KELOMPOK 8
Rianti Novaliana 11 01 01 089
Risnalia 11 01 01 090
Rizky Akbar 11 01 01 091
Sri Rahayu Putri 11 01 01 094
Suci Amanda 11 01 01 095
PROSES ADME OBAT
Ketika suatu sediaan obat diberikan dengan cara
ekstravaskuler ( per oral, intramuskular, intraperitoneal,
subkutan, dan melalui rektum ) kepada pasien, maka obat
akan mengalami proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi (ADME), sebelum ia mencapai reseptor (R).
• IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan serta praktis untuk
mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa.
Pengukuran ini merupakan langkah awal dalam menetukan derajat adipositas, dan
dikatakan berkorelasi kuat dengan jumlah massa lemak tubuh.16,17 Untuk
penelitian epidemiologi digunakan IMT atau indeks Quetelet yaitu berat badan
dalam kg dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m2). Karena IMT
menggunakan tinggi badan, maka pengukurannya harus dilakukan dengan teliti.2
Indeks masa tubuh (BMI) juga lazim digunakan untuk menghitung dosis pada
kelebihan berat badan dan obesitas (Shargel dkk, 2005) :
Enzim Hepatik
CYP2E1 Meningkat
CYP3A4 dan CYP2B6 Berkurang
Glukuronidase dan Sulfatase Meningkat
Asetilase Tidak berubah
Ekskresi ginjal
GFR dan sekresi tubular Meningkat
Reabsorpsi tubular Berkuang
CYP2E1. Kenaikan aktivitas enzim ini dibuktikan
menggunakan chlorzoxazone, suatu marker yang
selektif untuk enzim CYP2E1, ketika klirens oral obat
tersebut lebih cepat pada obesitas dibandingkan
subyek dengan berat badan normal. Contoh obat lain
yang dimetabolisme oleh enzim ini ialah parasetamol,
halotan, enfluran, isofluran, dan metoksifluran.
Kenaikan aktivitas enzim ini yang diduga sebagai
penyebab kanker pada obesitas, sebab ia juga
memetabolisme pro-karsinogen (N-nitrosamin), dan
penyebab penyakit hati karena alkohol (Bibi, 2008).
EKSKRESI OBAT
Kegemukan juga mempercepat filtrasi glomeruli (GFR) dan
sekresi obat melalui tubuli ginjal, namun mengurangi reabsorpsi
tubuli ginjal. Hasil akhir dari fenomena ini ialah terjadinya
kenaiakan klirens ginjal. Jika eliminasi obat dari tubuh sebagian
besar melalui ginjal, dan sedikit dimetabolisme, maka kenaikan
klirens ginjal dapat diartikan sebagai kenaikan klirens total
obat dari tubuh. Akibatnya dosis perlu dinaikan untuk
mengimbangi kenaikan klirens tersebut.
Selain itu, pada obesitas juga terjadi kenaikan ukuran
ginjal, dimana kenaikan ini sebanding dengan kenaikan berat
tubuh total dan luas permukaan tubuh. Kenaikan GFR pada
obesitas dibuktikan melalui klirens Cr-EDTA dan klirens
kreatinin, sedangkan kenaikan klirens ginjal prokainamid,
simetidin dan sefotaksim (Blouin & Ensom, 2007).
Tabel 3.36. Klirens obat pada obesitas
(Blouin & Ensom, 2007; Anonim, 2008)
Tidak Berubah Meningkat Berkurang
Alprazolam Bisoprolol Doxorubisin
Antipirin Busulfan Metilprednisolon
Diazepam Chlorzoxazone Karbamazepin
Desmetildiazepam Diazepam Propranolol
Digoksin Enfluran Triazolam
Dexfenfluramin Gentamisin
Enoxaparin Halotan
Fenitoin* Ibuprofen
Gliburid Kafein
Glipizid Litium*
Ifosfamid Lorazepam
Karbamazepin Nebivolol
Labetalol Nitrazepam
Lidokain Oksazepam
Midazolam Parasetamol
Prokainamid Prednisolon
Propofol Sefatoksim
Siklofosfamid Simetidin
Siklosporin Siprofloksasin
Sotalol Tiopental
Sufentanil Tobramisin
Teofilin Vankomisin
Trazodon
Vekuronium
Verapamil
FARMAKOKINETIK OBAT-OBAT OBESITAS
• Sibutramine Hydrochloride
Mekanisme Aksi
Studi pada relawan sehat dengan berat badan normal dan relawan dengan obesitas
memperlihatkan jumlah orlistat yang diserap adalah minimal. Konsentrasi plasma orlistat
yang tidak terurai tidak terukur ( < 5 ng/ml) setelah 8 jam pemberian orlistat per oral
. Umumnya pada dosis terapi, kadar plasma orlistat yang tidak terurai hanya terdeteksi
secara sporadis dan dalam konsentrasi yang sangat rendah (<10 ng/ml atau 0,02mm),
tanpa bukti-bukti akumulasi, yaitu konsisten dengan tingkat absorpsi yang dapat
diabaikan. Distribusi Volume distribusi tidak dapat ditentukan karena tingkat absorpsi
obat sangat minimal dan tidak memiliki farmakokinetik sistemik yang jelas. Orlistat in
vitro memperlihatkan > 99 % ikatan protein plasma (terutama lipoprotein dan albumin).
Distribusi orlistat ke dalam eritrosit sangat sedikit.
Metabolisme
Berdasarkan data yang diperoleh dari hewan, sangat mungkin metabolisme orlistat
terutama berlangsung pada dinding usus. Berdasarkan studi pada pasien obesitas, dua
metabolit utama yaitu M1 (cincin lakton 4 anggota dihidrolisis) dan M3 (M1 dengan N-
formil leucine moiety dibelah) meliputi hampir 42 % dari total konsentrasi plasma yang
dihasilkan oleh fraksi yang sangat kecil dari obat yang diabsorpsi secara sistemik. M1
dan M3 mempunyai cincin B-lakton terbuka dan aktivitas hambat lipase yang sangat
lemah (1000 dan 2500 kali lebih lemah dari orlistat). Memperhatikan aktivitas hambat
dan kadar plasma yang rendah pada dosis terapetik (rata-rata 26 ng/ml dan 108
ng/ml), maka metabolit ini dianggap tidak bermakna secara farmakologi.
Eliminasi
Studi pada orang yang beratnya normal dan pasien obesitas menunjukkan
bahwa ekskresi melalui feses dari obat yang tidak diserap adalah merupakan cara
eliminasi utama. Hampir 97 % dari dosis obat yang diberikan akan diekskresi melalui
feses dan 83%nya dalam bentuk orlistat yang tidak terurai. Ekskresi ginjal
kumulatif dari total orlistat adalah < 2% dari dosis. Waktu untuk mencapai ekskresi
lengkap (feses dan kemih) adalah 3 - 5 hari. Ekskresi orlistat tampaknya serupa
antara orang yang mempunyai berat normal dan obesitas. Orlistat, M1 dan M3 juga
diekskresi melalui empedu. Indikasi dan penggunaan Xenical bersama-sama dengan
diet rendah kalori diindikasikan untuk pengobatan pasien-pasien obesitas dengan
indeks massa tubuh (BMI) lebih besar atau sama dengan 30 kg/m2, atau pasien
dengan berat badan berlebih (BMI >28 kg/m2 dengan faktor risiko penyerta).
Dosis Xenical yang dianjurkan adalah 1 kapsul 120 mg setiap kali makan (saat
makan atau hingga 1 jam setelah makan). Jika tidak makan atau makanan tidak
mengandung lemak, Xenical boleh tidak diberikan. Khasiat pengobatan Xenical (termasuk
pengaturan berat badan dan perbaikan faktor resiko) terus berlanjut pada pemakaian
jangka panjang. Pasien harus mendapat diet rendah kalori dengan nutrisi berimbang
dengan kandungan lemak kira-kira 30% dari jumlah kalori total. Diet dianjurkan agar
kaya akan buah-buahan dan sayur-sayuran. Asupan harian lemak, karbohidrat dan
protein harus dibagi rata dalam 3 kali makan. Karena tidak ada data mengenai uji
khasiat dan keamanan, maka pengobatan dengan orlistat tidak boleh lebih dari 2 tahun
Dosis di atas 120 mg tiga kali perhari belum menunjukkan manfaat tambahan.
Penyesuaian dosis tidak diperlukan untuk pasien geriatri.
Berdasaran pengukuran lemak feses, efek Xenical dapat segera terlihat 24-48 jam
setelah pemberian. Pada penghentian pengobatan, kandungan lemak feses biasanya
kembali pada keadaan sebelumnya dalam 48-72. jam.
Keamanan dan khasiat Xenical pada anak-anak belum ditentukan. Penggunaan Xenical
tidak ditujukan bagi anak-anak.
• Pentermine
(30 mg pada pagi hari atau 8 mg sebelum makan ) adalah stimulant yang agak
kuat dan potensial penyalahgunaan yang lebih rendah daripada amphetamine dan lebih
efektif daripada placebo-control studies. Efek samping ( peningkatan tekanan darah,
palpitasi, aritmia, midriasis, peningkatan kerja insulin hingga terjadi hipoglikemi) dan
ineteraksi dengan MAOI yang memiliki implikasi pada beberapa pasien.
• Dietilpropion
( 25 mg sebelum makan atau 75 mg pada sediaan lepas lambat setiap pagi)
lebih efktif dari pada placebo dapat mengurangi berat badan dengan cepat. Adalah
salah satu supresan noradrenergic yang aman dan dapt digunakan pada pasien dengan
hipertensi ringan sampai sedang atau angina tapi tidak dapat digunakan pada pasien
dengan hipertensi berat atau penyakit kardiovaskuler yang signifikan.
• Amfetamin
secara umum dihindari karena kekuatan stimulan dan potensial adiksinya.
• Efedrin
(20 mg dengan atau tanpa caffeine 200 mg, sampai 3 kali sehari) memiliki
aktifitas supresif dan termogenik yang lebih baik daripada placebo dalam percobaan
hingga 6 bulan. Efek samping yang umum terjadi adalah tremor, agitasi, panic,
keringat berlebih dan insomnia, palpitasi dan takikardi juga pernah dilaporkan.
Fluoksetin
65 mg sehari memiliki penurunan berat badan 2-4 kg dari pada percobaan
control-plasebo. Tapi tidak berbeda diantara masing-masing grup dalam periode
hingga 1 tahun. Penemuan sejenis juga ditemukan pada penggunaan sertralin 200mg
per hari.
Peptida- peptida
(seperti leptin, neuropeptida Y, galanin) yang sedang diselidiki karena
manipulasi eksogenus mungkin menyediakan pendekatan terapetik kedepan untuk
manajemen obesitas (dipiro, 2005)
Perubahan biologis yang diwakili oleh tiap rentang waktu tersebut adalah:
neonatus, terjadi perubahan klimakterik yang sangat penting; bayi, merupakan masa
awal pertumbuhan yang pesat; anak-anak adalah masa pertumbuhan secara bertahap;
remaja, merupakan akhir tahap perkembangan secara pesat hingga menjadi dewasa.
FARMAKOKINETIK OBAT PADA ANAK
• Absorpsi
Ada dua faktor utama yang terlibat: laju absorpsi dan
jumlah yang terabsorpsi. Semakin cepat laju absorpsi, semakin
tinggi kadar puncak obat dalam darah dan efek terapeutik
semakin cepat pula tercapai. Sedangkan tingkat paparan
terhadap obat akan bergantung pada jumlah obat yang
terabsorpsi.
Absorpsi sediaan oral dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, meliputi waktu transit didalam lambung dan usus, pH
lambung dan usus serta waktu pengosongan lambung, yang
kesemuanya berbeda pada neonatus maupun pada bayi. Waktu
pengosongan lambung akan menyamai orang dewasa pada bayi
usia 6 bulan dan baru setelah 2 tahun produksi asam lambung
akan meningkat sebanding dengan kadar per kg seperti pada
orang dewasa. Namun, pada bayi yang lebih tua dan pada anak-
anak ada bukti yang menunjukkan bahwa kebanyakan sediaan
oral yang diberikan akan diabsorpsi pada laju dan jumlah yang
sebanding dengan orang dewasa.
• Distribusi
selama usia bayi, kadar air total dalam tubuh terhadap berat
badan total memiliki prosantase yang lebih besar daripada anak yang
lebih tua atau pada orang dewasa. Prosantase ini akan menurun sesuai
usia sebagaimana tercantum dalam tabel 12.1 (Walker & Edward,
1999). Obat yang larut dalam air seharusnya diberikan dengan dosis
yang lebih besar pada neonatus untuk mencapai efek terapeutik yang
dikehendaki. Sebagai contoh adalah gentamisin yang memerlukan dosis
3mg/kg/pemberian pada neonatus dibandingkan dengan dosis
2,5mg/kg/pemberian pada anak yang lebih tua untuk mencapai kadar
obat dalam plasma yang sama.
Tabel 12.1 Prosantase volume cairan ekstraseluler dan kadar air total dalam
tubuh terhadap berat badan
Usia Kadar air total dalam tubuh (%) Cairan Ekstraseluler (%)
Preterm neonatus 85 50
Term neonatus 75 45
3 bulan 75 30
1 tahun 60 25
Dewasa 60 20
• Metabolisme
Pada saat lahir sebagian besar sistem enzim yang terlibat dalam
metabolisme obat belum terbentuk atau sudah ada namun dalam jumlah
yang sangat sedikit. Sehingga kapasitas degradasi metabolismenya juga
belum optimal.
Tetapi, ukuran hati dibandingkan dengan berat badan total pada
anak yang sedang berkembang lebih besar 50% dibandingkan dengan
orang dewasa. Oleh karena it, pada bayi yang lebih tua dan anak
terdapat peningkatan yang cukup besar dalam hal laju metabolismenya.
Sehingga untuk obat-obat tertentu dosis (mg/kg) yang lebih besar
mungkin diperlukan oleh anak-anak dibandingkan orang dewasa.
• Ekskresi
Laju filtrasi glomeruler (GFR) pada bayi yang baru lahir lebih
rendah dibandingkan dengan orang dewasa karena ginjalnya relatif belum
berkembang dengan baik. sebagai contoh, fungsi ginjal pada neonatus
sekitar 30-40% atau kurang dari itu, dibandingkan dengan orang dewasa.
Jadi, kemampuan mengeliminasi obat pada neonatus dan bayi yang sangat
belia tentu saja menjadi belum optimal dan penurunan dosis mungkin
diperlukan. Tetapi GFR akan meningkat secara cepat setalah minggu-
mingggu pertama kelahiran dan mencapai nilai yang sebanding dengan
orang dewasa pada usia 1 tahun.
DOSIS
• Banyak rumus yang telah dikembangkan untuk
memperkirakan dosis pada anak berdasarkan usia, berat
dantinggi badan. Namun perubahan pada luas permukaan
tubuh paling mencerminkan klirens obat sekaligus
kebutuhan akan perubahan pada dosis obat. Perhitungan
dosis berdasarkan luas permukaan tubuh terutama penting
bila berkaitan dengan obat yang mempunyai indeks terapi
sempit, misalnya bahan sitotoksik. Rumus berikut dapat
digunakan untuk menghitung luas permukaan tubuh pada
pasien tersebut.
Efek usia pada ginjal berpengaruh besar pada ekskresi beberapa obat.
Umumnya obat diekskresi melalui filtrasi glomerolus yang sederhana dan
kecepatan ekskresinya berkaitan dengan kecepatan filtrasi glomerolus (oleh
karena itu berhubungan juga dengan bersihan kreatinin). Misalnya digoksin dan
antibiotik golongan aminoglikosida. Pada usia lanjut, fungsi ginjal berkurang,
begitu juga dengan aliran darah ke ginjal sehingga kecepatan filtrasi
glomerolus berkurang sekitar 30 % dibandingkan pada orang yang lebih muda.
Akan tetapi, kisarannya cukup lebar dan banyak lansia yang fungsi
glomerolusnya tetap normal. Fungsi tubulus juga memburuk akibat
bertambahnya usia dan obat semacam penicilin dan litium, yang secara aktif
disekresi oleh tubulus ginjal, mengalami penurunan faali glomerolus dan tubulus
(Bustami, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, lukman.2011.farmakokinetik klinik.Farmasi-Universitas Gajah Mada : Yogyakarta
Anonim, 1997, FDA Talk Paper, FDA Approves Sibutramine To Treat Obesity,
http://fdahomepage.html, diakses tanggal 15 Maret 2009
Anonim, 2006, Drug Information Handbook, 14th Edition, 1444-1446, Lexi Comp, Ohio
Anonim, 2008, Tanggung Jawab Badan Pengawas Obat dan Makanan Terhadap Konsumen Obat
Tradisional Yang Mengandung Bahan Kimia Obat ( BKO ), http://pustaka.net, diakses tanggal 15
Maret 2009
Tjay, Tan Hoan, dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting, Edisi Keenam, 497-499, Elex
Media Computindo, Jakarta
Wing, Rena R., et all, 2006, A Self-Regulation Program for Maintenance of Weight Loss,
NEJM, Volume:355, hal 1563-1571.
Anonim, 2004, Bagi Kaum Lansia Obat tidak Selalu Menjadi Sahabat http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/0804/01/index.htm.. Diakses tanggal 14 Maret 2009
Bustami,Z.S. 2001. Obat Untuk Kaum Lansia. Edisi kedua. Penerbit ITB. Bandung
Darmojo-Boedi, Martono Hadi (editor). 2006. Buku Ajar Geriatri. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran UI. Jakarta
Darmansjah, Iwan, Prof. 1994. Jurnal Ilmiah : Polifarmasi pada Usia Lanjut. Diakses
tanggal 14 Maret 2009
Manjoer, Arif M, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, 12, Media Aesculapius, Jakarta.