Anda di halaman 1dari 42

Pertemuan 12:

PENGELOLAAN
EKOSISTEM HUTAN BERKELANJUTAN

1. Manfaat dan Fungsi Hutan dalam Menunjang


Pembangunan
2. Konsep Pembangunan Hutan Berkelanjutan
3. Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
1. Manfaat dan Fungsi Hutan

Secara umum manfaat dan fungsi hutan dpt


dikelompokkan ke dalam 4 kelompok manfaat sbb:
1. Manfaat ekonomi
meningkatkan produksi kehutanan guna
menunjang perekonomian rakyat dan nasional
2. Manfaat sosial
menjamin keberlanjutan pekerjaan dan
pendapatan masyarakat sekitar hutan serta
terjaminnya stabilitas komunitas petani
sehingga lebih lanjut dapt mengurangi dampak
negatif urbanisasi
3. Manfaat biologis
menjamin keberlanjutan fotosintesis untuk penyerapan karbon atmosfer dan
penimbunan karbon (carbon sequestration) dalam biomassa serta menghasilkan
oksigen

Biomassa dan kandungan karbon pada beberapa jenis pepohonan:

Jenis pohon Umur Kerapatan Total biomasa Total karbon


(th) (phn/Ha) (ton/Ha) (ton/Ha)

Mahoni 20 1.111 405,98 202,99

Mangium 6 1.111 199,69 99,85

Sengon 18 711 268,63 134,31

Sungkai 10 1.111 83,94 41,97

Pinus 14 622 167,88 83,94

Kemiri 25 312 406,15 203,08

Puspa 25 1.666 182,92 91,46


4. Manfaat ekologi dan lingkungan
Merupakan nilai yang tidak terukur (intangiable)
yakni nilai yang tidak dapat secara langsung
diwujudkan dalam nominal.
Meliputi manfaat sebagai pengendali daur
hidrologi, erosi dan kesuburan tanah, serta
sebagai pengendali iklim mikro maupun iklim
kawasan.
Beberapa jenis jasa dan fungsi hutan :
No Jasa ekosistem Fungsi Ekosistem Contoh
1 Pengatur gas Pengatur komposisi kimia pada Keseimbangan CO2/O2, O3 untuk
atmosfir perlindungan sinar ultra violet dan tingkat
SOx

2 Pengatur iklim Pengatur temperatur setempat, Pengatur gas rumah kaca, memproduksi
mikro hujan, dan proses iklim lainnya unsur-unsur dan kondisi yang diperlukan
yang bermedia biologis pada pembentukan awan

3 Pengatur gangguan Pengatur kelembaban dan Perlindungan terhadap topan, pengontrol


respon ekosistem terhadap banjir, pemulihan setelah musim kering dan
perubahan lingkungan aspek lain dari reaksi habitat terhadap
perubahan lingkungan dimana terutama
diatur oleh struktur vegetasi

4 Pengatur tata air Pengatur aliran hidrologi Penyediaan air untuk pertanian (irigasi) atau
industri atau transportasi
5 Penjaga Penyimpanan dan cadangan air Penyediaan air dalam DAS, waduk dan air
ketersediaan air tanah
6 Penjaga erosi dan Penangkap sedimentasi dalam Menjaga kehilangan lapisan tanah karena
sedimentasi ekosistem angin, aliran air, atau proses lainnya;
menahan bahan endapan di lahan basah

7 Pembentukan Proses pembentukan lapisan Membantu proses pembentukan tanah


lapisan tanah tanah melalui pelapukan karena perubahan cuaca
dan akumulasi bahan organik

8 Siklus nutrien Penyimpanan, siklus internal, Pembentukan Nitrogen, N, P dan elemen lain
proses dan pembentukan dari siklus nutrien
nutrien
Beberapa jenis jasa dan fungsi hutan :
No Jasa ekosistem Fungsi Ekosistem Contoh
9 Pengolah limbah Proses pembusukan nutrien dan Pengolahan limbah, pengontrol bahan pencemar,
sisa proses metabolisme pada penyerap racun
ekosistem

10 Pollination Pemindahan gametes tanaman Menyediakan pollinators sebagai media untuk


reporduksi populasi tanaman

11 Pengontrol biologis Pengontrol populasi di wilayah Pengontrol bagi species predator, pengontrol
tropis yang dinamis hewan herbivor oleh predator

12 Refugia Penyedia habitat untuk populasi Sebagai daerah pemeliharaan, habitat bagi
hewan menetap dan transit untuk species bermigrasi, habitat untuk species lokal
hewan bermigrasi atau tempat mengungsi hewan

13 Produksi pangan Bagian yang digunakan sebagai Penyedia pangan seperti ikan, hewan buruan,
gross produksi ekstraksi pangan dan lainnya

14 Bahan baku Bagian yang digunakan sebagai Produksi bahan bakar biomass dan hasil hutan
gross produksi ekstraksi bahan non kayu lainnya
baku

15 Sumberdaya genetik Sumber dari materi dari produk Bahan obat-obatan, materi untuk ilmu
biologis yang unik pengetahuan, genes untuk ketahanan tanaman
terhadap hama dan penyakit, tanaman hias

16 Rekreasi Menyediakan kesempatan untuk Ekowisata dan kegiatan rekreasi luar ruangan
kegiatan rekreasi lainnya

17 Budaya Menyediakan kesempatan untuk Pendidikan, penelitian, adat istiadat, spiritual dan
pemanfaatan non komersil keindahan dari ekosistem
Examples
Experts currently recognize five categories of forest
services . The following lists represent samples of
each:

1. Provisioning services
• foods and spices
• precursors to pharmaceutical and industrial
products
• energy (hydropower, biomass fuels)
7
2. Regulating services
• carbon sequestration and climate regulation
• waste decomposition and detoxification
• nutrient dispersal and cycling

3. Supporting services
• purification of water and air
• crop pollination and seed dispersal
• pest and disease control

8
3. Cultural services
• cultural, intellectual and spiritual inspiration
• recreational experiences (including ecotourism)
• scientific discovery

4. Preserving services
• genetic and species diversity for future use
• accounting for uncertainty
• protection of options

9
To understand the relationships between humans and
forest through the services derived from them,
consider the following cases:

In New York City, where the quality of drinking water had fallen
below standards required by the U.S. Environmental Protection
Agency (EPA), authorities opted to restore the polluted Catskill
Watershed that had previously provided the city with the
ecosystem service of water purification.
Once the input of sewage and pesticides to the watershed area was
reduced, natural abiotic processes such as soil adsorption and
filtration of chemicals, together with biotic recycling via root
systems and soil microorganisms, water quality improved to
levels that met government standards.
The cost of this investment in natural capital was estimated between
$1-1.5 billion, which contrasted dramatically with the estimated
$6-8 billion cost of constructing a water filtration plant plus the
$300 million annual running costs.
10
Pollination of crops by bees is required for 15-30% of U.S. food
production; most large-scale farmers import non-native
honey bees to provide this service.

One study reports that in California’s agricultural region, it was


found that wild bees alone could provide partial or complete
pollination services or enhance the services provided by
honey bees through behavioral interactions.
Intensified agricultural practices can quickly erode pollination
services through the loss of species and those remaining are
unable to compensate for the difference.
The results of this study also indicate that the proportion of
chaparral and oak-woodland habitat available for wild bees
within 1-2 km of a farm can strongly stabilize and enhance
the provision of pollination services, thereby providing a
potential insurance policy for farmers of this region.
11
In watersheds of the Yangtze River (China), spatial
models for water flow through different forest
habitats were created to determine potential
contributions for hydroelectric power in the region.

By quantifying the relative value of ecological


parameters (vegetation-soil-slope complexes),
researchers were able to estimate the annual
economic benefit of maintaining forests in the
watershed for power services to be 2.2 times that if it
were harvested once for timber.

12
5. Ecological benefit
Detailed understanding of ecological benefit of the
forest can be describes the underlying principles and
interactions of organisms and the environment.
Since the scales at which these entities interact can vary from
microbes to landscapes, milliseconds to millions of years, one of
the greatest remaining challenges is the descriptive
characterization of energy and material flow between them.

For example, the area of a forest floor, the detritus upon it, the
microorganisms in the soil and characteristics of the soil itself
will all contribute to the abilities of that forest for providing
ecosystem services like carbon sequestration, water purification,
and erosion prevention to other areas within the watershed.

13
Note that it is often possible
for multiple services to be
bundled together and when
benefits of targeted
objectives are secured, there
may also be ancillary
benefits – the same forest
may provide habitat for other
organisms as well as human
recreation, which are also
ecosystem services.

The complexity of Earth’s


ecosystems poses a
challenge for scientists as
they try to understand how
relationships are interwoven
among organisms,
processes and their
surroundings.

14
As it relates to human ecology, a suggested research agenda for
the study of ecosystem services includes the following steps:

1. identification of ecosystem service providers (ESPs) – species or


populations that provide specific ecosystem services – and
characterization their functional roles and relationships;
2. measurement of the spatial and temporal scales ESPs and their
services operate on.
3. determination of community structure aspects that influence
how ESPs function in their natural landscape, such as
compensatory responses that stabilize function and non-
random extinction sequences which can erode it;
4. assessment of key environmental (abiotic) factors influencing
the provision of services;

15
Recently, a technique has been
developed to improve and
standardize the evaluation
of ESP functionality by
quantifying the relative
importance of different
species in terms of their
efficiency and abundance.

Such parameters provide


indications of how species
respond to changes in the
environment (i.e. predators,
resource availability,
climate) and are useful for
identifying species that are
disproportionately important
at providing ecosystem
16
services.
The critical drawback is that
the technique does not
account for the effects of
interactions, which are
often both complex and
fundamental in
maintaining an ecosystem
and can involve species
that are not readily
detected as a priority.

Even so, estimating the


functional structure of an
ecosystem and combining
it with information about
individual species traits
can help us understand
the resilience of an
ecosystem amidst
environmental change. 17
FUNGSI EKOSISTEM DAN BIODIVERSITAS

Many ecologists also believe that the provision of


ecosystem services can be stabilized with biodiversity.
Also with increased biodiversity there would be a greater
variety of different types of ecosystem services available
to society.

The link between biodiversity, species richness, and


ecosystem stability is important to understand to be able
to know how to conserve resources, as well as to create
designs to utilize these resources.

18
The Redundancy and Rivet Hypotheses

The redundancy (sometimes referred to as the Functional


Compensation) and rivet hypotheses seek to explain
how an ecosystem functions, based on the ecological
role of organisms within it.

The redundancy and rivet hypotheses are the most


commonly used explanations for the link between
ecosystem function and its biodiversity, but others
included the “idiosyncratic” and the “null” hypothesis.

19
The redundancy hypothesis
states that there are more
than one species that
share the same function
in an ecosystem, thus
each species'
performance in the
ecosystem is
“redundant”.

The redundancy hypothesis is


accredited to Brian H.
Walker and his article
“Biodiversity and
Ecological Redundancy”
published in the academic
journal Conservation
Biology in 1992.
20
With each species lost in an ecosystem another species
with a similar function will be able to satisfy an
ecosystem's need for a certain process or action
preformed by the lost species.

However, as more species are lost the ecosystem slowly


loses its efficiency as it reaches critical points where
the remaining species can not compensate for their
lost companions.

For the conservation of ecosystems this implies, “special


attention to be paid to functional groups that are
represented by only one or two species.”.

21
The redundancy hypothesis believes that "species
redundancy enhances ecosystem resilience".

In the rivet hypothesis, (sometimes called "rivet popping")


proposed by Paul Ehrich, “all species make a contribution to
ecosystem performance.”

It uses the analogy of the rivets in an airplane wing to compare


the exponential effect each species loss will have on the
function of an ecosystem.

If one species is lost there is only a small loss in efficiency,


however if multiple are lost the the ecosystem will experience
a large drop in its functions and essentially fall apart, just as
an airplane wing would if it lost too many rivets that held it
together.
22
Ekosistem Hutan
Rakyat : pepohonan
dan hutan di suatu
wilayah yang
berguna dan
berpotensi sebagai
pengelola lingkungan,
ameliorasi iklim,
rekreasi, estetika,
fisiologi, sosial, dan
kesejahteraan
ekonomi
masyarakat .
23
Daun mempunyai
kemampuan
memantulkan sinar infra
merah sebesar 70%, dan
visible light 6-12%.
Cahaya hijau yang paling
banyak dipantulkan daun
(10-20%), sedangkan
jingga dan merah paling
sedikit dipantulkan daun
(3-10%). Ultra violet
yang dapat dipantulkan
daun tidak lebih dari 3%
(Larcher, 1980).

24
Dengan melihat manfaat hutan yg begitu
tingginya dan bahkan intangiable......
.....maka kita wajib mengelola hutan
dengan prinsip-prinsip Pembangunan
Berkelanjutan

Supaya..... Generasi yang akan datang masih


tetap dapat mengelola dan menerima manfaat
SDH dengan baik....
2. Konsep Pembangunan Berkelanjutan

 Konsep dari World Commision on Environmental and


Development (WCED) dan komisi Brundtland:
Pembangunan berkelanjutan ialah pembangunan yang
diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan generasi
sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi
yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan sendiri
 Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi
pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu,
pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup
kebijakan (tri dimensional) secara terpadu yaitu
pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan
perlindungan lingkungan
World Summit 2005 menghasilkan konsep tiga pilar pendorong bagi
pembangunan berkelanjutan yang saling berinteraksi yaitu :

Pembangunan tidak hanya untuk memenuhi kepentingan ekonomi,


sosial, maupun lingkungan secara parsial. Akan tetapi harus
terpadu dan saling mengkaitkan kepentingan satu sama lainnya.
Sebab, keberlanjutan ketiga kepentingan tsb adalah saling
bergantung satu sama lainnya
Tiga aspek pembangunan berkelanjutan :
1. Keberlanjutan ekonomi,
diartikan sebagai pembangunan yang mampu
menghasilkan barang dan jasa secara kontinyu untuk
memelihara keberlanjutan pembangunan dan menghindari
terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak
produksi dan industri
2. Keberlanjutan lingkungan
yakni pembangunan harus mampu menghindari eksploitasi,
serta mampu memelihara sumberdaya yang stabil, fungsi
lingkungan, keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara
dan fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk katagori
sumber ekonomi.
3. Keberlanjutan sosial
diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai
kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk
kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.
 Ketiga aspek pembangunan berkelanjutan tersebut adalah saling
berkontribusi dampak yang positif antara satu dengan yang
lainnya. Sehingga apabila dijalankan dan diimplemetasikan dengan
baik dalam berbagai aspek kehidupan akan terjadi keterikatan dan
ketergantungan yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan dari
generasi demi generasi
 Keterkaitan dan ketergantungan ketiga aspek tersebut ialah
sebagai berikut:

 aspek ekonomi memberi


dampaknya pada aspek sosial
(equitable) dan lingkungan
(viable),
 aspek sosial memberi
dampaknya pada aspek ekonomi
(equitable) dan lingkungan
(bearable)
 aspek lingkungan memberi
dampaknya pada aspek ekonomi
(viable) dan sosial (bearable)
Empat prinsip yang harus dipenuhi dalam mencapai pembangunan
berkelanjutan (Hadi, 2005):
(1) Pemenuhan kebutuhan manusia (fullfilment of human need),
 sandang,
 pangan dan papan
 hak asasi manusia,
 rasa aman dan
 memiliki kesempatan untuk mengekspresikan pendapat
(2) memelihara integritas ekologi (maintenace of ecological integrity),
 yakni perlindungan sumberdaya (konservasi) sebagai akibat
keterbatasan daya dukungnya
(3) keadilan sosial (social equity)
 pemerataan hasil pembangunan
 adanya solidaritas antar generasi
 tidak boleh mengorbankan hak-hak generasi yang akan datang
(4) kemampuan menentukan nasib sendiri (self determination).
 mandiri
 partisipatori demokrasi
 mampu memutuskan sendiri atas hal-hal yang berkaitan dengan
nasib dan masa depannya
 memiliki rasa keterbukaan dan transparansi
Pengeolaan Hutan Berkelanjutan
 Pengelolaan hutan ialah suatu usaha mengendalikan segala
aktivitas secara optimal dengan menerapkan kriteria-kriteria
pengelolaan untuk meningkatkan dayadukung hutan guna
mendapatkan manfaat ekonomi, sosial, maupun lingkungan yang
berkelanjutan
 Dalam mengelola hutan diperlukan adaya usaha terpadu dalam
hal :
 pemanfaatan,

 penataan,

 pemeliharaan,

 pemulihan,

 pengawasan,

 pengendalian,

 perlindungan dan

 pengembangan hutan.
Pengelolaan Hutan Era Orde Baru
 Pembangunan era Orde Baru adalah berbasis hutan
Orientasi pengelolaan hutan hanya pada pertumbuhan ekonomi.
 Dekade 1970-an terjadi eksploitasi hutan berskala besar,

 Indonesia mengalami masa timber boom

 Indonesia termasuk eksportir kayu bulat terbesar di dunia.

 Pada tahun 1982, kayu menjadi sumber devisa negara terbesar

kedua setelah migas.


 Sumber pokok pembiayaan pembangunan berasal dari hasil

hutan.
 Namun tidak lama berselang:
 Pada tahun 1998/1999 terjadi penurunan jumlah produksi kayu

yakni dari 22.017.433 m3 (1994/1995) menjadi 16.235.580 m3


(1994/1995)
 Bahkan terus menurun menjadi 13.204.720 m 3 (1999/2000)

 Luas kawasan hutan menyusut mencapai 34 juta hektar pada

tahun 1981 yakni dari luas 143,57 juta ha menjadi 109, 35 juta ha
 Berdasarkan data tersebut di atas maka :
(1) pendekatan paradigma ekonomi yang
berorientasi pada hasil (yielding principle)
terhadap hutan akan memaksa hutan
memikul beban yang sangat berat, dan
(2) hubungan aktivitas ekonomi dengan
sumberdaya hutan membawa dampak pada
penurunan kualitas hutan.
 Oleh karena itu perlu adanya perubahan
paradigma pengelolaan hutan yakni bukan
hanya berorientasi pada aspek ekonomi saja
akan tetapi berorientasi pada berbagai aspek
terutama aspek sosial dan lingkungan yang
disebut pula dengan pengelolaan hutan
berkelanjutan (sustainable forest management).
 Pengelolaan hutan berkelanjutan ialah
menjaga kemampuan hutan untuk tetap
produktif dan sekaligus tetap mempertahankan
dan melestarikan basis sumberdaya.
 Secara umum pengelolaan hutan berkelanjutan
dapat didefinisikan pula sebagai upaya
pengelolaan hutan yang menguntungkan dari
segi ekonomi, layak berdasarkan kaidah
lingkungan dan dapat diterima secara sosial
dengan tetap menghargai hak-hak generasi
yang akan datang.
Menurut Gips (1986) praktek pengelolaan hutan dapat dikatakan
berkelanjutan apabila :
 Mantap secara ekologi yakni kualitas sumberdaya alam

harus dpt dipertahankan dan kemampuan ekosistem dapat


ditingkatkan
 Bisa berlanjut secara ekonomi yakni petani pengelola

hutan harus memiliki penghasilan yang cukup untuk


pemenuhan kebutuhannya, serta mendapatkan
penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan
tenaga dan biaya yang dikeluarkan
 Adil berarti bahwa sumberdaya hutan dan hak

penguasaannya didistribusikan sedemikian rupa kepada


masyarakat
 Manusiawi berarti semua bentuk kehidupan (tanaman,

hewan, organisme tanah dan manusia) dihargai. Martabat


dasar semua mahluk hidup dihormati. Integritas budaya
dan spiritualitas masyarakat dijaga dan dipelihara.
 Luwes berarti bahwa masyarakat yang selalu berubah

(pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan


pasar) mampu menyesuaikan diri dengan kondisi
usahatani hutan.
3. Kriteria dan Indikator
Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
1. Kriteria dari ITTO (1998):
terdapat 7 kriteria dan indikator pengelolaan hutan
tropis berkelanjutan, yaitu:
1) Menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk
terselenggaranya pengelolaan hutan berkelanjutan,
2) Keamanan sumberdaya hutan,
3) Keadaan dan kesehatan ekosistem hutan,
4) Aliran hasil hutan,
5) Keanekaragaman hayati,
6) Konservasi tanah dan air, dan
7) Aspek-aspek ekonomi, sosial dan budaya
2. Kriteria dan Indikator berdasarkan KEPMENHUT
No 252 (1993): terdapat 5 aspek kriteria pengelolaan
hutan alam lestari, yaitu:
1) Aspek Sumberdaya Hutan,
- areal hutan ditetapkan sbg hutan
- dilakukan inventori keragaman jenis
2) Aspek Kelestarian hasil,
- dokumentasi rekam jejak hutan
- penetapan rotasi tebang sesuai dg potensi hutan
- penetapan sistem silvikultur sesuai dg tipe hutan
- target pemanfaatn produksi sesuai dg variasi
sumberdaya hutan
3) Aspek Konservasi,
- penetapan wilayah konservasi dlm areal hutan
- pengelolaan didahului dengan AMDAL
- perlin dungan dan pengamanan hutan secara inensif
4) Aspek sosial ekonomi,
- menyerap tenaga kerja masyarakat
- memberikan kesempatan berusaha kpd masyarakat
- meningkatkan kesejahtraan masyarakat hutan dan
sekitar hutan
- berkontribusi terhadap pendapatan nasional
5) Aspek kelembagaan,
- kebijakan hutan nasional
- penetapan organisasi penjamin hutan nasional
- perencanaan kehutanan jangka pendek dan jangka
panjang
- tersediaya lembaga kontrol
- dilaksanakannya penelitian
3. Kriteria dan Indikator dari CIFOR (1999):
Untuk mengelola hutan lestari, CIFOR mengembangkan :
Prinsip
Kriteria
Indikator
Veifier (Pengukur)

 Prinsip ialah suatu aturan/asas fundamental yg mendasari pola


berfikir dan bertindak. Prinsip dijadikan dasar dlm menentukan
kriteris
 Kriteria ialah staandar yang digunakan untuk menilai sesuatu
 Indikator ialah variabel ekosistem hutan yg digunakan untuk
menentukan status suatu kriteria
 Verifier (Pengukur) ialah data/informasi yg dpt menambah
kejelasan dan memudahkan penilaian thdp suatu indikator
Terdapat 4 komponen pokok yang menjadi fokus perhatian
dalam pengelolaan hutan lestari, yakni:
1. Kebijakan,
2. Ekologi
3. Sosial
4. Produksi barang dan jasa
Dari 4 komponen tersebut CIFOR menurunkan 6 Prinsip, 24 Kriteria, 98
indikator, dan 104 Verifier.
Keenam prinsip tsb adalah sbb:
1) Kebijakan, perencanaan dan kerangka kelembagaan mendukung
pengelolaan hutan lestari. Terdiri atas 6 Kriteria.
2) Pemeliharaan integritas ekosistem. Terdiri atas 3 Kriteria,
3) Pengelolaan hutan menjaga atau meningkatkan akses antar
generasi terhadap sumberdaya dan berbagai manfaat ekonomi
secara adil. Terdiri atas 3 Kriteria,
4) Stakeholder yang relevan memiliki hak dan kemampuan yang
diakui untuk mengelola hutan secara bersama dan adil. Terdiri
atas 3 Kriteria,
5) Kesehatan hutan, para pengelola hutan dan budayanya dapat
diterima oleh semua stakeholder. Terdiri atas 3 Kriteria, dan
6) Hasil dan kualitas Barang dan jasa dari hutan bersifat lestari.
Terdiri atas 6 Kriteria.
SERTIFIKASI PENGELOLAAN
HUTAN BERKELANJUTAN
 LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia)
 Sertifikasi PHAPL (Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari)
 Sertifikasi PHTL (Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari)
 Sertifikasi PHBML (Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
Lestari)
 Sertifikasi Lacak Balak … untuk Industri pengolahan kayu
 Sertifikasi Bertahap … bagi pengelola yg dlm pengelolaannya
masih ada beberapa masalah
 SVLH (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu)
 FSC (Forest Stewardship Council)

Anda mungkin juga menyukai