Anda di halaman 1dari 15

POLITIK ANGGARAN DI SEKTOR

KESEHATAN

Antonius H. S .Liwu (1607010092)


Apliana Dukka (1607010196)
Clara B. A. Kedang (1607010183)
Damaskus A. Natun (1607010112)
Elsy M. G. Bangngu (1607010242)
Given R. Wabang (1607010142)
Honcy E. Nomeni (1707010320)
Ivanka D. Azhari (1607010089)
 Anggaran merupakan instrumen kebijakan yang dimiliki oleh
Pemerintah untuk menggambarkan pernyataan komprehensif
tentang prioritas negara. Anggaran juga mempunyai
pengertian sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang
hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran financial.
 Sehingga tujuan dari penganggaran yaitu anggaran harus
berbasis kinerja dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
masyarakat. Berbasis kinerja mempunyai pengertian bahwa
anggaran yang disusun harus terukur,serta memenuhi unsur
input (masukan), output (keluaran), outcome (hasil),benefit
(manfaat) dan impact (dampak).
Ada 2 golongan besar yang membedakan aktivitas politik
dalam keuangan negara :
 Negara dengan sistem otokrasi
 Negara dengan sistem demokrasi
pengaruh politik terhadap kesehatan :
 Anggaran kesehatan
 UU Tembakau
 Program Pembatasan Waktu Iklan Rokok
Sistem Anggaran Kesehatan

 Terbitnya UU No 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan telah


mengatur perolehan anggaran untuk sektor kesehatan baik di
Pusat maupun Daerah. Dalam undang–undang tersebut yaitu
Pasal 171 ayat 1 dan 2, Pemerintah wajib mengalokasikan 5%
dari APBN sedangkan Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan
10% dari APBD. Terlihat bahwa sektor kesehatan telah mampu
melakukan advokasi kepada Pemerintah tentang kebutuhan
anggaran untuk pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.
 Politik anggaran merupakan suatu proses intervensi yang
dilakukan oleh para aktor untuk memengaruhi alokasi anggaran
yang akan diperoleh, untuk memenuhi preferensi kelompok atau
individu dari para aktor tersebut. Dengan kata lain merupakan
tarik-menarik kekuatan politik dari para aktor dalam proses
anggaran dan penentuan alokasi anggaran untuk memenuhi
preferensi para aktor. Politik anggaran yang dimaksud disini
adalah mulai dari proses penganggaran sampai dengan alokasi dan
distribusi anggaran.
Situasi Anggaran di Pusat

 Kemenkes membahas anggaran unit (Direktorat Jenderal)


pada saat Rakorpim. Unit membagi anggaran untuk subunit
(Direktorat) dan subunit membagi anggaran untuk masing-
masing provinsi. Jika tidak ada lagi perubahan anggaran yang
akan diusulkan, maka Kemenkes mengusulkan penetapan
pagu sementara kepada Kemenkeu. Setelah Kemenkeu
menetapkan pagu sementara, maka anggaran diusulkan ke
DPR untuk dibahas oleh tim anggaran DPR dan Komisi IX.
Jika tidak ada perubahan maka DPR menetapkan menjadi
pagu definitif anggaran Kemenkes. Dalam penetapan
anggaran ini proses politik terjadi baik di lingkungan
Kemenkes maupun di Kemenkeu dan DPR
Situasi Anggaran Daerah

 Alokasi anggaran untuk sektor kesehatan di Daerah sangat


bervariasi, ada yang sudah mencapai 10% dan ada yang baru
mencapai 2%. Pada prinsipnya proses anggaran di Pusat sama
dengan Daerah, dimana TAPD (Tim Anggaran Pemerintah
Daerah) menetapkan plafon anggaran indikatif untuk Dinas
Kesehatan, besarnya plafon anggaran pada umumnya jauh
lebih kecil dibanding dengan anggaran yang diusulkan.
Kepala Dinas Kesehatan melakukan penyesuaian terhadap
plafon anggaran yang telah ditetapkan bersama Kepala Bidang
dan Seksi. Hasil penyesuaian anggaran diusulkan kembali
kepada TAPD, untuk dibahas di DPRD dan ditetapkan sebagai
pagu definitif.
Politik Dalam Proses Penganggaran

 Proses penganggaran merupakan suatu proses yang paling pelik


dan unik karena penuh dengan konflik kepentingan, terjadi tarik-
menarik dari para aktor untuk memenuhi preferensi mereka.
Konflik rebutan kekuasaan terjadi baik pada saat penetapan pagu
indikatif, pagu sementara maupun pagu definitif. Sektor kesehatan
pada umumnya tidak mempunyai kekuatan untuk
memperjuangkan anggaran yang diusulkan, karena keputusan
dipegang oleh para aktor di lingkungan makro organisasi
kesehatan seperti Kemenkeu dan DPR untuk Pusat, TAPD dan
DPRD untuk Daerah.
 Proses penganggaran di Daerah sangat dipengaruhi oleh TAPD dan
DPRD. Hal ini disebabkan karena belum optimalnya komitmen dari
para aktor pengambil kebijakan baik di lingkungan eksekutif maupun
legislatif. Keadaan tersebut diperkuat dengan ketidak percayaan
kepada sektor kesehatan apakah anggaran yang diusulkan memang
sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kondisi Terbaru Dan Target Alokasi Anggaran di Sektor Kesehatan

 Pemerintah berkomitmen untuk memenuhi alokasi anggaran


kesehatan sebesar 5% dari belanja negara. Ini sesuai yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) 2018, anggaran untuk sektor kesehatan mencapai
Rp 111 triliun atau sekitar lima persen dari total belanja
pemerintah senilai Rp 2.220,7 triliun.
 Menurut data Kementerian Keuangan, anggaran kesehatan
tersebut meningkat 5,8% dari tahun sebelumnya, yakni Rp 104
triliun. Jika dibandingkan dengan RAPBN 2018, anggaran
kesehatan tahun ini naik Rp 800 miliar. Dana anggaran kesehatan
2018 dialokasikan sebesar Rp 81,5 triliun untuk pemerintah
pusat dan Rp 29,5 triliun untuk transfer ke daerah.
 Anggaran kesehatan tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan jumlah dan kualitas layanan kesehatan yang
memadai, menunjang terselenggaranya Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN), dan menguatkan program upaya kesehatan
promotif preventif. Adapun indikator kesehatan ditargetkan
pada tahun ini antara lain angka persalinan di fasilitas
kesehatan menjadi 82% dari sebelumya 81%. Kemudian
ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas menjadi 86% dari
83%, serta perbaikan gizi anak dengan penurunan tingkat
stunting menjadi 28,8% dari 29,6%.

Anda mungkin juga menyukai