Anda di halaman 1dari 46

BIKO

PERSALINAN
NORMAL
 Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya
serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir dimulai
ketika kontraksi uterus scr regular dan diakhiri dengan
proses lahirnya bayi dan keluarnya plasenta
 Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi
1. Pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)
2. Lahir spontan
3. Presentasi belakang kepala
4. Berlangsung dalam 18-24 jam
5. Tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
1. Letak Janin/ Situs 3. Presentasi Janin
Hubungan antara sumbu panjang Bagian terendah dalam rongga
janin dengan sumbu panjang ibu
panggul
a. Transversal/ situs memanjang
b. Situs melintang
a. Presentasi kepala
c. Oblique/ situs miring b. Presentasi bokong
c. Presentasi kaki
2. Posisi Janin d. Presentasi lutut
Pada pemeriksaan luar (leopold) e. Presentasi bahu
dengan menentukan kepala
diatas/bawah, letak puka/puki
LAMA KEHAMILAN
 280 hari atau 42 minggu atau 10 bulan (lunar month)
 Abortus (<20minggu)
 Prematur (20-36minggu)
 Term (37-42minggu)
 - Early term (37-38minggu)
 - Full term (39-40minggu)
 - Late term (41-42minggu)
 Post term/ serotinus (>42minggu)
 Postdate (>40minggu)
TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN

1. TANDA PRESUMTIF :
 Amenore
 Emesis (mual dan atau muntah), hyperemesis
 Tidak tahan bau-bauan, pingsan
 Anoreksia, lelah
 Payudara membesar dan tegang
 Sering bak
 Obstipasi  ambeien
 Epulis (hipertrofi gusi)
 Kloasma gravidarum (hyperpigmentasi kulit), varises
TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN

2. TANDA KEMUNGKINAN HAMIL :


 Perut membesar
 Uterus membesar baik bentuk, besar dan konsistensi rahim
 Tanda hegar (perlunakan isthmus)
 Tanda chadwik (kebiruan pada vulva vagina serviks karena
peningkatan vaskularisasi)
 Tanda piscasseck
 Brackton his contraction (mules palsu)
 Teraba ballotemen
 Test kehamilan positif (plano test)
TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN
3. TANDA PASTI:
 Ax  Gerakan janin (mulai terasa UK 16minggu)
 PF  Teraba bagian janin
 DJJ /denyut jantung janin (laennec, doppler)
DJJ sudah bisa terdengar saat UK >12minggu (Doppler),
UK >20minggu (Laennec)
DJJ 120-160 (normal), <120(fetal bradikardi), >160
(fetal takikardi)
Cara hitung DJJ  1 menit
DJJ = 4x (hitung 5-5-5 detik)
atau 4x (11+12+13)=136 (selisih beatnya tidak boleh >2)
 USG
DIAGNOSA BANDING
1. Hamil palsu (pseudocyesis)  factor psikologis
- Gejala sama dengan kehamilan
- Pemeriksaan perut tidak membesar
- Tanda kehamilan (-)
- Plano test (-)
2. Mioma uteri / tumor Rahim  ppv, usia diluar
produksi,uterus membesartp tidak teraba bag janin
3. Kista ovari
4. Kandung kemih penuh / retensi urin
5. Hematometra  kumpulan darah haid di cavum uteri
ec stenosis vagina / serviks. Hematocolpos 
kumpulan darah haid di vagina
FASE-FASE PROSES PERSALINAN
 KALA I
 KALA II
 KALA III
 KALA IV
KALA I
KALA I
Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap.
 Dimulai waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus teratur, makin
lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran lendir
darah
 Berakhir waktu pembukaan serviks telah lengkap (10cm)  bibir portio tidak
dapat diraba
 Proses ini berlangsung antara 18-24 jam
 Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada akhir kala I
 Fase laten (± 8 jam) : pembukaan sampai mencapai 4 cm, berlangsung
 Fase aktif (7jam) : pembukaan dari 4 cm sampai 10cm. Terdiri dari :
- Fase akselerasi (± 2 jam)
- Fase dilatasi maksimal (± 2 jam)
- Fase deselerasi (± 2 jam)
KALA I

Peristiwa penting pada kala I :


1. Keluar lendir darah (bloody show)  lepasnya
mucous plug, terbukanya vaskular pembuluh darah
serviks, pergeseran antara selaput ketuban dgn
dinding dalam uterus
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka 
serviks menipis dan mendatar
3. Selaput ketuban pecah spontan
4. Pada primi (± 20 jam), pada multi (± 14 jam)
MANAJEMEN KALA I

 Pendampingan oleh keluarga


 Perhatikan asupan nutrisi untuk persiapan kala II
 Dianjurkan jalan-jalan dan menjaga kebersihan diri
(mandi) apabila ketuban belum pecah
 Ajarkan baring miring kiri
 Kala I fase laten (pembukaan <4 cm) umumnya selama
8 jam
 Kala I fase aktif (pembukaan 4-10 cm) umumnya
terjadi pembukaan 1 cm/ jam (6 jam)
KALA II
Kala II

 Pengeluaran bayi
 Dimulai pembukaan serviks telah lengkap
(10cm)
 Berakhir  saat bayi telah lahir lengkap
 Biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam
pada multi
 His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama,
sangat kuat
KALA II

Peristiwa penting pada kala II :


1. His datang 4-5 kali dalam 10 menit, lama his 40-
50 detik
2. Bagian terbawah janin turun hingga dasar panggul
3. Ibu mengedan terus-menerus, anus membuka,
perineum menonjol, vulva membuka  DORJAN,
TEKNUS, PERJOL
MANAJEMEN KALA II

A. Pengenalan Kala II
 Setelah pembukaan lengkap, maka mulailah kala II dan
pasien secara khas merasa ingin mengejan dan dengan
adanya penurunan bagian terbawah janin akan
mendorong terjadinya defekasi. Kontraksi uterus yang
didukung dengan tenaga mengejan ibu akan
berlangsung sekitar 1½ menit dan akan berulang
dengan interval tidak lebih dari 1 menit.
 Rata-rata durasi kala II adalah 50 menit pada
nullipara, dan 20 menit pada multipara, namun
interval ini juga sangat bervariasi.
MANAJEMEN KALA II

B. Pemeriksaan Dalam
Persalinan kala II ditegagkkan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala
janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
Hal-hal yang harus dipantau antara lain :
 Pembukaan lengkap, porsio tidak teraba
 Penurunan Hodge III+ atau ketinggian 3+
 Penunjuk/ denominator UUK kiri atau kanan atas
 Selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah
MANAJEMEN KALA II

C. Pimpinan Kala II
 Setiap ada his, pimpin ibu mengedan pada fase acme
atau puncak his dan minta ibu untuk menarik lipat
sendi lutut dengan mengaitkan pada lipat siku agar
tekanan abdomen menjadi efektif
 Istirahatkan ibu apabila his menghilang, letakkan
kembali tungkai ibu di atas ranjang persalinan dan
dengar denyut jantung bayi pada waktu tersebut
 Pimpin berulang-ulang hingga kepala bayi makin maju
ke arah vulva
MANAJEMEN KALA II
D. Ekspulsi Kepala
 Pada his berikut, minta pasien untuk mengait lipat lutut, pimpin untuk mengedan
sekuat mungkin (pada fase akme/ puncak). Minta untuk mengedan terus menerus
apabila suboksiput sudah berada di bawah simfisis (sebagai hipomochlion)
 Dengan satu tangan, tahan belakang kepala (untuk mengatur defleksi kepala),
letakkan telapak tangan lain pada perineum dengan membentangkan telunjuk dan
ibu jari sehingga bagian di antara kedua jari tersebut, dapat mendorong perineum
untuk membantu lahirnya berturut-turut UUB, dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu
(hilangkan tahanan pada belakang kepala secara bertahap)
 Lepaskan pegangan pada belakang kepala dan perineum, perhatikan proses putaran
paksi luar (UUK kembali ke arah punggung bayi)
 Ambil kain/ handuk bersih, seka mulut, mulut, hidung dan kepala bayi dari darah,
air ketuban atau ferniks kaseosa. Bersihkan pula lipat paha, perineum dan daerah di
sekitar bokong ibu.
KALA II
MANAJEMEN KALA II

E. Melahirkan Bayi
 Dengan tangan kiri dan kanan, pegang kepala bayi secara biparietal
(ibu jari pada pipi depan, jari telunjuk dan tengah pada bawah
dagu, jari manis dan kelingking pada belakang leher dan bawah
kepala).
 Sambil meminta ibu untuk mengedan, gerakkan bayi ke bawah
sehingga lahir bahu depan.
 Gerakkan bayi ke atas sehingga lahir bahu belakang
 Kembalikan bayi pada posisi sejajar lantai, lahirkan berturut-turut
dada dan lengan, perut, pinggul dan tungkai.
MANAJEMEN KALA II
Pemotongan Tali Pusat:
 Tali pusat dipotong di antara dua klem yang ditempatkan 4-5 cm
dari perut janin. Dan pada klem kedua ditempatkan 2-3 cm dari
perut janin.
 Segera setelah lahir, newborn ditempatkan setinggi, atau dibawah
dari ketinggian introitus vaginae selama waktu 3 menit dan sirkulasi
uteroplasenter jika tidak segera diklem pada pengekleman tali
pusat, maka rata-rata 80 ml darah akan berpindah dari plaenta ke
neonatus. Hal ini akan memberikan penyediaan besi kira-kira 50
mg, dimana akan mengurangi risiko defisiensi besi saat masa
kehidupan bayi yang akan datang.
KALA III
KALA III

 Pengeluaran plasenta
 Dimulai  pada saat bayi telah lahir lengkap
 Berakhir  lahirnya plasenta
 Berlangsung tidak lebih dari 30 menit (5-15 menit setelah bayi
lahir)
 Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentra (Schultze)
 ditandai perdarahan baru. Atau dari tepi/marginal (Matthews-
Duncan)  tidak disertai perdarahan
MANAJEMEN KALA III
 Segera setelah lahirnya bayi, ukuran fundus uteri dan konsistensinya segera diperiksa. Jika
uterus tetap keras dan tidak ada perdarahan yang banyak, maka menunggu dengan
kewaspadaan sampai plasenta terlepas adalah satu tindakan yang sering dikerjakan dalam
praktek.
 Masase tidak dilakukan, tetapi fundus seringkali harus diraba untuk memastikan bahwa
organ tersebut tidak menjadi atonik dan terisi darah yang berasal dari lepasnya plasenta.
Manajemen Aktif Kala III Persalinan:
No. Langkah-langkah inti Deskripsi dan Keterangan
1. Jepit dan gunting tali pusat Dengan penjepitan tali pusat ini akan memulai proses pelepasan plasenta.
sedini mungkin
2. Memberikan Oksitosin Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan
plasenta.

- Oksitosin 10 U IM dapat diberikan ketika kelahiran bahu depan bayi jika petugas
lebih dari satu dan pasti hanya ada bayi tunggal.
- Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi jika hanya ada
seorang petugas dan yang pasti hanya ada bayi tunggal.
MANAJEMEN KALA III
Manajemen Aktif Kala III Persalinan:

No. Langkah-langkah inti Deskripsi dan Keterangan


1. Jepit dan gunting tali Dengan penjepitan tali pusat ini akan memulai proses pelepasan plasenta.
pusat sedini mungkin

2. Memberikan Oksitosin Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan
plasenta.

- Oksitosin 10 U IM dapat diberikan ketika kelahiran bahu depan bayi jika


petugas lebih dari satu dan pasti hanya ada bayi tunggal.
- Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi jika hanya
ada seorang petugas dan yang pasti hanya ada bayi tunggal.
- Oksitosin 10 U IM dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta masih belum
lahir.
3. Melakukan penegangan PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah terlepas:
tali pusat terkendali
atau PTT - Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas simfisis puibis.
Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso-
kranial - ke arah belakang dan ke arah kepala ibu.
- Tangan yang satu memegang tali pusat dekat pembukaan vagina dan
melakukan tarikan tali pusat yang terus-menerus, dalam tegangan yang
sama dengan tangan ke uterus selama kontraksi.
PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi.

Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dari jalan lahir dengan


menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta,
keluarkan plasenta dengan gerakkan ke bawah dan ke atas sesuai jalan
lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar
plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.

4. Masase fundus Segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan, masase fundus agar
menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan
mencegah perdarahan post-partum.

Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik, atau jika perdarahan
hebat terjadi, mulailah segera melakukan kompresi bimanual. Jika atonia
uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan
post-partum.
KALA IV
KALA IV
 Observasi pasca persalinan
 Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post-partum
 Hal-hal yang diperhatikan :
- Vital sign ibu dalam batas normal
- Kontraksi uterus baik
- Perdarahan per vaginam <500cc
- Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
- Kandung kemih harus kosong
- Luka-luka di perineum harus dirawat
- Resume keadaan ibu dan janin
- Buat partograph
MANAJEMEN KALA IV

Pemantauan :
 Masa post-partum merupakan saat paling kritis untuk mencegah
kematian ibu, terutama kematian disebabkan karena perdarahan
 Selama kala IV, petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam
pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam
kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus
dipantau lebih sering.
MANAJEMEN KALA IV
Hal-hal yang dilakukan pada kala IV antara lain :
 Ganti baju ibu dengan baju bersih dan kering. Pasang pispot datar dan
lebar pada bagian bokong untuk memantau darah yang keluar
 Tutup perut bawah dan tungkai dengan selimut
 Pantau tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan tiap 15 menit hingga
2 jam pasca kala III
 Beri obat-obatan yang diperlukan dan minum secukupnya
 Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada komplikasi, pasangkan
kasa penyerap dan celana. Pakaikan kain dan selimut ibu. Bawa ke ruang
perawatan dan lakukan rawat gabung sesegera mungkin.
PARTOGRAF
PARTOGRAF

 Partograf dipakai untuk:


a. Memantau kemajuan persalinan
b. Membantu petugas kesehatan dalam menentukan
keputusan dalam penatalaksanaan
 Partograf memberikan peringatan pada petugas
kesehatan bahwa suatu persalinan mungkin akan
diperlama dan, tergantung pada kondisi ibu dan
janinnya, bahwa ibu mungkin perlu dirujuk.
PARTOGRAF

Tujuan utama penggunaan Partograf:


 Mencatat hasil observasi dan menilai kemajuan
persalinan.
 Mendeteksi apakah persalinan berjalan normal atau
terdapat penyimpangan, dengan demikian dapat
melakukan deteksi dini setiap kemungkinan
terjadinya partus lama
Partograf harus digunakan:
 Untuk semua ibu dalam kala 1 fase aktif (fase
latent tidak dicatat di partograf tetapi ditempat
Kondisi ibu dan janin yang harus dicatat sebagai
berikut :
1. Denyut jantung janin : catat setiap 30 menit
2. Kontraksi uterus (His) : Catat setiap 30 menit; lakukan palpasi untuk menghitung
banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya masing-masing kontraksi dalam hitungan
detik
3. Air ketuban : Catat warna air ketuban setiap melakukan tiap 4 jam(saat melakukan
pemeriksaan vagina). Lambang untuk menggambarkan ketuban atau airnya: U selaput
ketuban Utuh ( belum pecah), Jselaput ketuban telah pecah dan air ketuban jernih, M
selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur dengan Mekonium, D selaput
ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur Darah, K selaput ketuban telah pecah
dan air ketuban Kering (tidak mengalir lagi)
4. Penyusupan kepala janin (molding atau molase): merupakan indikasi penting seberapa jauh
janin dapat menyesuaikan dengan tulang panggul ibu. Semakin besar penyusupan semakin
besar kemungkinan disproporsi kepala panggul. Lambang yang digunakan: 0 tulang-tulang
kepala janin terpisah, 1 tulang-tulang kepala janin sudah saling bersentuhan, 2 tulang-
tulang kepala janin sudah saling tumpang tindih, tapi masih bisa dipisahkan, 3 tulang-
tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
5. Pembukaan serviks : Dinilai setiap 4 jam.
6. Penurunan bagian terbawah janin : catat tiap 4 jam, mengacu pada bagian kepala (dibagi
5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) di atas simfisis pubis.
7. Waktu : Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
8. Jam : catat jam sesungguhnya.
9. Oksitosin : bila memakai Oksitosin, catat dosis oksitosin per volume cairan infus dalam
tetesan per menit.
10. Obat yang diberikan : Catat semua obat lain yang diberikan.
11. Tekanan darah : Catatlah setiap 4 jam dan ditandai dengan anak panah.
12. Nadi : catatlah setiap 30 menit dan ditandai dengan sebuah titik besar.
13. Suhu badan : Catatalah setiap 2 jam.
14. Protein, aseton dan volume urine : Catat tiap 4 jam.
Partograf tidak boleh digunakan pada kasus:
1. Wanita pendek, TB < 145 cm.
2. Perdarahan ante partum.
3. Preeklampsia-eklampsia.
4. Persalinan prematur.
5. Bekas sectio sesarea. Jika temuan-temuan diatas melintasi
ke arah kanan dari garis waspada,
6. Kehamilan ganda. maka penolong harus melakukan
7. Kelainan letak janin. penilaian terhadap kondisi ibu dan
janin dan segera mencari rujukan
8. Fetal distress.
yang tepat.
9. Dugaan distosia oleh karena panggul
sempit.
10. Kehamilan dengan hidramnion.
11. Ketuban pecah dini.
12. Persalinan dengan induksi.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai