Anda di halaman 1dari 7

Analisis Kebijakan Publik

Analisis Kebijakan Publik


“Maraknya Kejahatan Seksual Pada
Anak di Indonesia”

Nama : Idham Khalid


Prodi : Pekerjaan Sosial
1. Mengidentifikasi masalah kebijakan (masalah sosial)

Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup


manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Namun Indonesia
saat ini berada dalam kondisi kritis terhadap kasus kekerasan terhadap
anak, sudah berapa kali dalam setiap harinya kita disuguhkan berita
diberbagai media tentang kekerasan yang terjadi pada anak, entah itu
kekerasaan fisik, seksual, emosional maupun yang lainnya.
Apa yang akan terjadi dengan bangsa Indonesia ini jika anak terus
didiskriminasi oleh orang-orang yang berprilaku diluar batas moral.
Kasus-kasus seperi ini tentunya membutuhkan bayak perhatian dari
berbagai kalangan untuk mengantisipasi agar tidak terjadi lagi pada
generasi-generasi yang akan datang
2. Mengumpulkan bukti tentang masalah
Data yang dikumpulkan oleh Pusat Data dan Informasi Komisi Nasional
Perlindungan Anak Indonesia dari tahun 2010 hingga tahun 2014 tercatat
sebanyak 21.86.9.797 kasus pelanggaran hak anak yang tersebar di seluruh
indonesia.
 Sebesar 42-58% dari pelanggaran hak anak itu, katanya, merupakan
kejahatan seksual terhadap anak. Selebihnya adalah kasus kekerasan fisik,
dan penelantaran anak.
 Pada tahun 2010, ada 2.046 kasus, diantaranya 42% kejahatan seksual.
 Pada tahun 2011 terjadi 2.426 kasus (58% kejahatan seksual),
 Pada tahun 2012 ada 2.637 kasus (62% kejahatan seksual).
 Pada 2013, terjadi peningkatan yang cukup besar yaitu 3.339 kasus, dengan
kejahatan seksual sebesar 62%.
 Sedangkan pada tahun 2014 (Januari-April), terjadi sebanyak 600 kasus
atau 876 korban, diantaranya 137 kasus.
3. Mengkaji penyebab masalah
Berbagi macam bentuk kekerasan seksual yang telah melanda
anak (18 tahun kebawah ) disebabkan oleh berbagai macam
faktor, antara lain:
• Kurangnya kontor orang tua terhadap anak, baik terhadap
lingkungan sekolah maupun lingkungan sosial lainnya.
• Keadaan keluarga yang tidak harmonis.
• Kurangnya pengetahuan keluarga maupun lingkungan
sosialnya tentang hak-hak seorang anak.
• Beredarnya vidio-vido fornografi di berbagai media massa
tanpa ada filtrasi.
4. Mengevaluasi kebijakan yang ada
Masalah kekerasan anak yang terus meningkat tiap tahunnya,
walau kebijakan sudah bertingkat-tingkat namun masih tak
mampu mengurangi jumlah kekerasan anak tiap tahunnya. UU
RI No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, pada Pasal
20 mengatakan “Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua atau Wali berkewajiban
dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
Perlindungan Anak”.
Namun pada kenyataannya, UU ini masih belum maksimal
dalam mewujudkan sebuah bentuk tanggung jawabnya dalam
penyelenggaraan perlindungan anak, baik oleh negara,
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, keluarga, maupun
orang tua .
5. Mengembangkan alternatif kebijakan

 Kewajiban bagi setiap anggota keluarga, masyarakat, dan


pemerintah untuk berpihak pada anak dan menegakkan
peraturan tentang perlindungan anak tanpa memendang kasta.
 Memberikan layanan rehabilitasi sosial yang komprehensif,
tanpa biaya, bagi anak-anak korban kekerasan dan pelanggaran
hak.
 Penyediaan fasilitas (rumah perlindungan sosial anak)
rehabilitasi sosial di berbagai kota kabupaten.
6. Menyeleksi alternatif kebijakan terbaik
Pemilihan alternatif kebijakan:
 Mewajibkan diri bagi setiap anggota keluarga,
masyarakat, dan pemerintah untuk berpihak, serta
melindungi anak dari berbagai persoalan
kekerasan.
 Memberikan layanan rehabilitasi sosial yang
komprehensif, tanpa biaya, bagi anak-anak korban
kekerasan dan pelanggaran hak.
 Penyediaan fasilitas (rumah perlindungan sosial
anak) rehabilitasi sosial di berbagai kota
kabupaten.

Anda mungkin juga menyukai