2
Diagnosis:
Kriteria Jones (revisi) utk pedoman dlm diagnosis
demam reumatik (1992):
Manifestasi mayor: karditis, poliartritis, korea
Syndenham, eritema marginatum, nodulus subkutan
Manifestasi minor: atralgia, demam, laju endap darah
(LED) naik, Protein C reaktif (CRP) (+), leukositosis,
Pemanjangan interval PR pd EKG
Bukti adanya infeksi streptokok: kenaikan titer antibodi
antistreptokokus (ASTO), usapan farings (+)
Streptococcus beta hemolyticus Group A (SGA),
demam skarlatina yg baru
3
Kriteria WHO thn 2002-2003 utk diagnosis demam
reumatik & peny jtg reumatik (berdasarkan revisi
kriteria Jones):
Kategori diagnostik Kriteria
Demam reumatik serangan pertama 2 mayor atau 1
mayor & 2 minor
+ bukti infeksi
SGA sebelumnya
5
Kategori diagnostik Kriteria
PJR (stenosis mitral murni atau
kombinasi dengan insufisiensi
mitral dan/atau gangguan katup
Aorta) Tidak diperlukan
kriteria lainnya utk
diagnosis sbg PJR
6
Tatalaksana:
1. Tindakan umum & tirah baring
Aktivitas Artritis Karditis minimal Karditis sdg Karditis berat
♥ Tirah
baring 1-2 mgg 2-3 mgg 4-6 mgg 2-4 bln
♥ Aktivitas
dalam
rumah 1-2 mgg 2-3 mgg 4-6 mgg 2-3 bln
♥ Aktivitas
di luar
rumah 2 mgg 2-4 mgg 1-3 bln 2-3 bln
♥ Aktivitas setelah setelah setelah bervariasi
Penuh 6-10 mgg 6-10 mgg 3-6 bln 7
2. Pemusnahan streptokok:
- Eradikasi pd tonsil & farings (= pengobatan
faringitis streptokok):
Benzantin penicillin G, dosis tunggal (1,2 juta
U i.m. utk BB > 30 kg & 600.000 U i.m. bila
BB < 30 kg); juga berfungsi sbg pencegahan
dosis pertama, bila alergi:
Eritromisin 40 mg/kgBB/hari dibagi 2-4
dosis selama 10 hari
Alternatif lain:
Oral penisilin V 2 x 250 mg
Oral sulfadiazin 1 x 1gr
Oral eritromisin 2 x 250 mg
8
3. Pengobatan anti nyeri & anti radang
PATOFISIOLOGI
- Karditis pd demam reumatik dpt mengenai
perikardium miokardium & endokardium; kelainan
menetap hanya pada endokardium terutama katup
tersering mitral & aorta insufisiensi, stenosis
(bila penyakit sudah berlangsung lama)
11
MANIFESTASI KLINIS
- Anamnesis: riwayat demam reumatik waktu
lampau
- Pem fisik: kelainan katup insufisiensi, stenosis
PEM PENUNJANG: Rő toraks, EKG, Eko
KOMPLIKASI: gagal jtg, Endokarditis Bakterial
Subakut, Tromboemboli
TATALAKSANA: tergantung kel katup yg terjadi
PENCEGAHAN: terhadap terjadinya reaktivasi
sesuai dgn pencegahan terhadap Demam Reumatik
Akut
PROGNOSIS: tergantung berat ringannya kelainan
katup
12
GAGAL JANTUNG
Suatu sindrom klinis jtg tdk mampu memompakan
darah dlm jumlah yg cukup utk memenuhi kebutuhan
tubuh, memberikan venous return yg cukup atau
kombinasi kedua hal tsb
KLASIFIKASI:
Kelas I : tdk ada pembatasan aktivitas fisik
aktivitas biasa tidak menimbulkan
kelelahan, dispne atau palpitasi
13
Kelas II : ada pembatasan rigan aktivitas fisik
aktivitas biasa menimbulkan kelelahan,
dispne, palpitasi atau angina
Kelas III : pembatasan aktivitas fisik walaupun
pasien nyaman saat istirahat, sedikit
melakukan aktivitas biasa saja dapat
menimbulkan gejala
Kelas IV : ketidak mampuan untuk melakukan
aktivitas gejala gagal jantung timbul
saat istirahat
14
ETIOLOGI:
Kelainan jtg bawaan atau didapat
- Kelainan jtg bawaan:
saat lahir Hypoplastic left heart syndrome,
Regurgitasi trikuspid berat, Regurgitasi pulmonal
berat, Arteriovenosus (AV) fistula sistemik yg
besar
Minggu pertama TGA, By prematur dgn PDA
besar, TAPVD (Total anomaly pulmonary vein
drainage)
Minggu 1-4 Stenosis aorta berat, Stenosis
pulmonal berat, Koartasio aorta
15
Minggu 4-6 L-R shunt seperti AVSD
Minggu 6-4 bln VSD besar, PDA besar, Anomali
arteri koronaria kiri dari arteri pulmonal
- Kel jtg didapat: ggn metabolik (hipoksia berat &
asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia), Fibroelastosis
endokardial, Miokarditis, Karditis pd demam
reumatik akut, peny. katup pd peny. jtg reumatik,
Kardiomiopati dilatasi idiopatik, Kardiomiopati yg
berhubungan dgn distrofi muskular dan ataksia,
Kardiomiopati oleh karena Doksorobisin
- Penyebab lain: Supraventricular tachycardia (SVT),
Complete heart block, Anemia berat, Hipertensi akut,
Displasia bronkopulmonal, Kor pulmonale akut krn
16
obstruksi jalan napas,
Penyebab gagal jtg pd neonatus yg bukan karena pjb
Penyebab nonkardiak (iskemia miokardium
sementara akibat asfiksia, hipoglikemia, hipokalsemia,
anemia berat, over transfusi atau overhidrasi, sepsis
neonatal); Primary myocardial disease (Miokarditis),
Penyakit miokardial primer (gangguan irama jantung)
PATOFISIOLOGI:
Terdpt 4 faktor yg dpt menerangkan terjadinya gagal
jtg: beban volume (preload), beban tekanan
(afterload), ggn fungsi jtg, denyut jtg
17
MANIFESTASI KLINIS:
- Anamnesis: By tdk kuat menyusui, takipnea, gagal
tumbuh, sering berkeringat di dahi, pada anak besar
terdpt sesak napas trerutama saat aktivitas, mudah
lelah, edema palpebra atau tungkai
- Pem fisis:
respons kompensasi karena fungsi jtg yg menurun
takikardia, irama galop, rangsangan simpatis ↑,
keringat dan kulit dingin/lembab, kardiomegali,
gagal tumbuh;
Bendungan pd vena pulmonalis takipne,
ortopnea, wheezing dan ronki pada auskultasi paru
18
Bendungan vena sistemik JVP ↑, palpebra edema
pd bayi, hepatomegali, edema tungkai (anak besar
jarang pd bayi)
PEM PENUNJANG
- Foto toraks: kardiomegali,
- EKG: membantu menentukan tipe defek, tdk utk
menentukan apakah terdpt gagal jtg atau tidak
- Eko: mengetahui pembesaran ruang jtg & etiologi
PRINSIP PENGOBATAN:
- Penanganan gagal jantung
19
Tujuan terapi menghilangkan gjl kongesti pd paru
maupun sistemik, perbaiki penampilan miokard,
hilangkan faktor pncetus, perbaiki kel anatomi jtg
yg jadi penyebab (paling ideal)
- Terapi ditujukan utk perbaiki: preload (tekanan
pengisian ventrikel), afterload (tekanan arteri &
tahanan terhadap pengosongan ventrikel),
kontraktilitas miokard, kecepatan denyut jantung
- Tatalaksana secara umum:
1. Istirahat: utk mengurangi beban pd miokard &
perbaiki fungsi paru; Tirah baring dgn posisi ½
duduk yaitu dgn mengangkat kepala & bahu
sekurang-kurangnya 45o
20
2. O2 30-50% dgn kelembaban tinggi supaya jalan napas
tidak kering & memudahkan sekresi saluran napas
keluar
3. Sedasi: bila perlu morfin sulfat 0,1-0,2
mg/kg/subkutan (IM), fenobarbital dosis kecil
hati-hati krn dpt sebabkan depresi pernapasan
4. Pembatasan cairan dan garam: by dgn gagal jtg
kongestif yg berat dianjurkan pemberian cairan
sekitar 70-80% kebutuhan
5. Pemantauan hemodinamik yg ketat: pengamatan &
pencatatan secara teratur pd berat badan, kesadaran,
tek darah, frekuensi denyut jtg, pernafasan, nadi
perifer, keseimbangan asam basa
6. Hindari faktor-faktor pencetus: demam antipiretik
& kompres dingin, anemia transfusi darah,
21
Ggn keseimb elektrolit dikoreksi, infeksi
antibiotik adekuat
7. Atasi penyebab dasar: hipertensi anti hipertensi,
aritmia yg serius & mengancam segera lakukan
kardioversi dgn obat-obat atau syok elektrik, anemia
transfusi, miokarditis pd peny jtg reumatik
steroid
8. Ventilasi mekanik: diberikan pd gagal jtg yg berat yg
disertai dgn gagal napas
9. Pemberian obat anti gagal jtg:
● Diuretik utk kurangi preload:
- Furosemid (p.o.) 1-2 mg/kgBB/dosis dalam 1-3
dosis ; i.v. 0,5-2 mg/kgBB/dosis, 2-4 kali perhari);
22
- Spironolakton (p.o.) 1 mg/kgbb/dosis atau
2-3 mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis
efek samping diuretik hipokalemia,
alkalosis hipkloremia
● Vasodilator kurangi preload (golongan
venodilator) &/atau afterload (golongan
arteriodilator:
- Kaptopril (p.o.) neonatus (0,1-1,4 mg/kgbb/dosis
1-4 x/hari); bayi (0,5-6mg/kgBB/hari); Anak: 12,5
mg/dosis, 1-2 x/hari)
● Digitalis (Digoksin) efek inotropik dlm menambah
kekuatan & kecepatan kontraksi ventrikel; juga
mengurangi tonus simpatis, menurunkan resistensi
sistemik dgn vasodilator perifer serta menurunkan
23
frekuensi denyut jantung meningkatkan curah
jantung;
Dosis Digoksin 20 µg/kg p.o atau i.v. (prematur),
30 (cukup bulan), 40 (bayi), 20-30 (anak besar),
maksimum 1 mg;
Separuh dosis digitalisasi diberikan sebagai dosis
awal, dilanjutkan dengan ¼ dosis digitalisasi tiap 8
atau 12 jam setelah dosis awal, dosis rumat ± ¼ dosis
digitalisasi, diberikan 2 kali sehari tiap 12 jam,
dimulai 8-12 jam setelah dosis digitalisasi terakhir;
Kontraindikasi pemberian digitalis: Kardiomiopati
hipertrofik, blok jantung komplit, tamponade jantung
24
25