasar pengujian pengenalian yang dilakukan dalam menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern. 3. Menentukan kemunkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan lebih terhadap tingkat resiko pengendalian yang telah dilakukan. 4. Melaksanakan pengujian pengenalian tambahan untuk memperoleh bukti tambahan. 5. Melakukan revisi atau menetapkan kembali risiko pengenalian berdasar bukti tembahan. 6. Melakukan dikumentasi atas penetapan risiko pengendalian. 7. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko pengendalian yang telah ditetapkan tersebut, untuk mendukung tingkat pengujian substantif yang direncanakan auditor. 8. Merancangpengujiansubstantif. LOWER ASSESSED LEVEL OF CONTROL RISK APPROACH Ada beberapa tahap dalam pendekatan ini, yaitu:
1. Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman
struktur pengendalian intern. 2. Merencanakan dan melaksanakan pengujian pengendalian. 3. Menetapkan risikopengendalian. 4. Melakukan dokumentasi atas penetapan risiko pengendalian. 5. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko pengendalian yang telah ditetapkan tersebut, untuk mendukung tingkat pengujian substantive yang direncanakan auditor. 6. Merancang pengujian substantif. Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap rancangan dan pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian intern. Pengujian pengendalian ini memfokuskan diri pada tiga hal, yaitu : a. Bagaimana pengendalian- pengendalianditerapkan? b. Sudahkan diterapkan secara konsisten sepanjang tahun? c. Siapa yang menerapkan pengujian pengendalian? Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu: a. Concurrent tests of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan auditor seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien. b. Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan (additional or planned tests of control) yaitu pengujian yang dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian, yaitu: 1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien. 2. Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya. 3. Melakukan inspeksi dokumen, catatan dan laporan. 4. Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor Delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian substantif, yaitu: 1. Pengujian pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka 2. Pengamatan atau observasi terhadap personel dalam melaksanakan tugas mereka. 3. Menginspeksi dokumen dan catatan. 4. Melakukan penghitungan kembali atau reperforming. 5. Konfirmasi 6. Analisis 7. Tracing ataupengusutan 8. Vouching ataupenelusuran. TIPE PENGUJIAN SUBSTANTIVE YANG DAPAT DIGUNAKAN, YAITU: 1. Pengujian detail saldo Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan, yaitu: a. Menilai materialitas dan risiko bawaaan suatu akun b. Menetapkan risiko pengendalian c. Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis d.Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara keseluruhan. 2. Pengujian detail transaksi Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan: a. Ketepatan autorisasi transaksi akuntansi klien. b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transasksi tersebut dalam jurnal c. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut kedalam buku besar dan buku pembantu 3. Prosedur Analitis Ada empat kegunaan prosedur analitis, yaitu: a. Untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan industry klien. b. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya. c. Untuk mendeteksi ada tidaknya kesalahan dalam laporan keuanganklien. d. Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan atas pengujian audit detail. Luas pengujian substantif Semakin rendah tingkat resiko deteksi yang dapat diterima, semakin banyak bukti yang diperlukan. Auditor dapat mengubah jumlah bukti yang harus dihimpun dengan cara mengubah luas pengujian substantif yang dilakukan. Dual-Purpose Test Dual purpose test adalah suatu prosedur pengujian yang sekaligus dimaksudkan untuk melakukan pengujian pengendalian dan pengujian subtanstif. Contoh dual-purpose test adalah reperformance. TERIMAKASIH