Anda di halaman 1dari 38

Implementasi Pancasila dalam Pembuatan

Kebijakan Negara dalam Bidang Politik,


Pertahanan, dan Keamanan
Kelompok 6:
1. Nicholas Yusuf Suranta Panjaitan (03031381823075)
2. Jefrey Husadha (03031381823095)

Dosen Pengajar:
Ir. Maryana Hamzah, S.U. (195402041980102001)
Dr. Ir. Hj. Maryati Mustofa Hakim, M.Si. (195304201983032001)

Teknik Kimia
FT-UNSRI PALEMBANG
2018
Apa Itu Implementasi Pancasila?

Implementasi Pancasila adalah hal-hal yang mewujudkan


nilai moral yang terkandung di dalam pancasila sebagai norma etik
di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kemudian nilai moral ini dijabarkan secara rinci di dalam peraturan
perundangan hukum serta dijadikan sebagai landasan dasar
manusia dalam bertingkah dan berperilaku.
Peran Dari Implementasi Pancasila Ialah:
1. Mengembangkan pola fikir dan pola tindak berdasar pada konsep,
prinsip, dan nilai yang terkandung dalam Pancasila
2. Mengembangkan sikap dan perilaku dalam mempertahankan dan
menjaga kelestarian Pembukaan UUD 1945
3. Mengembangkan kemampuan mengoperasionalisasikan demokrasi
dan HAM berdasarkan Pancasila
4. Mengembangkan kemampuan dalam penyusunan peraturan
perundang- undangan yang sejalan dan tidak bertentangan dengan
Pancasila sebagai dasar negara
Tujuan dari Implementasi Pancasila dalam
Pembuatan Kebijakan Negara
1. Masyarakat memahami secara mendalam apa itu konsep,
prinsip, dan nilai Pancasila dalam pembuatan kebijakan Negara
2. Masyarakat memiliki keyakinan akan ketangguhan, ketepatan,
dan kebenaran Pancasila sebagai ideologi nasional, pandangan
hidup bangsa, dan dasar negara dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia
3. Masyarakat memiliki pemahaman, kemauan dan kemampuan
mengimplementasikan Pancasila dalam pembuatan kebijakan
Negara.
Sasaran Implementasi Pancasila dalam
Pembuatan Kebijakan Negara
Berdasarkan kesepakatan bangsa, Pancasila adalah dasar negara dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka konsekuensinya setiap warganegara
harus memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung di
dalam Pancasila. Pada dasarnya setiap warga negara telah memiliki
pemahaman terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, dengan
latar belakang pengalaman dan pendidikan masing-masing. Demi efektivitas
dan efisiensi, perlu dipilih kelompok sasaran yang strategis yang mempunyai
dampak yang tinggi, antara lain :
• elit politik;
• insan pers;
• anggota legislatif, eksekutif dan yudikatif baik pusat maupun daerah;
• tokoh agama, pemuda, adat; dan
• Pengusaha
Dengan harapan agar mereka dapat menjadi teladan dalam
mengimplementasikan pancasila untuk masyarakat luas.
Implementasi Pancasila dalam
Pembuatan Kebijakan Negara
dalam Bidang Politik
Pokok-pokok pikiran persatuan, keadilan sosial,
kedaulatan rakyat, dan Ketuhanan Yang Maha Esa yang
terkandung dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945
merupakan pancaran dari Pancasila. Empat pokok pikiran
tersebut mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum
dasar negara, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945.
Aspek-aspek dari bidang politik dituangkan dalam:
1. Pasal 26
2. Pasal 27 ayat (1)
3. Pasal 28
1. Pasal 26
• Pasal 26 ayat (1) dengan tegas mengatur siapa-siapa saja yang
dapat menjadi warga negara Republik Indonesia. Selain orang
berkebangsaan Indonesia asli, orang berkebangsaan lain yang
bertempat tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai tanah
airnya dan bersikap setia kepada Negara Republik Indonesia yang
disahkan oleh undang-undang sebagai warga negara dapat juga
menjadi warga negara Republik Indonesia
• Pasal 26 ayat (2) menyatakan bahwa penduduk ialah warga Negara
Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
2. Pasal 27
Pasal 27 ayat (1) menyatakan kesamaan
kedudukan warga negara di dalam hukum dan
pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. Ketentuan
ini menunjukkan adanya keseimbangan antara hak dan
kewajiban, dan tidak ada diskriminasi di antara warga
negara baik mengenai haknya maupun mengenai
kewajibannya.
3. Pasal 28
Pasal 28 menetapkan hak warga negara dan penduduk
untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya, yang diatur dengan
undang-undang. Dalam ketentuan ini, ditetapkan adanya tiga
hak warga negara dan penduduk yang digabungkan menjadi
satu, yaitu: hak kebebasan berserikat, hak kebebasan
berkumpul, dan hak kebebasan untuk berpendapat.
Pasal 26, 27 ayat (1), dan 28 di atas adalah
penjabaran dari pokok- pokok pikiran kedaulatan rakyat
dan kemanusiaan yang adil dan beradab yang masing-
masing merupakan pancaran dari sila keempat dan
kedua Pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah
landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di
negara Republik Indonesia.
Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Politik Dalam
Nilai-Nilai Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki makna sebagai berikut:
• Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab
• Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk
agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda
sehingga terbina kerukunan hidup
• Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing
• Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada
orang lain.
Banyak sekali kebijakkan-kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam
politik luar negerinya yang berhubungan dengan hal kepercayaan atau
agama. Implementasinya dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia yaitu
tergabungnya Indonesia dalam organisasi Konferensi Islam yang mana
organisasi ini terbentuk karena Tindakan dari Zionis yang membakar Masjidil
Aqso di yerussalem karena melukai umat islam mengingat penduduk
Indonesia mayoritas memeluk agama islam dan Indonesia juga menjadi tuan
rumah dan pemrakarsa Konferensi Internasional Ulama sedunia pada bulan
April 2007 di Bogor. Disini para ulama sedunia menyuarakan penghentian
kekerasan di Irak, Lebanon dan Palestina. Pertemuan itu mengeluarkan
pernyataan agar Amerika Serikat tidak menjadi pemecah-belah umat Islam di
Timur Tengah yang ditenggarai para ulama sebagai alasan tidak
terselesaikannya perdamaian di dunia Arab. Keaktifan Indonesia dalam
dialog antar agama baik domestic maupun internasional menandakan
Indonesia mengupayakan agar terciptanya toleransi antar umat Bergama.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab memiliki makna:
• Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia
• Saling mencintai sesama manusia
• Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
• Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
masyarakat Dunia Internasional dan dengan itu harus
mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
Sila ini sangat berkaitan sekali dengan Penegakan Ham
banyak sekali kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam
politik luar negeri yaitu telah meratifikasi Konvenan
Internasional tentang Hak ekonomi sosial dan budaya dan
Konvenan internasional tentang hak Sipil dan politik.
Kemudian, kepercayaan Internasional kepada Indonesia
menjadikan Indonesia sebagai ketua Komisi HAM tahun 2006
dan terpilih kembali menjadi Dewan HAM dalam periode satu
tahun 2006-2007 dan membantu rakyat palestina dalam
memperjuangkan kemerdekaanya, serta mengirim pasukan
perdamaian di kongo.
3. Persatuan Indonesia memiliki makna:
• Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
ber-Bhinneka Tunggal Ika
• Membina rasa persatuan dan kesatuan
• Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama
di atas kepentingan pribadi dan golongan
• Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Sila Ini sangat berkaitan sekali dengan Politik
bebas aktif karena dengan adanya politik bebas aktif
sendiri Indonesia bebas untuk berteman dengan
Negara manapun dan aktif dalam menjaga perdamaian
agar terciptanya persatuan antara Negara-negara.
Contoh nyatanya ialah berdirinya Asean dan gerakan
Non Blok karena adanya rasa kebersamaan dan
persatuan diantara Negara-negara yang pernah
terjajah.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan memiliki makna:

• Mengutamakan budaya rembuk atau musyawarah dalam


mengambil keputusan yang berhubungan dengan
kebijakan politik luar negeri
• Berembuk atau bermusyawarah sampai mencapai
konsensus atau kata mufakat diliputi dengan semangat
kekeluargaan
• Tidak memaksakan kehendak kepada Negara lain.
Setiap kebijakan luar negeri Indonesia harus
dimusyawarahkan terlebih dahulu sebelum adanya keputusan
akhir agar tercapainya mufakat. Dilakukannya musyawarah
agar semua pihak mengetahui dan tidak ada yang dirugikan.
Contohnya ialah ketika terjadi sengketa antara Indonesia dan
Malaysia sebelum dibawa ke Mahkamah Internasional terlebih
dahulu dilakukan perundingan dalam menyelesaikan sengketa.
Dan ketika kasus ini dimenangkan Malaysia, Indonesia
menerima keputusan bahwa sipadan dan ligitan milik
Malaysia. Indonesia menghormati hasil dari sebuah keputusan
dan tidak memaksakan kehendaknya.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
memiliki makna
• Bersikap adil terhadap sesame
• Tidak membeda-bedakan rakyat
• Mengakomodasikan kepentingan rakyat Indonesia ke
dunia internasional dan hasilnya harus dirasakan secara
adil untuk rakyat Indonesia
• Menjunjung tinggi prinsip persamaan hokum
Setiap kebijakan politik luar negeri Indonesia harus
mementingkan kepentingan rakyat bukan kepentingan pihak-pihak
tertentu. Harus adil dimana tidak ada perbedaan-perbedaan.
Kebijakan luar negeri yang di keluarkan memang berdasarkan
aspirasi dari masyarakat.
Contohnya: impor beras yang dilakukan pemerintah
Indonesia dari Negara Thailand. Hal itu dilakukan karena stok
cadangan beras tidak bisa mencukupi konsumsi nasional. Hal ini
bisa menggangu ketahanan pangan bila tidak mengimpor.
Kebijakan politik ini sudah cukup adil karena guna menjaga harga
beras agar stabil agar seluruh masyarakat Indonesia dapat
menjangkau harga tersebut.
Contoh Implementasi Pancasila dalam Pembuatan
Kebijakan Negara Dalam Bidang Politik yang Berada
di Dalam Negeri
1. Pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa:
• Menjauhi hal – hal yang bertentangan dengan nilai agama selama
menjalankan tugas sebagai pejabat
• Tidak mengahalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawan politik
• Pemerintah Indonesia tidak mengakui adanya kebebasan untuk
tidak memeluk agama
• Pemerintah menjamin kebebasan kepada warga negara untuk
memeluk agama sesuai dengan keyakinan masing-masing.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
• Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia. Hal tersebut
bahkan diatur dalam undang-undang
• Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia adalah salah
satu bentuk bahwa negara melindungi dan membela hak asasi tiap
warga Negara
• Negara Indonesia bersifat monodualis, yaitu memfasilitasi peran
warga negara sebagai individu sekaligus sebagai makhluk social
• Negara mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban warga
negara dalam bidang politik.
3. Persatuan Indonesia
• Pemerintah mampu menerapkan persatuan, kesatuan, dan
keselamatan bangsa sebagai kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi
• Menghindari isu SARA dalam persaingan politik
• Memupuk rasa cinta tanah air dan menjaga nama baik Indonesia
dalam kegiatan politik Internasional.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
• Penerapan pemilihan langsung dalam sistem pemilihan umum di
Indonesia
• Adanya Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah
yang mewakili suara rakyat dalam ranah politik Indonesia
• Pengambilan kebijakan politik selalu diputuskan dengan sistem
musyawarah mufakat yang melibatkan pimpinan dan perwakilan
rakyat
• Pihak oposisi menghormati dan tetap melaksanakan kebijakan
yang telah ditetapkan sebagai wujud penghormatan pada hasil
musyawarah mufakat.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
• Penetapan kebijakan politik yang lebih menjunjung kepentingan
umum daripada kepentingan pribadi atu golongan
• Tidak menggunakan kekuasaan politik untuk hal – hal yang bersifat
pribadi
• Undang-undang ditaati oleh semua warga negara termasuk
perwakilan rakyat dan pemimpin tanpa kecuali
• Pemimpin harus berperan aktif dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial.
Implementasi Pancasila dalam
Pembuatan Kebijakan Negara
dalam Bidang Pertahanan dan
Keamanan (Hankam)
1. Pasal 27 ayat (3)

• Pasal 27 ayat (3) menetapkan bahwa setiap warga negara


berhak dan wajib untuk ikut serta dalam pembelaan
negara. Dalam ketentuan ini, hak dan kewajiban warga
negara merupakan satu kesatuan, yaitu bahwa untuk
turut serta dalam aksi bela negara pada satu sisi
merupakan hak asasi manusia, namun pada sisi lain
merupakan kewajiban asasi manusia.
2. Pasal 30
• Pasal 30 ayat (1) menyatakan hak dan kewajiban setiap warga
negara ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara. Ketentuan ini menunjukkan bahwa usaha pertahanan
dan keamanan negara adalah hak dan kewajiban asasi
manusia.
• Pasal 30 ayat (2) menyatakan bahwa usaha pertahanan dan
keamanan Negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
• Pasal 30 ayat (3) ini juga dijelaskan bahwa Tentara Nasional
Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan
Udara, sebagai alat Negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
• Pasal 30 ayat (4) menyatakan Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum.
• Pasal 30 ayat (5) menyatakan susunan dan kedudukan Tentara
Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-
syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan
dan keamanan diatur dengan undang-undang.
Pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 di atas adalah penjabaran dari
pokok pikiran persatuan yang merupakan pancaran dari sila pertama
Pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang
pertahanan keamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran pokok pikiran persatuan tersebut, maka
implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang pertahanan keamanan harus diawali dengan kesadaran bahwa
Indonesia adalah negara hukum. Dengan demikian dan demi tegaknya
hak-hak warga negara, diperlukan peraturan perundang-undangan
negara untuk mengatur ketertiban warga Negara dan dalam rangka
melindungi hak-hak warga negara. Dalam hal ini, segala sesuatu yang
terkait dengan bidang pertahanan keamanan harus diatur dengan
memperhatikan tujuan Negara untuk melindungi segenap wilayah dan
bangsa Indonesia.
Kebijakan-Kebijakan Pemerintah
Dalam Bidang Pertahanan dan
Keamanan Dalam Nilai-Nilai
Pancasila
A. Sila pertama dan kedua yang berbunyi Ketuhanan Yang
Maha Esa, dan Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab:
Pertahanan dan keamanan negara diatur dan dikembangkan
menurut dasar kemanusiaan, bukan kekuasaan. Dengan kata lain,
pertahanan dan keamanan Indonesia berbasis pada moralitas
kemanusiaan sehingga kebijakan yang terkait dengannya harus
terhindar dari pelanggaran hak-hak asasi manusia. Secara sistematis,
pertahanan keamanan negara harus berdasar pada tujuan tercapainya
kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
B. Persatuan Indonesia
Berdasar pada tujuan untuk mewujudkan kepentingan
seluruh warga sebagai warga Negara.
C. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan
derajat serta kebebasan kemanusiaan.
D. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Ditujukan untuk terwujudnya keadilan dalam hidup
masyarakat.
Semua sila ini dimaksudkan agar pertahanan dan keamanan
dapat ditempatkan dalam konteks Negara hukum, yang menghindari
kesewenang-wenangan Negara dalam melindungi dan membela
wilayah negara dan bangsa, serta dalam mengayomi masyarakat.
Ketentuan mengenai empat aspek kehidupan bernegara,
sebagaimana tertuang ke dalam pasal-pasal UUD NRI tahun 1945
tersebut adalah bentuk nyata dari implementasi Pancasila sebagai
paradigma pembangunan atau kerangka dasar yang mengarahkan
pembuatan kebijakan negara dalam pembangunan.
Contoh Implementasi Pancasila dalam Pembuatan
Kebijakan Negara Dalam Bidang Pertahanan dan
Keamanan
• Menjaga kerukunan antar warga di Negara Indonesia
• Ikut serta menjadi abdi negara guna menjadi pilar keamanan dan
pertahanan
• Ikut serta dalam mencegah adanya bentrok antar warga yang
dapat menimbulkan kegaduhan di Negara Indonesia
• Tidak mudah terprovokasi oleh oknum-oknum yang ingin
memecah belah keutuhan Negara Kesatuan Replublik Indonesia.
Kesimpulan
Pancasila dan undang-undang dasar Negara Replublik Indonesia
adalah pandangan hidup bangsa. Pancasila dan undang-undang dasar Negara
Replublik Indonesia juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan
negara Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan Pancasila
dan undang-undang dasar Negara Replublik Indonesia sebagai perjuangan
utama dalam kehidupankemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan.
Oleh karena itu bidang politik,pertahanan ,dan keamanan negara
harus mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
pancasila dan juga pasal dalam undang-undang dasar Negara Replublik
Indonesia. Dan akhirnya agar negara benar-benar meletakan pada fungsi
yang sebenarnya sebagai suatu negara hokum, bukannya suatu negara yang
berdasarkan atas kekuasaan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai