Mata kuliah
Klasifikasi , Kodifikasi Penyakit dan Masalah Terkait
KKPMT - 1
6 SKS
Semester 1
Dr.Noor Yulia
Uraian dan Tujuan Mata Kuliah
SISTIM PENCERNAAN
PENDAHULUAN
• Yang dimaksud dengan alat pencernaan adalah bagian tubuh
yang berfungsi dalam mencernakan makanan dan mengubahnya
menjadi bentuk zat nutrient yang dapat diserap oleh usus
• Gangguan atau penyakit – penyakit yang akan dipelajari adalah :
– Penyakit / gangguan pada oral cavity, glands salivary, dan
rahang
– Penyakit pada oesofagus, stomach dan duodenum
– Penyakit pada apendix
– Hernia
– Non infektive enteritis dan colitis
– Penyakit pada usus halus
– Penyakit pada peritonium
– Penyakit pada organ hati / liver
– Penyakit pada kandung empedu , biliary tract dan pankreas
– Serta gangguan lain pada system pencernaan
ORGAN PENCERNAAN
pembentuk saluran bukan pembentuk saluran
•Rongga Mulut • Gigi
•Faring • Lidah
•Esofagus • Kelenjar saliva
•Lambung
•Usus halus • Hati
•Usus besar • Pankreas
•Rectum dan
•Anus
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
• Patofisiologik gangguan derajat gerakan usus mengakibatkan
perasaan tidak enak diabdomen( abdomen discomfort), nausea
dan akhirnya muntah –muntah( vomitus) , manifestasi ini
merupakan keluhan utama penderita gangguan saluran
pencernaan
• Peningkatan pergerakan akan mengakibatkan diare dan perasaan
nyeri kejang abdomen
• Perasaan nyeri paling hebat ditimbulkan oleh penyumbatan aliran
isi sal cerna normal ( misal : tumor,volvulus, strictura usus)
• Perdarahan yang terjadi dapat mengakibatkan kehilangan darah
– Hematemesis (muntah darah),
– Hematosesia (tinja mengandung darah segar),
– Melena (tinja berwarna hitam seperti ter karena darah yang
telah berubah)
• Pemeriksaan yang mendukung : Endoscopy 9
Diagnostik patologi ( gejala )
• Berkaitan dengan Usus besar ( kolon dan rektum ) : gejala
eliminasi , konstipasi , diare , perubahan jumlah dan warna
feses, adanya darah dalam feses ,nyeri terletak di bagian pinggir
abdomen kiri atau kanan
• Nyeri terletak periumbilikal pada gangguan usus halus
• Pemeriksaan Fisik teraba adanya massa pada abdomen ,
• Penunjang Diagnostik :
– Pemeriksaan digital ,
– Pemeriksaan feses,
– Sigmoidoskopi ,
– radiologi ,pemeriksaan radiogram dengan enema barium ,
– proktosigmoidoskop
– bakteriologik, parasitologik , sitologik , biopsi lesi
– kolonoskopi,
PENYAKIT PADA
• Jika gusi sering berdarah jangan anggap sepele karena bisa berakibat fatal,
memicu kerusakn organ lain
• Gusi sering berdarah : gingivitis merupakan petunjuk adanya peradangan ,
biasanya disebabkan oleh bakteri.
Karies dentis
• Karies gigi merupakan kerusakan pada jaringan keras gigi yang
paling sering ditemui.(lubang ).
• Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan hal yang normal.
Bakteri mengubah makanan, terutama gula, menjadi asam.
Bakteri, asam, sisa makanan, dan ludah akan membentuk lapisan lengket yang
melekat pada permukaan gigi yang disebut plak dimana Plak akan terbentuk 20
menit setelah makan. Zat asam dalam plak menyebabkan jaringan keras gigi larut
dan terjadilah karies.
Bakteri yang paling berperan menyebabkan karies adalah Streptococcus
• Patofisiologi : Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi
(berwarna coklat / hitam.
• Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang
tersebut bertambah besar dan mengenai syaraf
Pada karies yang cukup dalam, keluhan yang sering dirasa adalah rasa ngilu bila
gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan ber
tambah besar dan mencapai kamar pulpa yang berisi jaringan syaraf dan pemblh
darah. akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit berdenyut.
Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam
kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi,
sehingga terjadi abses.
• Pemeriksaan : klinis, radiografik , tes sensitivitas pada gigi yang dicurigai
nekrosis, tes perkusi untuk melihat infeksi sudah mencapai jaringan
penyangga gigi.
• perawatan : pembersihan jaringan gigi yang terkena karies dan penambalan
(restorasi). Bahan tambal yang digunakan misalnya resin komposit (penambal
an dengan sinar dan bahan sewarna gigi), glass ionomer cement, kompomer,
atau amalgam (sudah mulai jarang digunakan).
• Pada lubang gigi yang besar dibutuhkan restorasi yang lebih kuat, biasanya
digunakan inlay atau onlay, bahkan mungkin mahkota tiruan.
• Pada karies yang sudah mengenai jaringan pulpa,dilakukan perawatan saluran
syaraf. Bila kerusakan sudah terlalu luas dan gigi tidak dapat diperbaiki lagi,
maka dilakukan pencabutan.
• Pencegahan : Sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride dua kali sehari (pagi hari
setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur). Lakukan flossing sekali dalam
sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut di antara
celah gigi-geligi. Hindari makanan yang terlalu manis dan lengket, kurangi
minum minuman yang manis/soda.Lakukan kunjungan rutin ke dokter gigi tiap
6 bulan sekaliPenggunaan fluoride baik secara lokal maupun sistemik. .
• Perhatikan diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan nutrisi,
karena pembentukan benih gigi dimulai pada awal trimester kedua.
DISORDERS OF TOOTH
DEVELOPMEN AND ERUPTION
• ANODONTIS
• SUPERNUMERARY TEETH
• ABNORMAL SIZE AND FORM OF TEETH
• MOTTLED TEETH
• DISTURBANCES IN TOOTH FORMATION
• HEREDITARY DISTURBANCES IN TOOTH
STRUCTURE
• DISTURBANCE IN TOOTH ERUPTION
• TESTHING SYNDROME
DISEASES OF PULP AND
PERIAPICAL TISSUES
• PULPITIS
• NECROSIS OF PULP
• PULP DEGENERATION
• PERIAPICAL ABSCESS
– WITH SINUS
– WITHOUT SINUS
• RADICULAR CYST
PENYAKIT PULPA DAN PERIAPIKAL
• PENYAKIT PULPA
1. Pulpitis Reversibel
• Gejala Klinis: Rasa tidak nyaman (seperti rasa linu) akan segera
hilang bila penyebabnya dihilangkan.
• Respon dari pulpa berupa rasa yang menusuk yang singkat.
• Faktor penyebab : karies, dentin yang terekspos, perawatan gigi
terakhir, restorasi yang rusak.
2. Pulpitis Irreversibel
a. Pulpitis Irreversibel Simptomatik
– gejala rasa sakit spontan atau berdenyut. Rasa sakit yang
ditimbulkan diperparah dengan perubahan temperature
(khususnya stimulus dingin), rasa sakit berlangsung cukup
lama walaupun penyebab rasa sakit telah dihilangkan. Rasa
sakit yang timbul terasa menusuk atau tumpul, terlokalisasi
ataupun menyebar.
b. Pulpitis Irreversibel Asimptomatik
– Pada beberapa kasus karies yang dalam tidak menimbulkan
gejala, walau pun klinis dan radiologis telah sampai kedalam
pulpa. Kondisi semakin parah menjadi pulpitis irreversibel
simptomatik sampai nekrosis, perlu perawatan endodontik
segera sebelum menimbulkan gejala sakit yang berat.
3. Nekrosis Pulpa
• Saat pulpa nekrosis (pulpa non vital), suplai darah ke pulpa sudah
tidak ada dan saraf pulpa tak berfungsi.
• Setelah pulpa nekrosis, penyakit gigi menjadi asimptomatik
• gejala dari penyebaran penyakit ke jaringan periradikular.
• Nekrosis pulpa dapat terjadi sebagian /keseluruhan dan dapat
tidak meliputi seluruh akar pada gigi dengan akar lebih dari satu
• Bakteri tumbuh dalam saluran akar. bakteri / toksin bakteri
menyebar kedalam ligamen periodontal , menimbulkan sakit
spontan. Gigi hipersensitif terhadap panas dan sakit , mereda bila
diberi dingin.
• B. PENYAKIT PERIAPIKAL
1. Periodontitis Apikalis Simptomatik
• gejala sakit akut pada saat menggigit atau perkusi.
2. Periodontiti s Apikalis Asimptomatik
• umumnya tidak memiliki gejala klinis
3. Abses Apikal Akut
• rasa sakit sangat akut untuk menggigit, perkusi, dan palpasi. Gigi
ini tidak respon terhadap tes vitalitas pulpa dan dapat terjadi
mobiliti dalam berbagai grade. Pembengkakan dapat terlihat di
intraoral atau ekstraoral. Disertai demam pembesaran kelenjar
limfe cervical dan submandibular
4. Abses Apikal Kronis
• umumnya tidak memiliki gejala klinis.
GINGIVITIS AND PERIODONTAL
DISEASES
• Acute gingivitis
• Cronic gingivitis
• Acute periodontitis
• Periodontosis
• Periodontal disease
DENTOFACIAL ANOMALIES
• MAJOR ANOMALIES OF JAW SIZE
– Hiperplasia mandibular / maxila
– Macrognathion
– Micrognathion
– Asimetri of jaws
– Occlusio :
– Open bite
– Over bite
– Displacement of tooth or teeth
– Mal occlusi
– Abnormal jaw clossure
Penyakit pada kelenjar saliva
• Atrophy gland salivary
• Hipertrophy gland salivary
• Sialoadenitis
• Abses
• Sialolitiasis
• Mucocele
Kelainan kelenjar saliva
1. MUCOCELE
• adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibat
kan pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke
jaringan lunak di sekitarnya. dapat terjadi pada mukosa bukal,
anterior lidah, dan dasar mulut.
• Mucocele terjadi karena ujung duktus tersumbat / trauma hingga
air liur menjadi tertahan tidak dapat mengalir keluar dan
menyebabkan pembengkakan (mucocele).
• Mucocele dapat hilang dengan sendirinya.dapat juga bersifat
kronik
• Penatalaksanaan mukokel biasanya dilakukan dengan eksisi
mukokel dengan modifikasi teknik elips. yaitu setelah pemberian
anesthesi lokal dibuat dua insisi elips yang hanya menembus
mukosa, kemudian lesi dipotong dengan teknik gunting lalu
dilakukan penjahitan.
2. SIALOADENITIS
• adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius, disebabkan oleh
batu yang menghalangi atau hyposecretion kelenjar.
• dapat bersifat akut dan menyebabkan pembentukan abses
terutama akibat infeksi bakteri , bersifat unilateral atau bilateral
• Sedangkan Sialadenitis kronis nonspesifik merupakan akibat dari
obstruksi duktus ,karena sialolithiasis , radiasi eksternal ,spesifik
berbagai agen menular dan gangguan imunologi.
• Sialoadenitis paling sering terjadi pada kelenjar parotis dan pada
pasien usia 50-60 tahun , pada pasien kronis xerostomia, sindrom
Sjögren, dan terapi radiasi pada rongga mulut.
• Remaja dan dewasa muda dengan anoreksia juga rentan
• Organisme penyebab paling umum adalah Staphylococcus aureus
, Streptococcus, koli, dan berbagai bakteri anaerob.
• Gejala berupa gumpalan lembut nyeri di pipi atau di bawah dagu,
pembuangan pus dari glandula ke bawah mulut dan dalam kasus
yang parah, demam, menggigil dan malaise
Penyakit pada rahang
• Develepmental disorder
• Gian cell granuloma
• Kondisi inflamasi pada rahang
– osteitis
– Osteomyelitis pada neonatal
– Osteoradionekrosis
– Periostitis
• Alveolitis pada rahang
– Alveolar osteitis
– Dry socket
Penyakit lain pada rongga mulut
• Somatitis
• Apthous stomatitis
• Recurent oral apthae
• Stomatitis herpetiformis
• Celulitus
• Submandibular abses
• Periadenitis mucosa necrotica recurrens
Stomatitis apthosa
• = sariawan , merupakan kelainan pada selaput lendir
mulut berupa luka pada mukosa mulut yang berbentuk bercak
berwarna putih kekuningan dengan permukaan agak cekung
• Etiologi : banyak penyebab, diantaranya : luka pada mukosa
(tergigit,trauma saat menggosok gigi, makanan yang mengiritasi
mukosa) kekurangan vitamin ( vit B12 ), stress, virus dan bakteri
yang menyerang mukosa mulut , obat-obatan , jamur , alergi ,
kebersihan mulut yang tidak terjaga ( oral higiene buruk)
• Stomatitis Aphtous ulcer bukan hanya disebabkan karena
kekurangan Vitamin C, namun dapt karena alergi citrus atau
alergi makan an yang mengandung asam, kondisi imun yang
lemah, obat-obat an tertentu, trauma fisik (penggunaan gigi palsu
baru), dsb.
• Penyakit kekurangan vitamin C sendiri adalah Scurvy akibat ke
gagal an proses sintesis kolagen yang ditandai dengan gusi mudah
berdarah, pendarahan kulit (purpura) dsb.
Penyakit pada bibir dan mukosa mulut lain
• Penyakit pada bibir :
– Cheilitis : glandular / exfoliative , angular
– Perleche
– Cheilodynia
– Cheilosis
• Leukoplakia pada epithel
– ErythroplakiaLeukoedema
– Leukokeraosis nicotona
– Smoker palate
• Granuloma
– Eosinophilic granuoma , granuloma pyogenicum , xanthoma
verrucous
• Fibrosis oral submukosa
• Hiperplasia iritatif pada mucosa mulut / denture hiperplasia
Penyakit Pada Bibir
1. Pembengkakan : reaksi alergi bisa membuat bibir bengkak.
Reaksi disebabkan oleh sensitivitas terhadap makanan atau
minuman tertentu, obat-obatan, perona bibir, atau udara
yang mengiritasi.
• Ketika penyebabnya dapat diketahui dan dihilangkan, bibir
biasanya kembali normal. Namun sering, penyebab
pembengkakan menjadi misteri. Kondisi tersebut disebut
angioderma menurun yang bisa menyebabkan sakit pada
bengkak.multiforme eritherma, terbakar matahari, udara
dingin dan panas, atau luka berat-bisa juga menyebabkan
bibir menjadi bengkak.
• Pengobatan tergantung pada penyebabnya. Salep
kortikosteroid kadang digunakan untuk mengurangi bengkak
yang disebabkan oleh reaksi alergi.
2. Peradangan pada bibir (cheilitis), sudut pada mulut bisa
menjadi terasa sakit, luka, merah, pecah, dan bersisik. Cheilitis
bisa terjadi karena kekurangan Vitamin B2 pada makanan .
kulit berkerut dan kulit teriritasi (cheilitis angular) bisa terjadi
pada sudut mulut jika seseorang menggunakan gigi palsu yang
tidak terpisah dengan rahang
• Pirosis :
– rasa terbakar diuluhati ( nyeri ulu hati )yang sangat mengiritasi mukosa ,
– dapat terjadi akibat disfungsi sfingter esofagus bag bawah dimana sekret
empedu masuk kedalam esofagus bagian bawah. , penyebab yang sering
pada Hiatus hernia,
– terjadi refluks asam lambung / isi lambung tertumpah sehingga mencapai
oesofagus bagian atas ( hipofaring) ,ditandai oleh sensasi rasa panas
terbakar yang terasa diepigastrium atas atau belakang procesus xifoideus
menyebar keatas.
– Refluks yang menetap disebabkan inkontinensia sfingter esofagus bagian
bawah dengan atau tanpa hernia hiatus /esofagitis.
Gejala gangguan Esofagus
• Water brush :
– regurgitasi isi lambung kedalam rongga mulut
– Berbeda dengan muntah karena waterbrush tanpa tenaga dan
tidak diikuti oleh nausea , terasa pada tenggorokan sebagai
rasa asam atau cairan panas yang pahit
– Regurgitasi tanpa tenaga sering terjadi pada bayi akibat
perkembangan sfingter esofagus bagian bawah tidak sempurna
– Pada dewasa karena inkompetensi sfingter esofagus bagian
bawah dan kegagalan sfing5er esofagus bagian atas sebagai
sawar regurgitasi.
Tumor:
– 90% adalah malignant (kanker), sisanya benign.
– Tanda dini adalah kesulitan menelan .
– Gangguan lain-2: divertikuli halitosis; esofageal spasme;
achalasia atau regurgitasis.
PROSEDUR DIAGNOSTIK
PEMERIKSAAN ESOFAGUS
• Tindakan diagnostik khusus esofagus yang dapat
membantu deteksi penyakit esofagus adalah
– pemeriksaan radiografi dengan zat kontras barium
– Esofagoskopi disertai Biopsi dan Sitologi
– Pemeriksaan Motilitas
– Tes Refluks asam
GANGGUAN PERGERAKAN ESOFAGUS
• AKALASIA
merupakan gangguan hipo motilitas , jarang terjadi
Ditandai oleh :
– peristaltik yang lemah dan tidak teratur atau aperistalsis korpus
esofagus , kegagalan sfingter esofagus bawah untuk berelaksasi
sempurna sewaktu menelan , Akibatnya makanan dan cairan
tertimbun dalam esofagus bagian bawah dan kemudian
dikosongkan dengan lambat bila tekanan hidrostatik meningkat
, Korpus esofagus akan kehilangan tonusnya dan dapat melebar
• Etiologi : yang pasti tidak diketahui , tetapi dapat terbukti bahwa
degenerasi pleksus Auerbach menyebabkan kehilangan pengaturan
neurologis , akibatnya gelombang peristaltik primer tidak mencapai
sfingter esofagus bagian bawah untuk merangsang relaksasi .
• Akalasia primer idiopatik , Akalasia sekunser ( disebabkan karena
karsinoma lambung , toksin atau obat tertentu )
AKALASIA
• Akalasia lebih sering pada orang dewasa daripada anak- anak
• Timbul perlahan – lahan dengan gejala paling menonjol adalah disfagia terhadap
makanan cair dan padat
• Pengobatan bersifat paliatif yaitu perbaikan obstruksi bagian bawah
• 2 bentuk terapi yang efektif menghilangkan gejala adalah :
– Dilatasi sfingter esofagus bagian bawah dengan bougie atau pneumatik
– Esofagotomi / pembedahan : Miotomi Heller ; berupa pembedahan serabut
otot perbatasan esofagus lambung dan dilakukan piliroplasti ( pelebaran
pintu keluar lambung) untuk dapat mengosongkan isi lambung dengan cepat
dan mencegah refluks kedalam esofagus.
• Terapi obat-obatan dicadangkan untuk penderita yang tidak bisa dilakukan
pembedahan atau dilatasi ;
– Nifedipin dan Isosorbid : menurunkan tekanan pada esofagus bagian bawah
• Tindakan lain untuk membantu mengurangi gejala adalah :
– makan dengan lambat , hindari alkohol , makanan panas , dingin atau pedas
– Tidur dengan kepala lebih tiggi / terangkat untuk menghindari aspirasi akibat
regurgitasi
PROSEDUR DIAGNOSTIK
PEMERIKSAAN ESOFAGUS
• Tindakan diagnostik khusus esofagus yang dapat membantu
deteksi penyakit esofagus adalah
– pemeriksaan radiografi dengan zat kontras barium
– Esofagoskopi disertai Biopsi dan Sitologi
– Pemeriksaan Motilitas
– Tes Refluks asam
GANGGUAN PERGERAKAN ESOFAGUS
• SPASME ESOFAGUS DIFUS
– Merupakan penyakit yang penyebabnya tidak diketahui
– Ditandai oleh kontraksi esofagus yang tidak terkoordinasi, non –ropulsif
yang timbul bila menelan
– Terutama menyolok pada 2/3 bawah organ ,tapi dapat menyerang seluruh
esofagus , Ke2 sfingter bekerja normal
– Sering pada penderita tua diatas usia 50 tahun
– Biasanya tanpa gejala , gejala yang paling sering timbul adalah : disfagia
intermiten dan odinofagia , yang diperberat oleh menelan makanan yang
dingin , bolus yang besar dan ketegangan saraf .
– Diferesial diagnosa / diagnosa banding ; angina pektoris
– Pengobatan terdiri atas :
• Perbaikan diet : makan sedikit , hindari makanan dingin
• Pemberian antasid , sedatif nitrogliserin untuk menghilangkan spasme
• Dilatasi esofagus , bila gejala menetap dan menyusahkan
• Miotomi longitudinal esofagus distal dapat dilakukan sebagai usaha
terakhir
GANGGUAN PERGERAKAN ESOFAGUS
• SKLERODERMA
– Disfungsi motorik esofagus terjadi pada lebih dari2/3
penderita skleroderma
– Dasar kelainan adalah atrofi otot polos bagian bawah esofagus
– Tanda :
• Gambaran aperistaltik atau peristaltik lemah pada
setengah sampai duapertiga distal esofagus ,
• berkurangnya tekanan sfingter esofagus bagian distal
– Inkompetensia sfingter esofagus distal sering mengakibatkan
esofagitis refluks dengan pembentukan striktur pada esofagus
bagian bawah
– Gejala yang menyolok bila esofagitis mengakibatkan
pembentukan striktur adalah disfagia
ESOFAGITIS
• Suatu peradangan mukosa esofagus
• Dapat terjadi akut atau kronik
• Jenis esofagitis yang tidak berbahaya timbul setelah menelan cairan panas ,
dimana sensasi panas substernal terjadi dalam waktu singkat dihubungkan
dengan edema superficial dan esofagospasme .
• Esofagitis yang paling sering dijumpai timbul akibat refluks asam lambung ,
sering bersamaan dengan hernia hiatus
• Esofagitis yang dapat menular yaitu ; esofagitis monilia dan infeksi herpes virus
• Bentuk esofagitis berat yang akut terjadi setelah menelan cairan asam atau basa
kuat ( cairan pembersih )
• gejala : odinofagia berat , demam, keracunan, kemungkinan perforasi esofagus
disertai infeksi mediastinum dan kematian.
• Efek jangka panjang : fibrosis dan striktura esofagus
• Pengobatan : harus cepat dan intensif dengan pemberian :
– Antibiotika - Steroid
– Cairan intra vena - Pembedahan
ESOFAGITIS REFLUKS KRONIK dan HERNIA HIATUS
• Esofagitis refluks kronik
– merupakan bentuk esofagitis yang paling sering ditemukan
secara klinis .
– Gangguan ini disebabkan oleh sfingter esofagus bagian bawah
bekerja kurang baik dan refluks asam lambung / getah alkali
usus masuk kedalam esofagus berlangsung dalam waktu lama
– Cacat terjadi akibat refluks berupa peradangan, pembentukan
ulkus/ tukak. Perdarahan , pembentukan jaringan parut dan
striktur
• Hernia Hiatus
– Suatu herniasi bagian lambung kedalam thoraks melalui
diafragma hiatus esofagus
Terdapat 2jenis hernia hiatus :
– Sliding hiatus hernia ( hernia hiatus tergelincir ): direk :paling
sering , perbatasan lambung esofagus tergeser kedalam rongga
thoraks , khususnya bila penderita berada dalam posisi
berbaring , kompetensi sfingter esofagus bagian bawah dapat
rusak mengakibatkan esofagitis refluks , sering timbul tanpa
gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu
pemeriksaan mencari penyebab gangguan pada epigastrium
atau waktu pemeriksaan radiogram saluran cerna rutin .
• Pemeriksaan Penunjang
– Laboratorium.
– radiologi
– Endoskopi : CLO (Rapid urea test), Patologi Anatomi (PA)
– Kultur mikroorganisme (MO) jaringan , PCR (Polymerase Chain
Reaction),
PENYAKIT PADA
USUS HALUS
LANJUT KULIAH
MINGGU DEPAN