Abstrak
Pendahuluan: Gagal ginjal kronik merupakan sindroma klinis yang muncul
karena penurunan fungsi ginjal secara menetap akibat kerusakan ginjal, berjalan
secara kronis dan progresif. Ditandai dengan terdapatnya petanda kerusakan
ginjal >3 bulan atau terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) <60
ml/men/1,73m2 dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Laporan kasus: Ny. S, 51 tahun merupakan PMB via IGD RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau pada tanggal 26 November 2014 dengan keluhan pusing sejak 4
hari SMRS. 4 hari sebelum masuk RSUD Arifin Ahmad, pasien dirawat di RS
Bengkalis dengan keluhan pusing. Pusing dirasakan berputar, tidak terdapat
nyeri kepala. Pasien juga mengalami mual dan muntah, lemah, lesu, dan nafsu
makan dirasakan menurun. 2 hari SMRS RSUD Arifin Ahmad pasien
mengeluhkan sesak yang dirasakan terus menerus, buang air kecil seperti biasa.
Pasien telah didiagnosis diabetes sejak 2,5 tahun yang lalu, minum obat secara
teratur, dan memiliki riwayat hipertensi. Pasien dirujuk ke RSUD Arifin Achmad
untuk dilakukan cuci darah. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
sedang, kesadaran composmentis, tekanan darah 160/90 mmHg, konjunctiva
anemis, JVP 5+1cm. Pada thorax didapatkan ronkhi halus di basal paru kanan
dan kiri, batas kanan jantung SIK V linea axilla anterior sinistra. Pada abdomen,
nyeri tekan pada epigastrium,hepar teraba 3 jari di bawah arcus costae, shifting
dullness positif. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 6,8 g/dl, hematokrit
21,7 %,leukosit 6600/ul,trombosit 218.000/ul.
Kesimpulan: Pasien didiagnosis sebagai gagal ginjal kronik stadium 5 dengan
diabetes melitus tipe 2 dan hypertension heart disease, serta dispepsia.
Penatalaksanaan penyakit yang mendasari dengan tepat dapat menurunkan laju
progresivitas penurunan faal ginjal.
sangkal. Riwayat alergi dalam keluarga Pada palpasi, vocal fremitus simetris
juga disangkal. normal kanan dan kiri. Pada perkusi
Pasien merupakan seorang ibu terdapat sonor pada semua lapang paru
rumah tangga. Pasien memiliki dan didapatkan batas paru-hepar pada
kebiasaan mengemil, mengkonsumsi SIK VI dextra. Pada auskultasi suara
makanan manis, gorengan dan nafas vesikuler, terdapat ronkhi halus
makanan bersantan. Pasien tidak rajin di basal paru kanan dan kiri, tidak
berolahraga. Kebiasaan menahan ditemukan wheezing.
buang air kecil disangkal. Pemeriksaan jantung, pada
Hasil pemeriksaan umum pada inspeksi ictus cordis tidak terlihat,
pasien didapatkan keadaan umum pada palpasi ictus cordis teraba pada
sedang, kesadaran komposmentis, SIK V linea midclavicula, pada perkusi
tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 84x batas jantung kanan linea sternalis
/ menit reguler dengan pengisian kuat, dextra SIK IV dan batas jantung kiri
suhu 36,3o C, frekuensi nafas 20x / linea axilla anterior sinistra SIC V,
menit reguler dengan jenis pernapasan pada auskultasi bunyi jantung I dan II
normal. Keadaan gizi baik, dengan reguler, tidak ditemukan gallop dan
tinggi badan 150 cm, berat badan 43 murmur.
kg dengan BMI 19,11. Pada pemeriksaan abdomen,
Pada pemeriksaan fisik kepala inspeksi ditemukan perut tampak datar,
dan leher didapatkan konjungtiva tidak ada skar, tidak terdapat venektasi.
anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada Pada auskultasi, bising usus positif
edema pada preorbital. Mukosa bibir normal. Pada palpasi, perut teraba
pucat, tidak kering. Tidak terdapat supel, terdapat nyeri tekan di
pembesaran kelenjar getah bening, dan epigastrium, hepar teraba tumpul tiga
JVP 5+1 cm. jari di bawah arcus costae, lien tidak
Hasil pemeriksaan thoraks teraba, ballotement negatif. Dan pada
paru-paru, pada inspeksi didapatkan perkusi, timpani pada semua region
gerakan dinding dada simetris kanan abdomen, shifting sullness positif,
dan kiri, tidak ada bagian yang nyeri ketok CVA negatif. Pada
tertinggal, dan tidak terdapat retraksi. pemeriksaan ekstremitas didapatkan
tekanan darah 160/90 mmHg, pada 1ampul dan diovan 1x160mg untuk
pemeriksaan jantung, didapatkan batas mengontrol tekanan darah. Diovan
jantung kanan pada SIK V linea axilla merupakan antagonis reseptor
anterior. Pada pemeriksaan EKG, angiotensin (ARB). Penghambat ACE
ditemukan adanya LVH, dan dari dan ARB pada penderita gagal ginjal
pemeriksaan rontgen thorax didapatkan kronik dengan diabetik maupun non
cardiomegali. diabetik memiliki efek dalam
Pada gagal ginjal, hipertensi menurunkan progresivitas penurunan
dan diabetes merupakan penyebab faal ginjal dengan menurunkan tekanan
terbanyak dari gagal ginjal kronik. darah kapiler glomerulus dan filtrasi
Gagal ginjal kronik pada pasien dapat protein.2
terjadi sebagai komplikasi dari Pada pasien diberikan transfusi
hipertensi dan diabetes yang pada PRC 4 unit dan asam folat 3x1 untuk
pasien. perbaikan pada anemia pasien. Hb
Diagnosis dispepsia pada pasien saat ini adalah 6,8 mg/dl.
pasien ditegakkan berdasarkan Pasien diberikan bicnat 3x1
anamnesis adanya keluhan mual dan untuk mengatasi sesak. Sesak pada
muntah, dari pemeriksaan fisik pasien diduga sebagai sindrom
didapatkan adanya nyeri tekan pada uremikum akibat tingginya kadar
epigastrium. ureum di darah, rendahnya kadar pH di
Penatalaksanaan non darah sebagai manifestasi dari gagal
farmakologis pada pasien ini adalah ginjal kronik. Sedangkan,
bedrest dan diberikan diet rendah penatalaksanaan untuk dispepsia pada
garam II, protein 50 gram/hari, dan pasien diberikan injeksi ranitidin 2x1
diet DM 1500 kalori. Diet rendah ampul.
garam diberikan untuk mengontrol KESIMPULAN
tekanan darah pasien, protein pada Pasien didiagnosis sebagai
pasien dengan hemodialisa dapat gagal ginjal kronik stadium 5 dengan
diberikan dengan jumlah normal. diabetes melitus tipe 2 dan
Pada pasien diberikan infus hypertension heart disease. Gagal
NaCl 0,9% tiap 12 jam dengan lasix ginjal kronik merupakan penyakit