Oleh :
XXVII-N
Pembimbing :
Dr. dr. Mohamad Isa, Sp. P (K) | dr. H. Adenan, M.Kes | dr. Fathia Arsyana, Sp. KFR |dr. Rahmiati, M. Kes, Sp. MK
1
PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS Mycobacterium tuberculosis
Gejala sisa yang paling sering ditemukan Patogenesis timbulnya SOPT sangat
yaitu gangguan faal paru dengan kompleks, kemungkinan
kelainan obstruktif yang memiliki penyebabnya adalah akibat infeksi
gambaran klinis mirip Penyakit Paru TB yang dipengaruhi oleh reaksi
Obstruktif Kronik (PPOK). Inilah yang imunologis perorangan sehingga
dikenal sebagai Sindrom
Obstruksi terjadi mekanisme makrofag aktif
yang menimbulkan reaksi
Pasca TB (SOPT) peradangan nonspesifik yang luas
DATA PASIEN
IDENTIFIKASI PASIEN
• Nama : Ny.I
• Usia : 56 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Jl. Kelayan B Gg Harapan Mulia RT 21
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
ANAMNESIS
2008:
Keluhan batuk muncul kembali,
1998:
disertai keluar dahak bercampur Desember 2018 :
Batuk berdahak kuning
darah, keringat malam, penurunan Batuk berdahak muncul,
kental, disertai darah.
berat badan. semakin memberat, tidak
Sesak nafas, muncul
Pasien kemudian didiagnosis TB relaps bercampur darah, sesak
perlahan dan semakin
dan menjalani pengobatan sampai nafas muncul sejak satu
parah, keringat malam
tuntas. Dan dinyatakan sembuh minggu
2016: 2016 :
Keluhan batuk
Desember 2018
Pasien masuk IGD Ulin
muncul perlahan Banjarmasin dan dirawat Keluhan tidak ada
semakin memberat, selama 5 hari di ruang dahlia
berdahak, darah (+) paru kemudian diberikan obat Home visite, Intervensi
minum selama 9 bulan, obat
suntik 2 bulan
PEMERIKSAAN FISIK KU: sedang ,CM
TD: 130/100mmHg, N :118x/menit,
RR: 32x/menit, T (aksila): 36.7oC, SpO2:
27 Desember 2018 97%
TB: 152 cm BB: 27 kg IMT : 11
Kepala
CA : (-), SI: (-)
Leher
I : Peningkatan
Pulmo
JVP (-)
I : simetris, retraksi (-)
P: fremitus ka=ki P : kaku kuduk (-),
P: sonor pulmo dex & sin pembesaran KGB &
A: vesikuler +/+, rhonkhi (+) tiroid (-)
basah kasar, wheezing (-/-),
stridor (-/-)
Cor
I : IC tak tampak
P : IC teraba di SIC V 3cm lateral LMCS
Abdomen
P : RHM ICS IV 2cm lat LPS dex, LHM ICS
I : hiperpigmentasi (-), simetris, V LAA sin
kemerahan (-) distensi (-) A : S1-2 reguler, bising (-)
P : tidak teraba massa, splenomegali (-
), hepatomegali (-), nyeri (-)
P : timpani Extremitas
Auskultasi : bising usus (+) normal Edema : - -
- -
Akral hangat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LAB HEMATOLOGI
18 DESEMBER 2018
Laboratorium • Hasil :
Darah
• Anemia
(18-12-2018)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
MIKROBIOLOGI
20 DESEMBER 2018
• Pada
pemeriksaan
Sputum BTA BTA SPS
SPS didapatkan
BTA - - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RONTGEN THORAX AP
• Kesan :
• Terdapat
jaringan fibrotik
Radiologi pada apex
paru sinistra
dan gambaran
atelektasis paru
PEMERIKSAAN PENUNJANG
GENE EXPERT
22 DESEMBER 2018
• Hasil :
• MTB Not
GENE Detected (Tidak
EXPERT ditemukan
adanya MTB)
STATUS KESEHATAN KELUARGA
No Nama Hubungan Umur L/P Tingkat Pekerjaan Agama Ket
dengan KK Pendidikan
PERUMAHAN
EKONOMI
PELAYANAN KESEHATAN
1,5 m
1,5 m
Kamar = 2,5 x 2,5 m
Lorong =
1,5 x 2,5
EKONOMI
PELAYANAN KESEHATAN
Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kelayan
Timur Tahun 2017
PENGAMATAN
PELAYANAN KESEHATAN
Tabel 2. Jumlah Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kelayan Timur Tahun 2017
PENGAMATAN
Individu dengan status ekonomi yang rendah memiliki risiko status gizi
yang kurang sehingga mempengaruhi sistem imun, lingkungan rumah
yang padat penduduk, rumah dengan ventilasi yang kurang,
kelembaban rumah yang tinggi, dan polusi udara di dalam ruangan,
sehingga memiliki risiko yang lebih besar untuk terinfeksi TB. Lingkungan
tempat tinggal pasien yang padat dan keadaan rumah pasien yang
lembab serta kurang penerangan dari cahaya matahari juga menjadi
risiko terhadap penyakit TB yang diderita pasien.
Banjarmasin sebagai
Wilayah Lahan Basah
Pada laporan kasus kali ini, SOPT pada pasien ini tidak berkaitan dengan kondisi lahan
basah di Banjarmasin, dan secara khusus daerah tempat tinggal pasien di Kelayan Timur.
Pemeriksaan
Fisik
Anamnesis
Pemeriksaan
Penunjang
Seorang Penderita
dengan
Sindrom Obstruktif Pasca
Tuberkulosis Pelayanan
Kesehatan
Lingkungan
Perilaku
Psikososial
Pengetahuan
Pasien pada laporan kasus kali ini awalnya didiagnosis dengan suspek TB
Relaps. Namun diagnosis ini disingkirkan karena hasil BTA pasien negatif.
• Pilihan terapi untuk SOPT, adalah:10,11 • selama dirawat di bangsal paru dahlia RSUD
• Bronkodilator: Ulin Banjarmasin, pasien mendapatkan
• golongan antikolinergik : ipratropium terapi ceftazidime , ranitidin, furosemide,
bromida (0,5mg) NACl caps, dan combivent nebul.
• golongan agonis β-2 : salbutamol (2,5mg) • Terapi yang diberikan sesuai dengan teori
dimana diberikan bronkodilator yaitu
• kombinasi : ipratropium bromida (0,5mg)
combivent nebul.
dengan salbutamol (2,5mg) nebulasi
• Namun pasien tidak diberikan antiinflamasi,
• golongan xantin : aminofilin (200mg)10
padahal inflamasi merupakan patogenesis
• Antiinflamasi : prednison atau terjadiny SOPT pada pasien ini. Antiiflmasi
metilprednisolon tidak diberikan pada pasien ini karena
• Anti-oksidan : N-acetyl cystein steorid akan memberikan efek
• Antibiotika (hanya diberikan jika terdapat imunodepresan sehingga dikhawatirkan
infeksi) : golongan β-lactam dan makrolid akan menyebabkan relaps. Pasien juga
• Terapi oksigen mendapatkan antioksidan dan antibiotika
• Rehabilitasi medik9 sesuai dengan teori. Pasien mendapatkan
terapi dari rehabilitasi medik dimana pasien
diberikan latihan pernapasan. 11,12
Pursed lip breathing
COUGHING
EXERCISE
Paduan OAT kategori 2 ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya yaitu : pasien kambuh, pasien gagal, pasien dengan pengobatan
setelah putus berobat (default).
Tahap Lanjutan 3
kali seminggu Berat
Tahap Intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275) + S
Berat badan RH (150/150) +
E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
2 tab 4KDT + 500 mg 2 tab 2KDT + 2 tab
30-37 kg 2 tab 4KDT
Streptomisin inj. Etambutol
3 tab 4KDT + 750 mg 3 tab 2KDT + 3 tab
38-54 kg 3 tab 4KDT
Streptomisin inj. Etambutol
4 tab 4KDT + 1000 mg 4 tab 2KDT + 4 tab
55-70 kg 4 tab 4KDT
Streptomisin inj. Etambutol
5 tab 4KDT + 1000mg 5 tab 2KDT + 5 tab
≥71 kg 5 tab 4KDT
Streptomisin inj. Etambutol
Pasien pada laporan kasus kali ini pernah mendapatkan pengobatan OAT Kategori 2
akibat mengalami TB relaps
Pasien pada laporan kasus kali ini, tinggal bersama kedua cucunya.
Oleh karena itu perlu dilakukan Investigasi Kontak (IK) pada kedua
anak di rumah pasien.
Pada saat dilakukan IK dengan menggunakan skoring TB anak.
Didapatkan skor 0 sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan namun perlu tetap diwaspadi dan dilakukan pemeriksaan
penunjang karena kedua anak tersebut pernah kontak langsung
dengan pasien yang mengidap TB.
Anemia dilaporkan terjadi pada 16-94% pasien dengan TB paru. Pasien pada laporan
kasus kali ini mengalami anemia yang sudah dibuktikan dengan hasil lab yaitu kadar
hemoglobin 9 g/dl. Anemia pada pasien ini adalah anemia karena penyakit kronis
namun perlu digali lebih dalam penyakit lain yang menyebabkan anemia pada pasien
ini
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. Jakarta. 2016.
Sadewo, Satrio Wahyu, et.al,. Gambaran Status Anemia pada Pasien Tuberkulosis Paru di Unit Pengobatan Penyakit Paru-Paru Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2010-2012. FK Universitas Tarumanegara. Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016.
DIAGNOSIS HOLISTIK
KOMPREHENSIF DAN
INTERVENSI
DIAGNOSIS HOLISTIK KOMPREHENSIF DAN INTERVENSI
Diagnosis Aspek Personal dan Intervensi
No Diagnosis Aspek Personal Intervensi
1. Daya tahan tubuh pasien yang Meningkatkan daya tahan tubuh dengan aktifitas seperti olahraga
rendah ringan secara rutin dan terkontrol, serta memberikan edukasi
tentang peningkatan imunitas tubuh
2 Status gizi yang buruk Edukasi mengenai gaya hidup sehat seperti mendapatkan asupan
gizi yang baik dan cukup
3. Pasien tinggal dengan menantunya Memberikan penekanan pada pasien agar tidak terpapar oleh
yang perokok aktif asap rokok dan memberikan edukasi mengenai efek samping dari
paparan rokok
4. Pengetahuan pasien yang kurang 1. Konseling kepada pasien tentang faktor risiko penyebab
mengenai penyakit yang di derita kambuh nya TB paru
adalah kekembuhan dari penyakit 2. Edukasi dan motivasi mengenai kekambuhan pada pasien
yang sudah pernah di alami pasien harus seger ditangani agar terjadi perbaikan penyakit pasien.
Dan tidak menjadi komplikasi yang lebih lanjut
5. Pengetahuan yang kurang tentang 1. Konseling mengenai penyakit TB pada pasien yang
penyakit TB Paru yang dapat menimbulkan gejala sisa
menimbulkan gejala sisa 2. Menyarankan kepada pasien untuk tidak melakukanaktivitas
berat
3. Terkontrolselalu melakukan latihan napas (breathing control)
dan melakukanlatihan fisik
DIAGNOSIS HOLISTIK KOMPREHENSIF DAN INTERVENSI
Diagnosis Risiko Internal dan Intervensi
6. Pengetahuan yang kurang mengenai 1.Konseling mengenai pencegahan dan penularan penyakit TB yang
pentingnya tindakan pengobatan berdampak pada orang disekitarnya dalam satu komunitas
preventif dibandingkan kuratif 2. Pemberian obat profilaksis INH (Isoniazide) pada balita dan anak usia
>5th sesuai dengan pedoman penatalaksanaan TB Nasional
7 Pengetahuan yang kurang tentang Konseling mengenai penyakit SOPT yang diakibatkan oleh gejala sisa TB
gejala sisa pada TB paru yaitu SOPT dapat menimbulkan keluhan sesak pada pasien sehingga pasien dapat
mengurangi keluhan dengan cara:
saat pasien akan tidur malam, pasien disarankan untuk menggunakan
posisioning atau posisi saat tidur yang tepat guna menjaga bronkus atau
menghindari penumpukan mukus pada saluran pernapasan, yaitu
dengan posisi kepala lebih rendah dari pada dada dan pasien
disarankan untuk banyak mengkonsumsi air putih
8 Pengetahuan yang kurang tentang Konseling kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi berupa
efektivitas terapi gizi terhadap tinggi kalori dan tinggi protein
perkembangan perbaikan klinis SOPT
DIAGNOSIS HOLISTIK KOMPREHENSIF DAN INTERVENSI
Diagnosis Risiko Eksternal dan Psikososial dan Intervensi
No Diagnosis Risiko Eksternal Intervensi
dan Psikososial
1. Psikososial keluarga : 1. Memberikan edukasi kepada keluarga
keluarga kurang memahami mengenai gejala sisa penyakit TB dan edukasi
tentang penyakit pasien mengenai pentingnya peran keluarga terhadap
tentang gejala sisa TB paru, kesembuhan pasien
namun memberi dukungan 2. Mengingatkan pasien untuk melakukan
yang baik serta bersedia fisioterapi untuk mengurangi gejala yang
menjadi pengawas minum membuat pasien tidak nyaman seperti timbulnya
obat sesak napas
2. Lingkungan tempat tinggal : 1. Memberikan edukasi terhadap seluruh anggota
keadaan rumah dengan keluarga terhadap pentingnya menjaga
ventilasi dan pencahayaan kebersihan, khususnya kebersihan rumah.
serta kepadatan hunian 2. Memberikan edukasi mengenai pentingnya
yang tidak sesuai dengan pencahayaan dan ventilasi
kriteria rumah sehat
DIAGNOSIS HOLISTIK KOMPREHENSIF DAN INTERVENSI
3. Lingkungan sekitar: riwayat Memberikan edukasi mengenai tindakan preventif
kontak dengan tetangga untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
yang mengalami batuk dari orang lain.
lama