Anda di halaman 1dari 25

1

DEMAM REUMATIK AKUT (DRA) &


PENYAKIT JANTUNG REUMATIK (PJR)
 Prevalensi PJR Indonesia 0,3-0,8 anak sekolah 5-15
thn
 DRA penyebab utama peny jtg didapat anak 5 thn –
dewasa muda negara berkembang dgn keadaan sosio
ekonomi rendah & lingkungan buruk
 DRA  kel imunologik yg terjadi akibat reaksi
lambat infeksi Streptococcus beta hemolyticus Group
A di faring, biasanya timbul 1-5 minggu (rerata 3
minggu) setelah infeksi tsb

2
 Diagnosis:
Kriteria Jones (revisi) utk pedoman dlm diagnosis
demam reumatik (1992):
Manifestasi mayor: karditis, poliartritis, korea
Syndenham, eritema marginatum, nodulus subkutan
Manifestasi minor: atralgia, demam, laju endap darah
(LED) naik, Protein C reaktif (CRP) (+), leukositosis,
Pemanjangan interval PR pd EKG
Bukti adanya infeksi streptokok: kenaikan titer antibodi
antistreptokokus (ASTO), usapan farings (+)
Streptococcus beta hemolyticus Group A (SGA),
demam skarlatina yg baru
3
Kriteria WHO thn 2002-2003 utk diagnosis demam
reumatik & peny jtg reumatik (berdasarkan revisi
kriteria Jones):
Kategori diagnostik Kriteria
Demam reumatik serangan pertama 2 mayor atau 1
mayor & 2 minor
+ bukti infeksi
SGA sebelumnya

Demem reumatik serangan rekuren


Tanpa PJR 2 mayor atau 1
mayor & 2 minor +
bukti infeksi SGA
sebelumnya
4
Kategori diagnostik Kriteria
Demam reumatik serangan rekuren
Dengan PJR 2 minor
+ bukti infeksi
SGA sebelumnya

Korea Sydenham Tidak diperlukan


kriteria mayor
lainnya atau bukti
infeksi SGA

5
Kategori diagnostik Kriteria
PJR (stenosis mitral murni atau
kombinasi dengan insufisiensi
mitral dan/atau gangguan katup
Aorta) Tidak diperlukan
kriteria lainnya utk
diagnosis sbg PJR

(sumber: WHO, 2004)

6
Tatalaksana:
1. Tindakan umum & tirah baring
Aktivitas Artritis Karditis minimal Karditis sdg Karditis berat
♥ Tirah
baring 1-2 mgg 2-3 mgg 4-6 mgg 2-4 bln
♥ Aktivitas
dalam
rumah 1-2 mgg 2-3 mgg 4-6 mgg 2-3 bln
♥ Aktivitas
di luar
rumah 2 mgg 2-4 mgg 1-3 bln 2-3 bln
♥ Aktivitas setelah setelah setelah bervariasi
Penuh 6-10 mgg 6-10 mgg 3-6 bln 7
2. Pemusnahan streptokok:
- Eradikasi pd tonsil & farings (= pengobatan
faringitis streptokok):
Benzantin penicillin G, dosis tunggal (1,2 juta
U i.m. utk BB > 30 kg & 600.000 U i.m. bila
BB < 30 kg); juga berfungsi sbg pencegahan
dosis pertama, bila alergi:
Eritromisin 40 mg/kgBB/hari dibagi 2-4
dosis selama 10 hari
Alternatif lain:
Oral penisilin V 2 x 250 mg
Oral sulfadiazin 1 x 1gr
Oral eritromisin 2 x 250 mg

8
3. Pengobatan anti nyeri & anti radang

Artritis Karditis ringan Karditis sedang Karditis berat


Prednison 0 0 0 2-6 mgg
Aspirin 1-2 mgg 3-4 mgg 6-8 mgg 2-4 bln

● Dosis: Prednison : 2 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis


Aspirin : 100 mg/kgBB/hari, dibagi 4-6 dosis
Dosis prednison di tappering off pd minggu terakhir pemberian
dan mulai diberikan aspirin
Setelah minggu ke-2 aspirin diturunkan 60 mg/kgBB/hari
● Karditis: minimal  tdk jelas ditemukan kardiomegali
sedang  kardiomegali ringan
berat  jelas terdpt kardiomegali + gagal jantung
9
 Pencegahan:
Sekunder: Benzantin penisilin G 600.000 U i.m. ( BB
< 30 kg) & 1,2 juta U i.m. (BB > 30 kg) setiap 28 hr,
pilihan lain:
Penisilin V p.o. 2 x 125-250 mg
Sulfadiazin 1 g p.o. sekali
Eritromisin 2 x 250 mg p.o.
Diberikan pd demam reumatik akut, termasuk korea
tanpa peny. Jtg. reumatik
Lama pencegahan sampai usia 21-25 thn pd pasien
tanpa bukti kelainan katup, bukan pasien dgn resiko
tinggi (guru, perawat, dokter); kel katup (+) 
seumur hidup
10
PENYAKIT JANTUNG
REUMATIK (PJR)
 Merupakan kelainan jantung yg menetap akibat
demam reumatik sebelumnya

 PATOFISIOLOGI
- Karditis pd demam reumatik dpt mengenai
perikardium miokardium & endokardium; kelainan
menetap hanya pada endokardium terutama katup
 tersering mitral & aorta  insufisiensi, stenosis
(bila penyakit sudah berlangsung lama)
11
 MANIFESTASI KLINIS
- Anamnesis: riwayat demam reumatik waktu
lampau
- Pem fisik: kelainan katup  insufisiensi, stenosis
 PEM PENUNJANG: Rő toraks, EKG, Eko
 KOMPLIKASI: gagal jtg, Endokarditis Bakterial
Subakut, Tromboemboli
 TATALAKSANA: tergantung kel katup yg terjadi
 PENCEGAHAN: terhadap terjadinya reaktivasi
sesuai dgn pencegahan terhadap Demam Reumatik
Akut
 PROGNOSIS: tergantung berat ringannya kelainan
katup
12
GAGAL JANTUNG
 Suatu sindrom klinis  jtg tdk mampu memompakan
darah dlm jumlah yg cukup utk memenuhi kebutuhan
tubuh, memberikan venous return yg cukup atau
kombinasi kedua hal tsb

 KLASIFIKASI:
Kelas I : tdk ada pembatasan aktivitas fisik
 aktivitas biasa tidak menimbulkan
kelelahan, dispne atau palpitasi
13
Kelas II : ada pembatasan rigan aktivitas fisik 
aktivitas biasa menimbulkan kelelahan,
dispne, palpitasi atau angina
Kelas III : pembatasan aktivitas fisik  walaupun
pasien nyaman saat istirahat, sedikit
melakukan aktivitas biasa saja dapat
menimbulkan gejala
Kelas IV : ketidak mampuan untuk melakukan
aktivitas  gejala gagal jantung timbul
saat istirahat

14
 ETIOLOGI:
Kelainan jtg bawaan atau didapat
- Kelainan jtg bawaan:
saat lahir  Hypoplastic left heart syndrome,
Regurgitasi trikuspid berat, Regurgitasi pulmonal
berat, Arteriovenosus (AV) fistula sistemik yg
besar
Minggu pertama  TGA, By prematur dgn PDA
besar, TAPVD (Total anomaly pulmonary vein
drainage)
Minggu 1-4  Stenosis aorta berat, Stenosis
pulmonal berat, Koartasio aorta
15
Minggu 4-6  L-R shunt seperti AVSD
Minggu 6-4 bln  VSD besar, PDA besar, Anomali
arteri koronaria kiri dari arteri pulmonal
- Kel jtg didapat: ggn metabolik (hipoksia berat &
asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia), Fibroelastosis
endokardial, Miokarditis, Karditis pd demam
reumatik akut, peny. katup pd peny. jtg reumatik,
Kardiomiopati dilatasi idiopatik, Kardiomiopati yg
berhubungan dgn distrofi muskular dan ataksia,
Kardiomiopati oleh karena Doksorobisin
- Penyebab lain: Supraventricular tachycardia (SVT),
Complete heart block, Anemia berat, Hipertensi akut,
Displasia bronkopulmonal, Kor pulmonale akut krn

16
obstruksi jalan napas,
Penyebab gagal jtg pd neonatus yg bukan karena pjb
 Penyebab nonkardiak (iskemia miokardium
sementara akibat asfiksia, hipoglikemia, hipokalsemia,
anemia berat, over transfusi atau overhidrasi, sepsis
neonatal); Primary myocardial disease (Miokarditis),
Penyakit miokardial primer (gangguan irama jantung)

 PATOFISIOLOGI:
Terdpt 4 faktor yg dpt menerangkan terjadinya gagal
jtg: beban volume (preload), beban tekanan
(afterload), ggn fungsi jtg, denyut jtg

17
 MANIFESTASI KLINIS:
- Anamnesis: By tdk kuat menyusui, takipnea, gagal
tumbuh, sering berkeringat di dahi, pada anak besar
terdpt sesak napas trerutama saat aktivitas, mudah
lelah, edema palpebra atau tungkai
- Pem fisis:
respons kompensasi karena fungsi jtg yg menurun
 takikardia, irama galop, rangsangan simpatis ↑,
keringat dan kulit dingin/lembab, kardiomegali,
gagal tumbuh;
Bendungan pd vena pulmonalis  takipne,
ortopnea, wheezing dan ronki pada auskultasi paru
18
Bendungan vena sistemik  JVP ↑, palpebra edema
pd bayi, hepatomegali, edema tungkai (anak besar 
jarang pd bayi)

 PEM PENUNJANG
- Foto toraks: kardiomegali,
- EKG: membantu menentukan tipe defek, tdk utk
menentukan apakah terdpt gagal jtg atau tidak
- Eko: mengetahui pembesaran ruang jtg & etiologi

 PRINSIP PENGOBATAN:
- Penanganan gagal jantung

19
Tujuan terapi menghilangkan gjl kongesti pd paru
maupun sistemik, perbaiki penampilan miokard,
hilangkan faktor pncetus, perbaiki kel anatomi jtg
yg jadi penyebab (paling ideal)
- Terapi ditujukan utk perbaiki: preload (tekanan
pengisian ventrikel), afterload (tekanan arteri &
tahanan terhadap pengosongan ventrikel),
kontraktilitas miokard, kecepatan denyut jantung
- Tatalaksana secara umum:
1. Istirahat: utk mengurangi beban pd miokard &
perbaiki fungsi paru; Tirah baring dgn posisi ½
duduk yaitu dgn mengangkat kepala & bahu
sekurang-kurangnya 45o
20
2. O2 30-50% dgn kelembaban tinggi supaya jalan napas
tidak kering & memudahkan sekresi saluran napas
keluar
3. Sedasi: bila perlu  morfin sulfat 0,1-0,2
mg/kg/subkutan (IM), fenobarbital dosis kecil 
hati-hati krn dpt sebabkan depresi pernapasan
4. Pembatasan cairan dan garam: by dgn gagal jtg
kongestif yg berat dianjurkan pemberian cairan
sekitar 70-80% kebutuhan
5. Pemantauan hemodinamik yg ketat: pengamatan &
pencatatan secara teratur pd berat badan, kesadaran,
tek darah, frekuensi denyut jtg, pernafasan, nadi
perifer, keseimbangan asam basa
6. Hindari faktor-faktor pencetus: demam  antipiretik
& kompres dingin, anemia  transfusi darah,

21
Ggn keseimb elektrolit  dikoreksi, infeksi 
antibiotik adekuat
7. Atasi penyebab dasar: hipertensi  anti hipertensi,
aritmia yg serius & mengancam  segera lakukan
kardioversi dgn obat-obat atau syok elektrik, anemia
 transfusi, miokarditis pd peny jtg reumatik 
steroid
8. Ventilasi mekanik: diberikan pd gagal jtg yg berat yg
disertai dgn gagal napas
9. Pemberian obat anti gagal jtg:
● Diuretik  utk kurangi preload:
- Furosemid (p.o.)  1-2 mg/kgBB/dosis dalam 1-3
dosis ; i.v. 0,5-2 mg/kgBB/dosis, 2-4 kali perhari);

22
- Spironolakton (p.o.) 1 mg/kgbb/dosis atau
2-3 mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis
efek samping diuretik  hipokalemia,
alkalosis hipkloremia
● Vasodilator  kurangi preload (golongan
venodilator) &/atau afterload (golongan
arteriodilator:
- Kaptopril (p.o.)  neonatus (0,1-1,4 mg/kgbb/dosis
1-4 x/hari); bayi (0,5-6mg/kgBB/hari); Anak: 12,5
mg/dosis, 1-2 x/hari)
● Digitalis (Digoksin)  efek inotropik dlm menambah
kekuatan & kecepatan kontraksi ventrikel; juga
mengurangi tonus simpatis, menurunkan resistensi
sistemik dgn vasodilator perifer serta menurunkan
23
frekuensi denyut jantung meningkatkan curah
jantung;
Dosis Digoksin  20 µg/kg p.o atau i.v. (prematur),
30 (cukup bulan), 40 (bayi), 20-30 (anak besar),
maksimum 1 mg;
Separuh dosis digitalisasi diberikan sebagai dosis
awal, dilanjutkan dengan ¼ dosis digitalisasi tiap 8
atau 12 jam setelah dosis awal, dosis rumat ± ¼ dosis
digitalisasi, diberikan 2 kali sehari tiap 12 jam,
dimulai 8-12 jam setelah dosis digitalisasi terakhir;
Kontraindikasi pemberian digitalis: Kardiomiopati
hipertrofik, blok jantung komplit, tamponade jantung

24
25

Anda mungkin juga menyukai