Anda di halaman 1dari 10

METODE CUY

MODEL, PENDEKATAN ATAU METODE PEMBELAJARAN


YANG DAPAT DITERAPKAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Model pembelajaran berbasis proyek memiliki langkah-langkah
pembelajaran, dimana langkah-langkah tersebut dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif dan kinerja ilmiah (unjuk kerja). Model pembelajaran berbasis proyek
mengikuti lima langkah utama, dari lima langkah tersebut memberikan kontribusi pada
kemampuan berpikir kreatif dan kinerja ilmiah siswa. Berikut ini langkah-langkah
pembelajaran berbasis proyek.
1) Menetapkan tema proyek
2) Menetapkan konteks belajar
3) Merencanakan aktivitas-aktivitas
4) Memroses aktivitas-aktivitas
5) Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek
MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
PBL merupakan suatu model yang mengkolaborasikan problem solving dan
penemuan konsep secara mandiri. Model ini dirasakan tepat karena keterampilan
berpikir kreatif akan muncul apabila didukung oleh suasana belajar yang berpusat pada
siswa, sehingga siswa bebas mengemukakan gagasan-gagasan yang timbul dari dalam
dirinya serta lingkungan belajar yang mendukung peran aktif siswa pada pembelajaran
tersebut. Tahapan PBL sangat mendukung untuk pencapaian keterampilan berpikir
kreatif siswa dan telah banyak teruji di berbagai negara.
Siswa selama mengikuti sintaks PBL sangat aktif dan memenuhi rasa ingin
tahunya untuk menyelesaikan masalah, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam
proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri, yang artinya
siswa dapat membangun konsepnya sendiri atau dikenal sebagai teori konstruktivisme.
METODE EKSPERIMEN
Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah
metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu
memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan
kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep
dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta
emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar
memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat
tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan
dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan
rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY
Menurut Joolingen (1999), discovery learning adalah suatu tipe pembelajaran dimana
siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan
menemukan sebuah prinsip dari hasil percobaan tersebut.

Menurut Munandar (1999: 85) bahwa mengajar dengan discovery selain berkaitan
dengan penemuan juga bisa meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Model discovery
terbimbing lebih efektif dalam pembelajaran IPA, karena model ini membantu siswa bertemu
dengan dua kriteria penting dalam pembelajaran aktif yaitu membangun pengetahuan untuk
membuat pengertian dari informasi baru dan mengintegrasikan informasi baru sampai
ditemukan pengetahuan yang tepat.
MODEL PEMBELAJARAN ANALOGI

Berdasarkan penelitian pada kreativitas dalam belajar IPA, Dunbar & Lawson
dalam Diki (2013) mengatakan model pembelajaran analogi sebagai cara untuk
menghubungkan berbagai ide dapat meningkatkan kreativitas di antara siswa-siswa.
Menggunakan model pembelajaran analogi untuk belajar IPA dapat digambarkan sebagai
pengembangan konsep atau perubahan konsep atau keduanya (Harrison & Coll, 2013).

Guru menggunakan model pembelajaran analogi untuk membangun jembatan konsep


siswa antara apa yang diketahui (sebuah konsep analog) dan apa yang baru (sebuah
konsep target) (Glynn, 2008). Model pembelajaran analogi akan membantu siswa
berpikir kreatif dengan membangun pengetahuannya sendiri, siswa mampu
memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
MODEL PEMBELAJARAN IPA TERINTEGRASI
ETNOSAINS
Budaya lokal dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa. Siswa belajar lebih efektif jika menggunakan lingkungan atau peralatan yang
ada disekitarnya, sehingga merangsang rasa ingin tahu siswa, melakukan pengamatan,
menanya (Wiyanto et al., 2017), membuat kesimpulan, dan mendapatkan pengalaman
melalui proses ilmiah. Pengalaman yang didapat dari proses ilmiah lebih tahan lama
terekam dan diingat siswa (Juariah et al., 2013).

Penggunaan budaya lokal dalam pembelajaran membuat siswa melakukan pengamatan


secara langsung dan siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang
dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik, dan aktif.
MODEL PEMBELAJARAN CPS (CREATIVE PROBLEM
SOLVING)
Salah satu alternatif pembelajaran yang memberikan peluang bagi siswa
untuk mengkonstruksikan pengetahuan mereka serta berorientasi pada proses
pemecahan masalah secara kreatif kolaboratif adalah pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS). Pembelajaran CPS merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang tahapan pembelajarannya berorientasi pada proses
pemecahan masalah secara kreatif kolaboratif (brainstorming) sehingga
menghasilkan banyak ide, gagasan, pemikiran, kritik, saran yang berbeda
dalam rangka untuk memperoleh solusi terbaik (Kandemir, et al.2009).
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM TERBUKA (OE,
OPEN ENDED)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan
permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam
(multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas,
kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut
untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam
memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan
proses mencapai jawaban tersebut. Model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada
produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar,
diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan
dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat
respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai