Anda di halaman 1dari 48

TB

PARU
TUBERKULOSIS (TB)

• Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular


yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis
• Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya.
• Identifikasi terhadap M.tuberculosis dengan
pemeriksaan bakteriologis  sarana diagnosis
ideal untuk TB.
• Pemeriksaan bakteriologis : mikroskopis
langsung, Biakan dan Uji Kepekaan atau tes
diagnostik cepat (Xpert),
KARAKTERISTIK KUMAN TB
TAHAN
DINGIN,
LEMBAB

TAHAN ASAM
AEROBIK

KUMAN ALKOHOL

TB
SENSITIF UV,
TERGANTUNG
SNR
MEDIUM
MATAHARI

The biological characteristics of M. tuberculosis make it a bacteria


very difficult to fight

 Droplet nuclei
 
TB BTA +
 

 
 
 

ISTC Training Modules 2009


Penularan Tuberkulosis
Number of Organisms Liberated:
Talking 0 – 200
Coughing 0 – 3 500
Sneezing 4500 – 1 000 000
Bacteria bearing droplets < Ø100 µm

Penularan px ditentukan o/:


Byknya ku TB (>>+ >> menular)
Konsentrasi droplet
Daya tahan tubuh

Number and Size of Organisms Liberated “Wells 1934, Duguid 1945,


Wells/Riley 1953, et al.”
You get TB
from being in
VERY CLOSE
CONTACT with
someone who
is sick with TB
disease.
Patogenesis TB paru
PASIEN BTA LINGKARAN SETAN
POSITIP
PENULARAN TB
Infects
to
__________________________________________
in 1 yr
10 – 15 ORANG TERINFEKSI
PASIEN BTA 10% AKAN
POSITIP BERKEMBANG
MENJADI
PENYAKIT.

BTA
POSITIP
• Pada tahun 1995 Program Nasional
Pengendalian TUBERKULOSIS mulai
menerapkan strategi directly observed
treatment short course (DOTS) dan
dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap.
Penemuan Pasien TB

• Strategi penemuan secara intensif terutama


pada kelompok populasi terdampak TB dan
populasi rentan dengan promosi yang aktif.

• Terduga TB Paru: seseorang dengan


gejala/klinis batuk berdahak selama 2
minggu atau lebih, dengan atau tanpa gejala
tambahan lainnya
Anamnesis
• Gejala :
– Gejala respiratorik:
• Batuk batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, nyeri dada

– Gejala sistemik :
• badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Pemeriksaan fisik
• Demam (pada umumnya subfebris, walaupun bisa
juga tinggi sekali),
• Respirasi meningkat,
• Berat badan menurun.

• Pada auskultasi terdengar:


– suara napas bronkhial/ronkhi basah/suara napas
melemah di apex paru,
– tergantung luas lesi dan kondisi pasien.
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/
BTA) atau kultur kuman dari specimen sputum/ dahak
sewaktu-pagi-sewaktu.

• Untuk TB non paru, specimen dapat diambil dari bilas


lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi
jaringan.

• Tes tuberkulin (Mantoux test). Pemeriksaan ini merupakan


penunjang utama untuk membantu menegakkan Diagnosis
TB pada anak.
Diagnosis
TB Paru TB ekstra paru
 Diagnosis ditegakkan melalui
pemeriksaan bakteriologis yaitu  ditegakkan dengan pemeriksaan
• pemeriksaan mikroskopis klinis, bakteriologis dan atau
langsung, histopatologis dari contoh uji
• biakan dan
• tes cepat TB yang diambil dari organ tubuh
yang terkena.
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB
dengan:  Dilakukan pemeriksaan
 pemeriksaan serologis, atau
 hanya berdasarkan pemeriksaan bakteriologis apabila juga
foto toraks saja atau ditemukan keluhan dan gejala
 hanya dengan pemeriksaan uji yang sesuai, untuk menemukan
tuberkulin..
kemungkinan adanya TB paru.
Alur
diagnosi
s dan
tindak
lanjut TB
Paru
pada
pasien
dewasa
Klasifikasi pasien TB

Klasifikasi pasien TB menurut :


a. Pemeriksaan bakteriologis
b. Lokasi anatomi dari penyakit
c. Riwayat pengobatan sebelumnya
d. Status HIV
a. Berdasarkan pemeriksaan bakteriologis
1. TB yang terkonfirmasi bateriologis:
Adalah pasien TB dengan hasil pemeriksaan bakteriologis
ditemukan kuman TB a.l mikroskopis langsung, biakan atau tes
diagnostik cepat
Kelompok ini terdiri:
a. Pasien TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif
c. Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif
d. Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik
dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan
yang terkena.
e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.

2. Pasien TB terdiagnosis secara Klinis:


Pasien yang tidak memenuhi kriteria terkonfirmasi bakteriologis
Kelompok adalah:
 Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto toraks
mendukung TB.
 Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun
laboratoris dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.
 TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.
b. Berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit
1. Tuberkulosis paru :
• Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru.
• Milier TB TB paru karena adanya lesi pada jaringan
paru.

2. Tuberkulosis ekstra paru


 Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya : pleura,
kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak
dll
 Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil
pemeriksaan bakteriologis atau klinis.
 Bila menyerang beberapa organ  diklasifikasikan sebagai pasien
TB ekstra paru pada organ menunjukkan gambaran TB yang
terberat.

TB paru +TB ekstra paru = TB


paru.
c. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

1) Pasien baru TB

2) Pasien yang pernah diobati TB:


pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan
atau lebih (≥ dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya
diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
• Pasien kambuh:
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal:
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up):
• Lain-lain

3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.


d. berdasarkan status HIV
1. Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV):
• adalah pasien TB dengan: Hasil tes HIV positif
sebelumnya atau sedang mendapatkan ART atau
• Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB.

2. Pasien TB dengan HIV negatif:


• adalah pasien TB dengan: Hasil tes HIV negatif
sebelumnya, atau
• Hasil tes HIV negatif pada saat diagnosis TB.

3. Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui:


• adalah pasien TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV
saat diagnosisTB ditetapkan

sesuaikan klasifikasinya berdasarkan hasil tes HIV


terakhir.
Pengobatan TB
Tujuan adalah:
a. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas
hidup
b. Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk
selanjutnya
c. Mencegah terjadinya kekambuhan TB
d. Menurunkan penularan TB
e. Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat

Prinsipnya adalah:
 Diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4
macam obat
 Diberikan dalam dosis yang tepat
 Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas
Menelan Obat)
 Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
awal serta tahap lanjutan

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
WHO recommended grouping of anti-
TB drugs
Pengobatan TB
Tahap Pengobatan:
 Tahap Awal : Setiap hari
 Tahap Lanjutan: 3 kali
seminggu

Paduan OAT yang digunakan Indonesia adalah:


• Kategori 1 : awal 2(HRZE) / 4(HR)3
• Kategori 2 : awal 2(HRZE)S /HRZE/5(HR)3E3
• Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR

Pemantauan kemajuan pengobatan


 Dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis 2x
(sewaktu dan pagi)
negatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif.
Positif bila salah satu contoh uji positif atau
keduanya positif.
Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3
Tahap Intensif Tahap Lanjutan
tiap hari selama 56 3 kali seminggu selama 16
Berat Badan hari minggu
RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT


38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
• Diperuntukkan:
1. Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
2. Pasien TB paru terdiagnosis klinis
3. Pasien TB ekstra paru
2 HRZE/4(HR)3 2HRZE/4HR

PROGRAM
WHO
NASIONAL

RECOMENDASI RECOMENDASI
B A

DOT= DIRECTLY
OPTIMAL
OBSERVED
TREATMENT
THERAPHY
Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Tahap Lanjutan
Tahap Intensif
3 kali seminggu
tiap hari
Berat RH (150/150) +
RHZE (150/75/400/275) + S
Badan E(400)
Selama 28
Selama 56 hari selama 20 minggu
hari
30-37 kg 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT
+ 500 mg + 2 tab Etambutol
Streptomisin inj.
38-54 kg 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT
+ 750 mg + 3 tab Etambutol
Streptomisin inj.
55-70 kg 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT
+ 1000 mg + 4 tab Etambutol
Streptomisin inj.
≥71 kg 5 tab 4KDT 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT
+ 1000mg ( > do maks ) + 5 tab Etambutol
Streptomisin inj.
Diberikan Pada Pasien yang pernah di obati TB:
1. Pasien kambuh
2. Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya
3. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
KATEGORI 2
2HRZES/HRZE/5HRE 2HRZES/HRZE/5(HR)3E3

PROGRAM
WHO
NASIONAL

OPTIMAL
DOT
THERAPHY

REKOMENDASI REKOMENDASI
A B
Pemeriksaan dahak ulang untuk pemantauan hasil
KATEGORI pengobatan
BULAN PENGOBATAN
PENGOBAT 1 2 3 4 5 6 7 8
AN
Pasien baru (== (====) (-------) (---- (-------) (-------)
BTA positif ) X (X) ---) X X
2(HRZE) / apabila apabila apabila apabila
4(HR)ӡ hasilnya hasilnya BTA hasilnya hasilnya
BTA pos, pos *, BTA BTA pos
periksa lanjutkan R/ pos**, **,
kembali dan periksa dinyataka dinyataka
pd bulan kembali pd n gagal n gagal
ke 3 bulan ke 5
Pasien baru (== (====) (-------) (---- (-------) (-------)
BTA negatif ) X (X) ---) X X
2(HRZE) / Apbl apabila apabila apabila
4(HR)ӡ hasilnya hasilnya BTA hasilnya hasilnya
BTA pos, pos *, BTA pos BTA pos
periksa lanjutkan R/ **, **,
kembali dan periksa dinyataka dinyataka
pd bulan kembali pada n gagal n gagal
ke 3 bulan ke 5
Pasien (== (====) (====) (---- (-------) (-------) (--- (-------)
pengobat an ) X --) X -) X
Tindakan pada pasien yang putus berobat selama kurang dari 1 bulan
 Dilakukan pelacakan pasien  Diskusikan dengan pasien untuk mencari faktor penyebab putus berobat
 Lanjutkan pengobatan dosis yang tersisa sampai seluruh dosis pengobatan terpenuhi *
Tindakan pada pasien yang putus berobat antara 1 – 2 bulan
Tindakan pertama Tindakan kedua
 Lacak pasien Apabila hasilnya BTA neg atau
Lanjutkan pengobatan dosis yang tersisa sampai seluruh
 Diskusikan dengan pd awal pengobatan ad/ pasien
dosis pengobatan terpenuhi *
pasien untuk TB ekstra paru
mencari faktor Total dosis Lanjutkan pengobatan dosis yang
penyebab putus pengobatan tersisa sampai seluruh dosis
berobat sebelumnya ≤ 5 pengobatan terpenuhi *
 Periksa dahak SPS bulan
dan melanjutkan Kategori 1 :
Apabila salah satu atau lebih
pengobatan 1. Lakukan pemeriksaan tes cepat
hasilnya BTA positif Total dosis
sementara 2. Berikan Kategori 2 mulai dr awal **
pengobatan
menunggu hasilnya Kategori 2 :
sebelumnya ≥ 5
Lakukan pemeriksaan tes cepat atau
bulan
dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR
***
Tindakan pada pasien yang putus berobat 2 bulan atau lebih (Loss to follow-up)
Keputusan pengobatan selanjutnya ditetapkan oleh dokter tergantung
Apabila hasilnya BTA
 Lacak pasien pada kondisi klinis pasien, apabila:
negatif atau pada
 Diskusikan dengan sudah ada perbaikan nyata: hentikan pengobatan dan pasien tetap
awal pengobatan
pasien untuk diobservasi.  klinis mrnurun, periksa kembali atau
adalah pasien TB
mencari faktor belum ada perbaikan nyata: lanjutkan pengobatan  seluruh dosis
ekstra paru
penyebab putus pengobatan terpenuhi *
berobat Kategori 1
 Periksa dahak SPS Dosis pengobatan sebelumnya < Berikan pengobatan Kat. 1 mulai
dan atau tes cepat 1 bln dari awal
 Hentikan Apabila salah satu Dosis pengobatan sebelumnya > Berikan pengobatan Kat. 2 mulai
pengobatan atau lebih hasilnya 1 bln dari awal
Hasil Pengobatan Pasien TB
Hasil pengobatan Definisi
Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada
awal pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir
Sembuh
pengobatan menjadi negatif dan pada salah satu pemeriksaan
sebelumnya.
Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap
Pengobatan dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhir pengobatan
lengkap hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil pemeriksaan
bakteriologis pada akhir pengobatan.
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
Gagal
atau kapan saja apabila selama dalam pengobatan diperoleh hasil
laboratorium yang menunjukkan adanya resistensi OAT
Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai
Meninggal
atau sedang dalam pengobatan.
Putus berobat Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang
(loss to follow-up) pengobatannya terputus selama 2 bulan terus menerus atau lebih.
Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya.
Termasuk dalam kriteria ini adalah ”pasien pindah (transfer out)” ke
Tidak dievaluasi
kabupaten/kota lain dimana hasil akhir pengobatannya tidak
diketahui oleh kabupaten/kota yang ditinggalkan.
PENULISAN RESEP OAT
TN H, 30 TH, BB=50 KG
• Ɽ/ INH 300 mg no ....
⌡1 dd 1
SEDIAAN: H 300 MG
• Ɽ/ Rifampisin 450 mg no .... R 450MG ; 600 MG
⌡1 dd 1 Z 500MG
E 500MG
• Ɽ/ Etambutol 500 mg no ....
⌡1 dd 2
• Ɽ/ Pirazinamid 500 mg no ....
⌡1 dd 3
Standard 8: Drug Formulations and Doses

• The doses of antituberculosis drugs used


should conform to international
recommendations.
• Fixed-dose combinations (FDC) of two (INH
and RIF), three (INH, RIF and PZA), and four
(INH, RIF, PZA, and EMB) drugs are highly
recommended, especially when medication
ingestion cannot be observed.
Adult Daily Dose of FDC Tabs

Body Weight Initial Phase Continuation


KG [RHZE] Phase [RH]
30-37 2 2

38-54 3 3

55-74 4 4

≥ 75 5 5
TN H, 30 TH, BB= 50 KG

FASE INTENSIF:
Ɽ/ 4 FDC no ....
⌡1 dd 3 TAB

FASE LANJUTAN:
Ɽ/ 2 FDC no ....
⌡1 dd 3 TAB
Keuntungan FDC
mengurangi kesalahan penulisan resep.

Mengurangi jumlah tablet

kepatuhan pasien meningkat

MENGHINDARI MONOTERAPI

Mempermudah penentuan dosis

mengurangi kegagalan & kekambuhan

pengelolaan obat MUDAH


FDC
Doses of first-line antituberculosis drugs in adults and
children
Suspek TB MDR

: semua orang yang mempunyai gejala TB dan memenuhi


salah satu kriteria dibawah ini:

1. Kasus kronik/ gagal pengobatan kategori 2


2. Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak tetap
positif setelah bulan ketiga pengobatan kategori 2
3. Pasien TB yang pernah diobati lebih dari satu bulan
di sarana non DOTS termasuk dengan OAT TB MDR
misalnya fluorquinolon dan kanamisin
4. Pasien gagal pengobatan kategori 1
5. Pasien kategori 1 dengan hasil pemeriksaan dahak
tetap positif setelah bulan ketiga
6. Kasus kambuh (kategori 1 atau 2)
7. Pasien TB kat 1 atau kat 2 yang sudah
berobat > 1 bulan kemudian lalai atau default
datang kembali untuk menjalani pengobatan.
8. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal
dekat dengan pasien TB MDR yang sudah
terkonfirmasi.
9. Pasien TB dengan HIV yang tidak respons
dengan pengobatan
SYMPTOM-BASED APPROACH TO MANAGING SIDE
EFFECTS OF ANTI TB DRUGS
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai