Anda di halaman 1dari 59

Laporan Kasus

KATARAK TRAUMATIKA

Muhammad Abdillah, S.Ked


NIM : 71 2017 047

Pembimbing Klinik:
dr. H. Ibrahim, Sp.M

SMF ILMU PENYAKIT MATA


RS MUHAMMDIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITA MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak  opasitas lensa, istilah berasal dari bahasa
yunani “katarraktes” (air terjun)  anggapan bahwa
katarak adalah cairan beku yang berasal dari cairan otak
yang mengalir didepan lensa.

Katarak traumatik  oleh trauma okuli perforans atau non


perforans.
- Cahaya infra merah (glass-bloer’s cataract), sengatan listrik,
dan radiasi ionisasi penyebab katarak traumatik yang jarang
terjadi.

Gangguan pada lensa : kekaburan penglihatan tanpa


nyeri. Pemeriksaan  ketajaman penglihatan , slitlamp,
oftalmoskop, penlight & lup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Fisiologi



Lensa : suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna
& hampir transparan sempurna, tidak memiliki inervasi
persarafan
Anatomi

“ Lensa

Di belakang iris, digantung oleh zonula zinni, terdiri dari serab


ut lembut tetapi kuat, menghubungkan dengan korpus siliare.

Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus; di sebelah
posteriornya, vitreus.

Disusun oleh kapsul, epitel lensa, korteks, dan nukleus.


Fisiologi

“ Fungsi utama lensa :


• Memfokuskan berkas cahaya ke retina
• Memfokuskan cahaya yang datang dari jauh  otot-otot sil
iaris berelaksasi, menegangkan serat zonula dan memperk “
ecil diameter enteroposterior lensa sampai ke ukuran yang
terkecil

Daya refraksi lensa diperkecil hingga berkas cahaya pararel a


kan terfokus ke retina.
EPIDEMIOLOGI
• Sekitar 2,5 juta cedera pada mata terjadi setiap tahun di Amerika serikat. Diperkirakan bahw
a 4-5% dari pasien dating karena cedera ocular. Katarak traumatik  sekuel trauma ocular
akut, subakut, atau lambat.

• Trauma  penyebab terbanyak kebutaan monocular <45 tahun.


Rasio laki-laki & perempuan pada kasus 4:1. Cedera mata yang disebabkan oleh pekerjaan dan ol
ahraga paling sering  anak-anak dan pria dewasa muda.
Patofisiologi
1. Trauma okuli non perforans

2. Trauma okuli perforans


Trauma Okuli Non Perforans
• Terkadang munculnya katarak akan tertunda bahkan selama beberapa tahun

• Trauma okuli non perforans  mekanisme coup dan countercoup

• Permukaan anterior mata terkena pukulan  pemendekan anterior-posterior


dengan cepat disertai oleh ekspansi equatorial. Peregangan equatorial  me
ngganggu kapsul lensa, sonulla

• Kombinasi dari coup, countercoup, dan ekspansi equatorial  katarak traum


atik setelah trauma okuli non perforans
Trauma Okuli Perforans
• Luka perforasi di mata  risiko menderita katarak lebih tinggi
• Jika objek yang menembus mata melewati kornea tanpa menyentuh lensa
 lensa dapat bertahan & tidak terjadi katarak

• Luka tembus  pecahnya kapsul lensa, dengan keluarnya serat lensa ke r


uang anterior. Jika kapsul lensa orang dewasa ruptur  jaringan fibrosis &
plak putih oleh fibrosis  menyumbat pupil

• Trauma okuli perforans yang mengenai kapsul lensa  opasifikasi kortikal.


Jika lubangnya cukup besar, keseluruhan lensa  opak dengan cepat, jika
lukanya kecil  katarak kortikal dapat berhenti dan tetap terlokalisasi
Trauma Okuli Non Perforans
• Trauma tumpul bertanggung jawab dalam mekanisme coup dan contrecop

• Mekanisme coup  mekanisme dengan dampak langsung. Ini akan mengak


ibatkan cincin Vossius ( pigmen iris tercetak ) dan kadang-kadang ditemuk
an pada kapsul lensa anterior setelah trauma tumpul.

• Mekanisme contrecoup menunjuk kepada cedera yang jauh dari tempat tr


auma yang disebabkan oleh gelombang energi yang berjalan sepanjang ga
ris sampai kebelakang
Trauma okuli

1. Luka memar/tumpul
2. Luka tusuk/perforasi
3. Radiasi
4. Kimia
Luka Memar/Tumpul

Cincin Vossius Katarak Stellata


Luka Tusuk/Perforasi

cincin Soemering mutiara Elschnig


Radiasi

Trauma termal, misalnya panas, listrik, sinar las, sinar matahari :

 Gangguan molekuler dengan perubahan patologi  kromatolisis sel  Vaso


paralisa  aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari
pembuluh darah maka trerjadi edema. Reaksi jaringan biasanya terjadi robeka
pada kornea, sklera dan sebagainya.
Manifestasi Klinik
• Mengeluhkan pandangan kabur biasanya bertambah buruk jika melihat obje
k yang jauh secara mendadak

• Monocular diplopia. Silau juga menjadi gejala yang sering muncul. Pasien m
engeluhkan bahwa tidak dapat melihat dengan baik dalam keadaan terang
Manifestasi Klinik
1. Penurunan ketajaman visus
2. Silau
3. Sensitivitas kontras
4. Pergeseran miopia
5. Diplopia monokuler
Tanda Objektif dari Hasil Pemeriksaan Fisik Oftalmologikus

• Visus dan pupil, adanya RAPD (defek pupil aferen relatif) menunjukkan ad
anya neurpoati optic post trauma ataupun lesi besar di retina ataupun mak
ula
• Gerakan bola mata, fraktur orbital atau kelumpuhan saraf akibat trauma
• Tekanan bola mata, glaukoma sekunder dan perdarahan retrobulbar
• Bilik mata depan, hifema, iritis, sudut sempit, iridodonesis, sudut tertutup
Tanda Objektif dari Hasil Pemeriksaan Fisik Oftalmologikus

• Lensa, subluksasi, dislokasi, robek kapsul ( anterior dan posterior ), katar


ak ( bentuk dan jenis ), edema, fakodenesis
• Vitreous, ada tidaknya perdarahan, lepasnya vitreous posterior
• Fundus, lepasnya retina, ruptur koroid, komosio retina, perdarahan prere
tinal, perdarahan intraretinal, perdarahan subretina.
• Tampak kekeruhan lensa dalam bermacam bentuk dan tingkat. Kekeruhan
ini ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa : korteks dan nukleus.
Opasifikasi kortikal komplet Gambaran katarak kortikal focal oleh trauma
setelah trauma okuli perforans tusuk yang kecil di lensa
Gambaran rosette cataract pada katarak traumati
k disebabkan trauma tumpul
Pemeriksaan Penunjang

 Funduskopi
 B-scan
Pemeriksaan ini dilakukan jika kita tidak dapat melihat kutub posterior lensa
 A-scan
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum kita melakukan ekstraksi katarak
 CT scan orbita
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah terjadi fraktur orbita dan apakah terdapat benda asing p
ada mata.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang terbaik untuk katarak traumatik adalah operasi dan apabila tidak
terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang karena akibat
pengaruh trauma tersebut

Indikasi untuk dilakukan operasi pada katarak traumatik, antara lain:


 Penurunan visus yang berat
 Hambatan penglihatan karena proses patologis pada bagian posterior
 Inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya glaukoma
 Rupture kapsul dengan edema lensa
 Keadaan patologis okular lain yang disebabkan trauma dan membutuhkan tindakan bedah
Operasi Katarak Traumatik
Pengangkatan lensa
 Ekstraksi Lensa Intrakapsular
Mengeluarkan lensa secara bersama-sama dengan kapsul lensa.
Indikasi:
Apabila ditemui kondisi seperti:
1. Katarak dengan stadium intumesen, hipermatur, dan katarak luksasi
2. Apabila pada operasi EKEK ditemukan zonula Zini tidak utuh

Kontraindikasi:
Operasi katarak intra kapsuler merupakan kontraindikasi absolut apabila ditemukan keadaan berikut:
1. Anak-anak dan remaja
2. Ruptur kapsul traumatik
• Ekstraksi Lensa Ekstrakapsular
• Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi

2. Penanaman lensa baru


Pencegahan
• Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
• Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa men
utup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan bas
ah
• Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut
Komplikasi
Komplikasi katarak traumatik yang dapat terjadi, antara lain:
• Dislokasi lensa dan subluksasio umumnya ditemukan pada penyakit yang berhubung
an dengan katarak traumatik
• Komplikasi lainnya yang terkait adalah fakolitik, fakomorfik, blok pupil, dan gluko
ma; uveitis facoanafilaktik; lepasnya retina; rupture koroid; hifema; perdarahan re
trobulbar; neuropati optic traumatik; dan rupture bola mata.
• Komplikasi segera setelah pascaoperasi adalah fibrinous uveitis dan komplikasi pasc
a operasi yang lambat adalah kekeruhan lensa posterior
Prognosis

Prognosis sangat bergantung kepada luasnya trauma yang terjadi pada saat terjadin
ya trauma dan kerusakan yang terjadi akibat trauma.
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS Nama : Ny. YP Ruang : IR 10/ B.4
Autoanamnesis dan Alloanamnesis Umur : 35 tahun Kelas : 3

Nama Lengkap : Ny. FT


Tempat dan Tanggal Lahir : -
Umur : 35 tahun
Agama : Islam Identifikasi
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Komplek Taman Sari Blok B No.16, Banyuasin I,
Banyuasin, Sumatera Selatan.
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Dokter yang Merawat : dr. H. Ibrahim, Sp.M
Dokter Muda : Muhammad Abdillah, S.Ked
ANAMNESIS
Tanggal Pemeriksaan : 21 Januari 2018
Keluhan Utama :
Mata Kabur

Keluhan Tambahan :
Seperti melihat asap, muntah, nyeri ulu hati.
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik RSMP dengan keluhan pengelihatannya
menjadi kabur sejak ± 2 tahun yang lalu. Hal ini dirasakan pasien secara
perlahan, semakin lama semakin memburuk. Kurang lebih 8 tahun yang lalu
pasien bekerja di salah satu perusahaan swasta di bagian pengeringan kayu
selama ± 5 tahun. Setiap hari ketika pasien bekerja 6 hari dalam seminggu,
pasien terpapar panas dari mesin, debu, dan serbuk kayu selama ± 7 jam dalam
sehari kerja, pasien bekerja hanya menggunakan sarung tangan dan masker,
pasien tidak pernah menggunakan kacamata pelindung. Nyeri mata kanan (-),
mata merah (-).
Pasien tidak mengeluhkan gatal, rasa mengganjal (-), silau (-).Riwayat
menderita katarak (-). Riwayat diabetes dan hipertensi disangkal. Pasie
n berobat ke poliklinik RSMP tanggal 03 Januari 2019, setelah dilakukan
pemeriksaan pasien direncakanan untuk operasi katarak pada mata kan
an. Setelah operasi pasien mengalami muntah sebanyak 4 kali dalam 2
hari pasca operasi. Muntah apa yang dimakan, tidak menyemprot. Men
urut pasien, pandangan matanya sudah mengalami banyak kemajuan. K
eluhan ini baru pertama kali dialami oleh pasien dan keluhan ini tidak
pernah di alami sejak ia kecil.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
• Keluhan Serupa (-)
• Trauma pada mata (-)
• Hipertensi (-)
• Diabetes Mellitus (-)
• Trauma kepala (-)
• Asma (-)
• Allergi (-)

3. Riwayat Penyakit Keluarga


• Keluhan Serupa (-)
• Hipertensi (+) : Ayah pasien
• Diabetes Mellitus (+) : Ibu pasien
• Asma (-)
• Allergi (-)
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah: 120/70 mmHg
- Nadi : 86x/menit
- Laju Napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,5o C
BAB IV
ANALISA KASUS
Analisa Kasus
• Pada anamnesis Pasien datang ke poliklinik RSMP dengan keluhan pengeli
hatannya menjadi kabur sejak ± 2 tahun yang lalu. Hal ini dirasakan pasie
n secara perlahan, semakin lama semakin memburuk. Kurang lebih 8 tahu
n yang lalu pasien bekerja di salah satu perusahaan swasta di bagian pen
geringan kayu selama ± 5 tahun. Setiap hari ketika pasien bekerja 6 hari
dalam seminggu, pasien terpapar panas dari mesin, debu, dan serbuk kay
u selama ± 7 jam dalam sehari kerja, pasien bekerja hanya menggunakan
sarung tangan dan masker, pasien tidak pernah menggunakan kacamata p
elindung. Nyeri mata kanan (-), mata merah (-). Pasien tidak mengeluhka
n gatal, rasa mengganjal (-), silau (-).Riwayat menderita katarak (-). Riw
ayat diabetes dan hipertensi disangkal.
Analisa Kasus
• Pasien berobat ke poliklinik RSMP tanggal 03 Januari 2019, setelah dilaku
kan pemeriksaan pasien direncakanan untuk operasi katarak pada mata k
anan. Setelah operasi pasien mengalami muntah sebanyak 4 kali dalam 2
hari pasca operasi. Muntah apa yang dimakan, tidak menyemprot. Menur
ut pasien, pandangan matanya sudah mengalami banyak kemajuan. Keluh
an ini baru pertama kali dialami oleh pasien dan keluhan ini tidak pernah
di alami sejak ia kecil.
Analisa Kasus
• Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
• Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa men
utup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan bas
ah
• Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut
Analisa Kasus
Gangguan penglihatan  kekeruhan pada lensa yang diakibatkan terjadinya
katarak setelah pasien mengalami trauma okuli secara perlahan. Kekeruhan
lensa terjadi akibat dari lubang pada lensa yang disebabkan oleh trauma ya
ng mengalami proses penyembuhan  opasitas pada lensa.

Pemeriksaan fisik pada mata kiri pemeriksaan dengan slit lamp pada mata ki
ri lensa terlihat keruh. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui bahwa telah te
rjadi katarak juga pada lensa mata kiri yang pernah mengalami trauma non
perforans sesuai dengan pathogenesis yang terjadi.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis pada pasien ini dapat diarahkan ke dia
gnosis katarak traumatik et causa trauma okulus non perforans.
SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan kasus di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa :

Diagnosis pasien adalah Katarak Traumatika e.c Okulus Non Perforans OD. Hal ini didasarkan
pada anamnesis dengan keluhan pengelihatannya menjadi kabur sejak ± 2 tahun yang lalu. H
al ini dirasakan pasien secara perlahan, semakin lama semakin memburuk. Pasien bekerja di
bagian pengeringan kayu selama ± 5 tahun. Pasien bekerja 6 hari dalam seminggu, pasien ter
papar panas dari mesin, debu, dan serbuk kayu selama ± 7 jam dalam sehari kerja  sesuai d
engan teori Mekanisme contrecoup menunjuk kepada cedera yang jauh dari tempat trauma y
ang disebabkan oleh gelombang energi yang berjalan sepanjang garis sampai kebelakang pasi
en bekerja hanya menggunakan sarung tangan dan masker, pasien tidak pernah menggunakan
kacamata pelindung.

Nyeri mata kanan (-), mata merah (-). Pasien tidak mengeluhkan gatal, rasa mengganjal (-), s
ilau (+). Riwayat menderita katarak sebelumnya (-)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai