Anda di halaman 1dari 39

EPISTAKSIS DAN FAKTOR PENYEBABNYA

Oleh:
Amalia Rasydini Salam
Rachman Aziz

Pembimbing:
dr. Nanang Suhana, M.Kes, Sp. T.H.T.K.L

SMF ILMU KESEHATAN THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
Anatomi Cavum nasi
Anatomi Cavum nasi
EPISTAKSIS
Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang
hidung, rongga hidung atau nasofaring. Epistaksis sering kali
merupakan gejala atau manifestasi penyakit lain.

Ringan (sering) -> dapat berhenti sendiri tanpa bantuan


medis

Berat (jarang) -> merupakan masalah kedaruratan yang dapat


berakibat fatal bila tidak segera ditangani
EPIDEMIOLOGI

Insiden terbanyak
Prevalensi pada
pada usia 2-10
Laki-laki dan
tahun dan 50-80
perempuan sama
tahun
Pleksus •  anastomose a.
sfenopalatina & a. etmoid
Kiesselbach anterior, a. labialis superior
& a. palatina mayor yg
(Little’s terletak di superiorficial di
bagian depan septum
area)

•  anastomose a.
sfenopalatina & a. faringeal
Pleksus posterior yg terletak di
bawah posterior ujung
Woodruff akhir konka inferior
ETIOLOGI
Faktor lokal

Faktor sistemik
FAKTOR LOKAL (1. TRAUMA)

Bersin atau
Adanya benda
Mengorek hidung mengeluarkan
asing tajam
ingus terlalu keras

Trauma hebat
(pukul, jatuh atau Trauma
Benturan ringan
kecelakaan lalu pembedahan
lintas)
FAKTOR LOKAL (2. INFEKSI LOKAL)

Infeksi lokal

inflamasi

Peningkatan permeabilitas pembuluh darah setempat

Merusak mukosa

Epitaksis
FAKTOR LOKAL (3. TUMOR)

Hemangioma dan karsinoma. Angiofibroma


dapat menyebabkan epistaksis berat

Pada tumor terjadi pertumbuhan sel yang


abnormal dan pembentukan pembuluh
darah yang baru (neovaskularisasi) yang
bersifat rapuh  memudahkan terjadinya
perdarahan
FAKTOR LOKAL (4. KELAINAN PEMBULUH
DARAH)

Pembuluh darah
lebih lebar, tipis,
Mudah berdarah
jaringan ikat dan sel-
selnya lebih sedikit
FAKTOR LOKAL (5. PENGARUH LINGKUNGAN)
Kelembaban
udara yang Zat-zat korosif
rendah

Dehumidifikasi
mukosa nasal Iritasi mukosa

Pembuluh
darah mudah
pecah
FAKTOR SISTEMIK

Penyakit
Kelainan Kelainan
Kardiovaskuler
Kongenital Darah
dan lainnya

Gangguan
Infeksi Akut Alkoholisme
Hormonal
1. KELAINAN KONGENITAL

Talengiectasis Hemorrhagic

• Kelainan bentuk pembuluh darah,


terjadi pelebaran kapiler yg bersifat
rapuh sehingga mudah perdarahan
2. KELAINAN DARAH

Trombositopenia

Leukimia

Hemofilia

Pengaruh obat-obatan
3. PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN LAINNYA
• hipertensi kronis -> kerapuhan pembuluh darah. kontraksi pembuluh darah
terus menerus -> mudah pecahnya pembuluh darah yang tipis
Hipertensi

• kekakuan pembuluh darah. TD meningkat -> Pemb. Darah tidak bisa


mengompensasi dengan vasodilatasi -> rupture
Arteriosklerosis

• Hati membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X dan vitamin K


Sirosis Hepatis (berkaitan dengan koagulasi)

• koagulasi darah tinggi -> sel endotelial pada pembuluh darah mengambil glukosa lebih dari
normal -> glikoprotein permukaan banyak & basal membran menebal dan lemah
Diabetes Melitus
4. INFEKSI AKUT

Demam Berdarah

Trombosit saling
melekat Dihancurkan Trombositopeni dan
Kompleks antigen oleh RES
Agregasi Trombosit penurunan faktor
antibodi
Pengeluaran faktor III pembekuan
 DIC
5. GANGGUAN HORMONAL

Wanita hamil, menarche, menopause

Estrogen dan progesteron yang tinggi

Mukosa bengkak dan pembuluh darah rapuh

Epistaksis
6. ALKOHOLISME

Sumbatan
Alkohol Sel darah menggumpal pembuluh
darah

Pembuluh Peningkatan tekanan


intravaskular
darah pecah
KLASIFIKASI

Anterior
Epitaksis
Posterior
Epistaksis Anterior
- Terjadi pada >90% kasus.
Berasal dari Kliesselbach
plexus, merupakan sumber
perdarahan paling sering
dijumpai anak-anak.

- Epistaksis anterior ini


umumnya dapat berhenti
sendiri (spontan) dan dapat
dikendalikan dengan
tindakan sederhana.
Epistaksis Posterior

Berasal dari arteri


sphenopalatina dan arteri
ethmoid posterior.

Perdarahan cenderung lebih


berat dan jarang berhenti sendiri
 sehingga dapat menyebabkan
risiko yang lebih besar seperti
terganggunya jalan napas,
aspirasi darah, dan kesulitan
mengontrol darah.
Penegakan Diagnosis

Anamnesis
• Perdarahan keluar dari depan atau belakang hidung
• beratnya perdarahan, frekuensi, lamanya perdarahan,
• penyebab perdarahan
• riwayat perdarahan hidung sebelumnya,
• Riwayat trauma hidung yang belum lama,
• Riwayat penggunaan alkohol,
• riwayat penyakit lain seperti hipertensi, kelainan perdarahan, dan
• riwayat pengobatan (aspirin)
Pemeriksaan Fisik
• Pengukuran tanda-tanda vital
• Dgn spekulum hidung dibuka & alat pengisap bersihkan semua kotoran dalam hidung
• Observasi
• Masukkan kapas yang dibasahi larutan pantokain 2% atau lidokain 2% + larutan adrenalin 1/5000-1/10000
ke dalam hidung
• Sesudah 10-15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi (asal perdarahan)
1. Rinoskopi anterior

2. Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Penunjang

Rontgen sinus dan CT-Scan


Endoskopi hidung Skrining terhadap koagulopati
atau MRI

Rontgen sinus dan CT-Scan atau Untuk melihat atau Tes-tes yang tepat termasuk waktu
MRI penting mengenali menyingkirkan kemungkinan protrombin serum, waktu tromboplastin
neoplasma atau infeksi. penyakit lainnya parsial, jumlah platelet dan waktu
perdarahan.
Rontgen dan CT Scan atau MRI
• Gambaran sagital MR pada solitary fibrous tumor dengan masa
tumor
Endoskopi Epistaksis Posterior
Penatalaksanaan
• Prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu:

Memperbaiki
Menghentikan
keadaan
perdarahan
umum

Mencegah
Mencegah
berulangnya
komplikasi
epistaksis
METODE TROTTER

Tentukan sumber perdarahan


• Pasang tampon anterior dengan adrenalin 1/5000-1/10.000 dan lidocain/pantocain 2%
• Tampon ini dibiarkan selama 3-5 menit, evaluasi lokasi perdarahan
Perdarahan Anterior

Epistaksis ringan pada • Duduk dengan kepala ditegakkan,


anak • Cuping hidung ditekan ke arah septum selama beberapa menit.

• Tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras Argenti 20-30% / Asam Triklorasetat 10%,
Bila sumber telah terlihat
• Elektrokauter

• Gulungan kapas yang telah dibasahi dengan anestetik lokal adrenalin lalu dimasukkan dengan hati-hati ke dalam hidung.
Perdarahan anterior
• Bila perdarahan tidak berhenti, pemasangan tampon diulangi

Perdarahan masih terus • Tampon anterior


berlangsung • Tampon rol anterior
Tampon anterior
Perdarahan Posterior
1. Tampon bellocq
2. Balon Intranasal
Perdarahan Posterior

Obat-obat hemostatik  tidak terlalu efektif

Ligasi Arteri  untuk epistaksis yang berat, dimana tidak dapat diatasi dengan tampon posterior
Medikamentosa
Selama pemasangan
Pertimbangan untuk
tampon (3-4 hari),
pemberian antibiotik
kenyamanan pasien
broad spektrum
akan terganggu

Untuk mencegah
terjadinya komplikasi
Pemberian sedatif
akibat kuman patogen
dan analgesik
selama pemasangan
tampon.
Komplikasi akibat epistaksis
• Syok
• Anemia
• Iskemi cerebri, insufisiensi koroner dan infark miocard
• Peningkatan PCO2 dan penurunan PO2 pada pasien dengan
riwayat paru atau jantung dapat menimbulkan IMA dan
gangguan pembuluh darah otak.
Komplikasi akibat pemasangan tampon
• Tampon anterior
• sinusitis
• air mata yang berdarah (bloody tears)
• septikemia.
• Tampon posterior
• otitis media
• haemotympanum
• laserasi palatum mole dan sudut bibir
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai