Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN

KEPERAWATAN
PENANGANAN
KASUS PALIATIF
CARE DENGAN
KASUS LANSIA
Permasalahan
Palliative Care Pada
Lanjut Usia
Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan
Penyakit Lansia

Penurunan fisik
Perubahan mental dan psikologis
Perubahan-perubahan Psikososial
Karakteristik Penyakit pada Lansia:

1. Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama


lain.
2. Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan
kecacatan.
3. Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
4. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6. Sering terjadi penyakit iatrogenik.
Masalah
Kesehatan
Lansia
Masalah Kehidupan
Seksual
Perubahan Perilaku
Pembatasan Fisik
Palliative Care
Pengunaan Obat
Lanjut Usia Dalam Kondisi Terminal
Pasien dalam kondisi terminal
akan mengalami berbagai
masalah baik fisik, psikologis,
maupun sosio-spiritual, antara
lain:

Problem oksigenisasi
Problem eliminasi;
Problem nutrisi dan cairan;
Problem suhu;
Problem sensori;
Problem nyeri ;
Problem kulit dan mobilitas;
Jenis Tindakan
Terapeutik Untuk
Perawatan Paliative
Pada Lanjut Usia
Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan
jenis pelayanan kesehatan yang diterima

AZAS
Azas yang dianut oleh Departemen
Kesehatan RI adalah Add life to the Years,
Add Health to Life, and Add Years to Life,
yaitu meningkatkan mutu kehidupan
lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan
memperpanjang usia.
Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang
digunakan adalah sebagai berikut

• Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)


• Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
• Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
• Lansia turut memilih kebijakan (choice)
• Memberikan perawatan di rumah (home care)
• Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
• Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the
aging)
• Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
• Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
• Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care
and family care)
Jenis Pelayanan Kesehatan

1. Promotif
Meningkatkan keamanan di
tempat kerja
Mengurangi cidera
Meningkatkan perlindungan
dari kualitas udara yang
buruk
Meningkatkan keamanan,
penanganan makanan dan
obat-obatan
Meningkatkan perhatian
terhadap kebutuhan gigi dan
mulut
2. Preventif
Mencakup pencegahan
primer, sekunder dan
tersier.

3. Rehabilitasi
Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia
• Pertahankan lingkungan aman
• Pertahankan kenyamanan,
istirahat, aktifitas dan
mobilitas
• Pertahankan kecukupan gizi
• Pertahankan fungsi pernafasan
• Pertahankan aliran darah
• Pertahankan kulit
• Pertahankan fungsi
pencernaan
• Pertahankan fungsi saluran
perkemihaan
• Meningkatkan fungsi
psikososial
• Pertahankan komunikasi.
Kriteria Pelayanan Paliatif
Pasien memiliki satu/lebih co-morbid, namun tidak
terbatas pada: Penyakit jantung, demensia, MCI,
dekubitus, DM, COPD, sepsis, infeksi berulang, dll

Pasien dan/atau keluarga berhak memilih untuk


tidak meneruskan pemeriksaan/perawatan di
rumah sakit selanjutnya (tapi bukan berarti putus
sama pelayanan kesehatan, perawatan rumah bisa
sebagai bagian dari perawatan RS lainnya)
Pelayanan Paliatif

Menghilangkan keluhan yang mengganggu à simptomatis


Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual à menerima
kondisi penyakit
Dukungan kepada pasien untuk tetap hidup aktif-kreatif
Dukungan kepada keluarga dalam menghadapi penyakit dan
masaduka
Tujuan Keperawatan Pasien Dengan Kondisi
Terminal

• Menghilangkan atau
mengurangi rasa kesendirian,
takut dan depresi
• Mempertahankan rasa aman,
harkat dan rasa berguna
• Membantu pasien menerima
rasa kehilangan
• Membantu kenyamanan fisik
• Mempertahankan harapan
(faith and hope)
Komunikasi Terapeutik Pada Palliative
Care
1) Tahap Denial
a. Listening
b. Silent
c. Broad opening
2) Tahap Angger
a) Membiarkan pasien untuk mengekspresikan keinginan,
menggambarkan apa yang akan dan sedang terjadi pada mereka.
b) Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
c) Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan
perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti
bahwa marah merupakan hal yang normal dalam merespon perasaan
kehilangan menjelang kamatian.
3) Tahap Bargaining.
a) Focusing
b) Sharing perception
4) Tahap Depresi
a) Perlakukan pasien dengan sabar, penuh perhatian dan
tetap realitas.
b) Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien jika ada
asal pengertian harusnya diklarifikasi.
c) Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan
mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih
baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan
tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal
dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
5) Tahap Acceptance
a) Informing
b) Membantu dalam memberikan pendidikan
kesehatan tentang aspek yang sesuai dengan
kesejahteraan atau kemandirian pasien.
c) Broad opening
d) Komunikasikan kepada pasien tentang apa
yang dipikirkannya dan harapan-harapannya.
Asuhan
Keperawatan
Pada Lanjut
Usia Yang
Mengalami
Permasalahan
Palliative
Kekhususan Pasien Lanjut Usia:
• Lanjut usia menghadapai kondisi yang penyakitnya tidak
dapat disembuhkan.
• Lanjut usia cenderung mengalami kelemahan dan
kerapuhan, baik fisik maupun mental.
• Kemungkinan pasien lanjut usia tidak mampu
menghadapi stres fisik dan mental yang timbul dari luar
atau dari lingkungannya.
• Lanjut usia berada diambang kematian yang terutama
akan menimbulkan ketakutan dan kegelisahan, yang
sudah tentu perlu mendapat simpati dan dukungan
mental atau spiritual.
• bila proses kematian berlangsung lama (memakan waktu
panjang), faktor etika dapat menjadi masalah yang harus
diatasi
Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
dengan Loss (Kehilangan)
Tahap-Tahap
Tahap 1: Merasa shock
atau terpukul dan tidak
percaya.
Tahap 2: Munculnya
kesadaran akan
peristiwa kehilangan
tersebut
Tahap 3: Pulih kembali
Penatalaksaan:
Tahap 1:
Luangkan waktu sekurang-
kurangnya 15-20 menit sehari
untuk bercakap-cakap bersama
klien lanjut usia.
Berikan kesempatan pada klien
lanjut usia untuk mengarahkan
pembicaraan.
Katakan kepada klien lanjut usia
bahwa dengan peristiwa itu
berarti ia telah melakukan
sesuatu yang baik.
Terima tingkah laku klien lanjut
usia yang tidak merusak fisik
Tahap 2:
Gabungkan pengaruh
peristiwa kehilangan
tersebut baik pada diri
klien lanjut usia
maupun keluarganya
selama pembicaraan
dengan klien lanjut
usia.
Libatkan klien lanjut
usia dalam
merencanakan dan
melakukan perawatan
diri.
Tahap 3:
Diskusikan bersama klien lanjut
usia segi-segi positif dan
negatifnya peristiwa kehilangan
tersebut.
Berikan motivasi untuk
merencanakan masa depannya.
Apabila klien lanjut usia
menyangkal dengan melakukan
sesuatu yang membahayakan
fisiknya, batasi tindakan tersebut
dengan menghadapkan klien
lanjut usia kepada kenyataan
yang ada. Intervensi dilakukan
sesuai dengan tahapan yang
dialami klien
Ulangi pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan klien agar ia dapat
mencari jawabannya berkat
bantuan perawat.
Rencana Selanjutnya:

• Yakinkanlah bahwa klien lanjut usia


masih mempunyai dukungan baik
dari keluarga maupun teman-
temannya
• Yakinkanlah bahwa klien lanjut usia
sadar akan normalnya keadaan
tersebut dan mengerti setiap orang
juga mengalami proses yang sama
bila mengalami kehilangan.
Asuhan Keperawatan Lansia Usia
dengan Tidak ada Harapan Sembuh
(yang menghadapi saat kematian)
Tahap-Tahap
Tahap Pertama
(Tahap Penolakan).
Tahap Kedua (Tahap Marah)
Tahap Ketiga
(Tahap Tawar Menawar)
Tahap Keempat (Tahap Sedih).
Tahap Kelima
(Tahap Akhir/Tahap Menerima)
Tahap Pertama
(Tahap Penolakan)

Berikan kesempatan klien


lanjut usia memperguna
kan caranya sendiri dalam
menghadapi kematiannya
sejauh tidak merusak.
Memfasilitasi klien lanjut
usia menghadapi kematian,
luangkan waktu setidak-
tidaknya 10 menit sehari,
baik dengan bercakap-
cakap ataupun sekedar
bersamannya.
Tahap Kedua
(Tahap Marah)
– Berikan kesempatan klien
lanjut usia mengungkapakan
kemarahannya dengan kata-
kata.
– Bahwa dalam benaknya
bergejolak pertanyaan
‘’mengapa hal ini bisa terjadi
padaku?”
– Seringkali perasaan ini
dialihkan kepada orang lain
atau anda sebagai cara klien
lanjut usia bertingkah laku.
Tahap Ketiga
(Tahap Tawar Menawar)

• Klien lanjut usia akan


mempergunakan ungkapan-
ungkapan, seperti, seandainya
saya...
• Berikan kesempatan klien
lanjut usia menghadapi
kematian dengan tawar-
menawar.
• Tanyakan kepada klien lanjut
usia kepentingan-kepentingan
apakah yang masih ia inginkan.
Dengan cara demikian dapat
menunjukkan kemampuan
perawat untuk mendengarkan
keluh kesah perasaannya.
Tahap Keempat
(Tahap Sedih)

• Jangan mencoba menyenangkan


klien lanjut usia. Ingatlah bahwa
tindakan ini sebenarnya hanyalah
memnuhi kebutuhan petugas,
jangan takut menyaksikan klien
lanjut usia atau menangis. Hal ini
merupakan ungkapan
pengekspresian kesedihannya.
• Klien lanjut usia hanya sekedar
mengisidan menghabiskan waktu
untuk perasaan-perasaannya dan
bukannya mencari jawaban.
Biasanya klien lanjut usia
menanyakan sesuatu yang
sebetulnya sudah mengetahui
jawabannya.
Tahap Kelima
(Tahap Akhir/Tahap
Menerima)

• Klien lanjut usia telah


menerima, dapat
mengatakan bahwa
kematian akan tiba dan
ia tidak boleh menolak.
Sebenarnya klien lanjut
usia tidak menghendaki
kematian ini terjadi,
akan tetapi ia tahu
bahwa akan terjadi.
Jadi, klien lanjut usia
tidak merasa tenang
dan damai.
Pengkajian
a. Perasaan takut.
b. Emosi
c. Tanda Vital
d. Kesadaran
e. Fungsi Tubuh
Diagnosa Keperawatan.
1. Deficit nutrisi b.d factor psikologis ( D.0019 )
2. Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan serat dan
cairan serta pnurunan motilitas gastrointestinal
( D.0049)
3. Gangguan mobilitas fisik b.d tirah baring lama
ditandai dengan kaku sendi/otot.( D.0054 )
4. Gangguan memori b.d ketidakadekuatan
stimulus intelektual (D.0062 )
5. Gangguan persepsi sensori b.d usia lanjut
( D.0085 )
6. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian
( D.0080 )

Anda mungkin juga menyukai