Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN

MENEJEMEN KEPERAWATAN

“SISTEM PENGORGANISASIAN ASUHAN KEPERAWATAN”

OLEH :

1. ANNISA RAHMAWATI (P07220216005)


2. FUJI MAHMUDAH (P07220216
3. HAMDI MUADZ MAHRUZ (P07220216
4. SRI DEVI MU’AMMAMAH (P07220216036)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KALTIM
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Sistem Pengorganisasian Asuhan
Keperawatan” ini selesai pada waktunya.

Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari bahwa selesainya makalah ini tidak lepas
dari beberapa pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen pembimbing.

Selain itu, kami juga menyadari bahwa tiada gading yang tak retak. Begitupun dengan kami
sebagai manusia tentunya dalam menyusun makalah ini kami tidak luput dari kesalahan. Oleh
karena itu, kami mengharap datangnya kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca, dengan harapan agar suatu saat nanti kami dapat menyusun makalah dengan lebih
baik lagi.

Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi
para pembaca semuanya. Aamiin.

Samarinda, 05 Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................ i


Daftar Isi .................................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan .................................................................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1. 2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1. 3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2

Bab II Landasan Teori .............................................................................................................. 3

2.1 Definisi Pengorganisasian ............................................................................................. 3


2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengorganisasian .................................................. 5
2.3 Prinsip Dalam Pengorganisasian ................................................................................... 7
2.4 Hal Yang Diperlukan Dalam Pengorganisasian ............................................................ 8

Bab III Pembahasan ................................................................................................................ 10

3.1 Metode Fungsional....................................................................................................... 10


3.2 Metode Team ............................................................................................................... 11
3.3 Metode Kasus............................................................................................................... 13
3.4 Metode Primer ............................................................................................................. 14
3.5 Metode Primer Modifikasi ........................................................................................... 16

Bab IV Penutup ....................................................................................................................... 19

4.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 19


4.2 Saran ........................................................................................................................... 19

Daftar pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Berbagai kebutuhan hidup yang tidak terbatas dan kemampuan yang terbataslah yang
mendorong manusia untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Hal ini diperkuat
dengan pendapat, bahwa manusia merupakan mahluk social. Sejalan dengan tingkat
kematangan (keinginan dan kemampuannya), hubungan tersebut terus bergerak dinamis
dimuali dari tingkat yang sederhana, hingga tingkat hubungan yang modern.Sebuah
organisasi adalah pola hubungan banyak yang saling terjalin secara simultan yang
menjadi jalan bagi orang, dengan pengarahan dari manajer, untuk mencapai sasaran
bersama.

Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen. Organisasi


identik dengan sekelompok Individu yang terstruktur dan sistematis yang berada dalam
sebuah sistem.pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan
struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya.
Dengan hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.

Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang juga mempunyai peranan


penting seperti halnya fungsi perecanaan. Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh
sumber daya yang di miliki oleh organisasi (manusia dan bukan manusia) akan diatur
penggunanya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.

Organisasi sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari.Sehingga organisasi


merupakan suatu hal yang penting yang harus di pelajari dengan baik. Contohnya jika
kita bekerja pada sebuah perusahaan, kita kan melakukan suatu organisasi. Oleh sebab
itu kita harus mengetahui apa yang dimaksud dari organisasi, faktor yang
mempengaruhi, apa yang diperlukan pada pengorganisasian, dan hasil riset pada
pengorganisasian.

1
1. 2 Tinjauan Pustaka
1) Apa definisi pengorganisasian dalam manajemen?
2) Apa saja faktor yang mempengaruhi pengorgansasian manajemen?
3) Bagaimana prinsip dalam pengorganisasian manajemen?
4) Apa saja yang diperlukan dalam pengorganisasian manajemen?
5) Apa hasil riset metode – motede pengorganisasian dalam manajemen?

1. 3 Tujuan Penulisan
1) Mengetahui definisi pengorganisasian dalam manajemen.
2) Mengetahui faktor yang mempengaruhi pengorganisasian dalam manajemen
3) Mengetahui prinsip – prinsip pengorganiasian dalam manajemen.
4) Mengetahui hal yang diperlukan dalam pengorganisasian manajemen.
5) Mengetahui hasl riset metode – motede pengorganisasian dalam manajemen.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pengorganisasian


Banyak pendapat menurut para ahli mengenai definisi dari pengorganisasian, berikut
pengertian pengorganisasian menuru para ahli :
a) Gr. Terry
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan – hubungan kelakuan yang
efektif antara orang – orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien, dan
dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas – tugas
tertentu dalam kondisi likungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
b) Koontz & Donnell
Fungsi pengorganisasian manajer meliputi penentuan golongan kegiatan – kegiatan yang
diperlukan untuk tujuan – tujuan perusahaan, pengelompokan kegiatan tersebut kedalam
suatu bagian yang dipimpin oleh seorang manajer serta melimpahkan wewenang untuk
melaksanakannya.
c) Sp Hasibuan
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan
bermacam – macam aktifitas yang diperelukan untuk mencapai tujuan, menempatkan
orang – orang pada setiap aktifitas, menyediakan alat – alat yang diperlukan, menetapkan
wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan
aktifitas tersebut.
d) Menurut Cefto Samuel C
The proccess of establishing ordrly uses for all oeganizational's resources.
(pengorganisasian merupakan proses mengatur semua kegiatan secara sistematis dalam
mengelola sumber daya)
e) Menurut Williams Chuck
Deciding where decision will be made, who will do that jobs and task, and who will work
for whom. (memutuskan dimana keputusan akan dibuat, siapa yang akan melakukan
pekerjaan dan tugas itu, dan siapa yang akan bekerja serta untuk siapa mpekerjaan itu
dilakukan)

3
f) Menurut Daft Richard
Pengorganisasian merupakan sebuah kegiatan pemanfaatan sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan stategis.
Secara umum pengorganisasian merupakan proses pengelompokan kegiatan terhadap
tugas, wewenang, tanggung jawab, dan koordinasi kegiatan baik vertical maupun
horizontal yang di lakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan.
Pengorganisasian ada dalam berbagai bidang salah satunya dalam keperawatan.
Pengertian pengorganisasian dalam keperawatan ialah sistem yang mengatur personil atau
staff yang ada dalam rencana tersebut supaya berlagsung sesuai dengan rencana dan tujuan
yang di capai guna mencapai tujuan dalam organisasi.
Beberapa manfaat organisasi yaitu:
 Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih
efektif dengan adanya organisasi yang baik.
 Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah,
jika organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat
menjadi dan memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan
menciptakan generasi mudah yang tangguh dan ksatria.
 Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan.Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi
dapat menjadi solusi.
 Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring
dengn munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan
pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir
sejarah ilmu pengetahuan.
Menurut Stoner (1996) langkah-langkah dalam proses pengorganisasian terdiri dari lima
langkah:
 Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
organisasi
 Membagi beban kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara logis dan memadai
dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh sekelompok orang.
 Mengkombinasi pekerjaan anggota perusahaan dengan cara yang logis dan efisien

4
 Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota organisasi dalam
satu kesatuan yang harmonis
 Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah penyesuaian
untuk mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.

2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengorganisasian

Faktor yang mempengaruhi pengorganisasian di bedakan menjadi dua, yaitu faktor intern
dan faktor ekstern. Berikut penjelasan dua faktor tersebut :

A. Faktor Intern

Pengaruh internal merupakan faktor yang berasal dari dalam organisasi itu sendiri baik
dari pimpinan, karyawan, dan aspek yang menjadi internal suatu organisasi. Faktor internal
merupakan faktor yang sangat crucial karena dapat berdampak besar bagi organisasi,
dampaknya dapat berupa kemajuan maupun keruntuhan dan kegagalan organisasi tersebut.

 Perubahan kebijakan pemimpin

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan


organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan
yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang
pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam
menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, maupun atasan pimpinan
itu sendiri.

 Perubahan tujuan
 Pemekaran atau perluasan wilayah organisasi
 Volume kegiatan yang bertambah banyak
 Tingkat pengetahuan dan keterampilan para anggota organisasi
 Sikap dan Perilaku dari para anggota organisasi
 Berbagai macam ketentuan atau peraturan baru yang berlaku dalam organisasi.

5
B. Faktor Ekstern

Pengaruh Eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar organisasi.faktor eksternal
juga dapat memberikan dampak bagi organisasi tersebut, namun apabila internal
organisasi dapat mempertahankan konsep pemikiran serta pandangan terhadap tujuan
organisasi, faktor eksternal tidak begitu berpengaruh.

 Budaya
Adanya konsep budaya yang dikembangkan oleh pakar oraganisasi menjadi
bagian yang erat kaitannya dengan aspek-aspek pengembangan organisasi. Maka
muncul-lah istilah “Budaya Organisasi”. Secara sederhana budaya organisasi dapat
didefinisikan sebagai nilai-nilai dan cara bertindak yang dianut organisasi (beserta
para anggotanya) dalam hubungannya dengan pihak luar. Secara umum,
perusahaan atau organisasi terdiri dari sejumlah orang dengan latar belakang
kepribadian, emosi dan ego yang beragam. Hasil penjumlahan dan interaksi
berbagai orang tersebut membentuk budaya organisasi.
 Teknologi
Istilah teknologi mengacu pada cara sebuah organisasi mengubah input menjadi
output. Setiap organisasi paling tidak memiliki satu teknologi untuk mengubah
sumber daya finansial, SDM, dan sumber daya fisik menjadi produk atau jasa.
 Lingkungan
Organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya karena lingkungan selalu berubah.
Beberapa organisasi menghadapi lingkungan yang relatif statis - tak banyak
kekuatan di lingkungan mereka yang berubah. Misalnya, tidak muncul pesaing
baru, tidak ada terobosan teknologi baru oleh pesaing saat ini, atau tidak banyak
aktivitas dari kelompok-kelompok tekanan publik yang mungkin memengaruhi
organisasi. Organisasi-organisasi lain menghadapi lingkungan yang sangat dinamis
- peraturan pemerintah cepat berubah dan memengaruhi bisnis mereka, pesaing
baru, kesulitan dalam mendapatkan bahan baku, preferensi pelanggan yang terus
berubah terhadap produk, dan semacamnya. Secara signifikan, lingkungan yang
statis memberi lebih sedikit ketidakpastian bagi para manajer dibanding
lingkungan yang dinamis.
 Pemerintah
Pemerintah juga mempengaruhi organisasi terhadap aturan dan regulasi yang
membatasi organisasi tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh

6
dilakukan. Aturan-aturan dan regulasi tersebut meliputi berbagai hal, misalnya
regulasi tentang ketentuan upah minimum pada suatu daerah, perlindungan
terhadap lingkungan hidup, hubungan burah dan majikan, dan berbagai regulasi
lainnya.

2.3 Prinsip Pada Pengorganisasian

Berikut ini adalah prinsip dari pengorganisasian :

1. Perumusan Tujuan. Tujuan organisasi harus dirumuskan dengan jelas. Tujuan yang
akan memandu setiap orang dalam organisasi. Semakin jelas tujuan yang akan diraih
maka semakin mudah pula organisasi menentukan langkah yang tepat.
2. Departementasi. Penyusunan bagian-bagian yang akan menjalankan tugas-tugas
sesuai bidang tertentu. Dapat dilakukan dengan mengelompokkan tugas-tugas sejenis.
3. Pembagian kerja. Setelah dilakukan departemetasi perlu pengisian aktifitas kerja
sesuai dengan bidangnya masing-masing Koordinasi. Koordinasi dimaksudkan untuk
mencapai keselarasan dalam organisasi
4. Kesatuan perintah. Masing-masing pejabat dalam hirarki yang berlaku hanya
bertanggungjawab kepada satu atasan tertentu dan hanya menerima perintah darinya.
5. Fleksibilitas. Organisasi semestinya menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Perubahan tersebut antara lain mencakup revisi tujuan, teknologi, SDM yang spesialis.
6. Berkesinambungan. Organisasi setelah dibentuk diharapkan terus beroperasi dan
memenuhi kebutuhan stakeholders-nya.
7. Keseimbangan. Bagian atau satuan dalam organisasi yang memiliki peran yang sama
pentingnya harus ditempatkan pada level yang sama pula.
8. Koordinasi. Koordinasi dimaksudkan untuk mencapai keselarasan dalam organisasi.
9. Pelimpahan wewenang. Pelimpahan kewenangan dari pejabat yang lebih tinggi ke
pejabat yang lebih rendah atau antar pejabat yang setara.
10. Rentang kendali (span of control). Merupakan jumlah bawahan yang dipimpin dengan
baik oleh seorang pemimpin di atasnya.
11. Jenjang organisasi/hiraki. Menunjukkan adanya tingkatan-tingkatan yang perlu
dilewati dalam menentukan sebuah keputusan.
12. Pemisahan fungsi lini dan staf.Fungsi lini seharusnya dipisahkan dengan fungsi staff
walaupun mereka memiliki karakter yang mirip.Fungsi lini langsung terhubung
dengan kegiatan operasi sedangkan fungsi staf adalah pelengkap dari fungsi

7
lini.Fungsi ini harus dikoordinaiskan jika dibutuhkan tetapi secara normal harus
dipisahkan.
13. Efisiensi. Struktur organisasi seharusnya mampu untuk meningkatkan fungsi secara
lebih efisien.Untuk itu, struktur harus sesuai dengan nature, ukuran, aktifvitas, dll dari
organisasi.
14. Prinsip pengecualian. Eksekutif pada level yang level lebih tinggi sibuk dengan hal-
hal yang penting dan memiliki batas waktu untuk mempelajari hal-hal administratif
rutin. Masalah yang sangat rumit dan luar biasa kompleks harus diselesaikan oleh top
management dan masalah rutin harus dihadapi oleh eksekutif yunior pada tingkat yang
lebih rendah. Lebih dari itu, waktu dari top management ditabung. Mereka dapat
mempergunakan waktu mereka untuk menghadapi masalah yang lebih penting dan
kompleks.
15. Chain of command. Prinsip dari chain of command adalah batas kewenangan dari
kepala eksekutif kepada atasan level pertama sudah didefinisikan dengan jelas. Batas
kewenangan harus didefinisikan dengan wajar untuk menghindari kebingungan.
16. Simple/sederhana. Struktur organisasi harus dibuat sederhana untuk pemahaman yang
lebih jelas dari karyawan.Struktur juga seharusnya lebih mudah untuk diatur.
Komunikasi internal akan lebih mudah jika struktur organisasi lebih sederhana.
Struktur organisasi harus sesederhana mungkin.

2.4 Hal Yang Diperlukan Pada Pengorganisasian


 Tujuan
Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu team dalam bekerja. Namun hal tersebut
belum cukup jika visi, misi dan tujuan yang ditetapkan tidak sejalan dengan kebutuhan
dan tujuan para anggota.
 Tantangan
Manusia dikarunia mekanisme pertahanan diri yang di sebut “fight atauflight syndrome”.
Ketika dihadapkan pada suatu tantangan, secara nalurimanusia akan melakukan suatu
tindakan untuk menghadapi tantangan tersebut (fight) atau menghindar (flight). Dalam
banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untuk mencapai
kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator.

8
Namun demikian tidak semua pekerjaan selalu menghadirkan tantangan. Pertanyaannya
adalah bagaimana caranya memberikan suatu tugas atau pekerjaan yang menantang dalam
interval. Salah satu kriteria yang dapat dipakai sebagai acuan apakah suatu tugas memiliki
tantangan adalah tingkat kesulitan dari tugas tersebut. Sebaliknya, jika terlalu mudah maka
team juga akan malas untuk mengerjakannya karena dianggap tidak akan menimbulkan
kebanggaan bagi yang melakukannya.
 Keakraban

Team yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain, setia kawan,
dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota team saling menyukai dan berusaha
keras untuk mengembangankan dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan
interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar terciptanya
keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota team.

 Tanggungjawab

Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu tanggungjawab.
Tanggungjawab mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau
mengambil suatu keputusan. Team yang diberi tanggungjawab dan otoritas yang
proporsional cenderung akan memilikimotivasi kerja yang tinggi.

 Kesempatan Untuk Maju

Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan diri,mempelajari
konsep dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. Jika
dalam sebuah team setiap anggota merasabahwa team tersebut dapat memberikan peluang
bagi mereka untuk melakukanhal-hal tersebut di atas maka akan tercipta motivasi dan
komitment yang tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa perkembangan pribadi
memberikan nilai tambah bagi individu dalam meningkatkan harga diri.

 Kepemimpinan

Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang berperan penting dalam
mendapatkan komitment dari anggota team.Leader berperan dalam menciptakan kondisi
kondusif bagi team untuk bekerja dengan tenang dan harmonis.Seorang leader yang baik
juga dapat memahami 6 faktor yang dapat menimbulkan motivasi seperti yang disebutkan
diatas.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Metode Fungsional


1. Definisi metode fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua
pasien di bangsal.

2. Contoh penerapan metode fungsional

Kepala Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :

Pengobatan Merawat luka Pengobatan Merawat luka

Pasien / Klien

Diagram 1 : sistem asuhan keperawatan “metode keperawatan fungsional”

Contoh:
Perawat A bertugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang
ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas
tersebut dan menerima laporan tentang semua pasien serta menjawab semua
pertanyaan tentang pasien.

10
3. Keuntungan metode fungsional
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan
pengawasan yang baik
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c. Perawat senior diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman
d. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk satu tugas yang sederhana.
e. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.

4. Kelemahan metode fungsional


a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
b. Pelayanan keperawatan terpisah pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja Pasien / klien
d. Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
e. Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan
f. Pelayanan terputus-putus
g. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai

3.2 Metode Team


1. Definisi metode team
Metode team adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok
perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman
serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain
itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum
tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu
anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya
pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan
atau asuhan keperawatan klien.

11
Metode team adalah metode yang berdasarkan kelompok pada filosofi
keperawatan. Terdapat sekitar 6-7 perawat profesional dan perawat associate bekerja
sebagai suatu tim, disupervisi oleh ketua tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.

2. Contoh penerapan metode team


Kepala
ruangan

Ketua tim Ketua tim Ketua tim

staff Staff Staff


perawat perawat perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

Diagram 2 : sistem asuhan keperawatan “metode keperawatan tim”

3. Keuntungan metode team


a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehinggah konflik mudah di atasi dan
memberikan kepuasaan pada anggota tim
d. Saling memberi pengalaman antar sesama tim
e. Pasien dilayani secara komfrehesif
f. Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
g. Tercipta kerja sama yang baik
h. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
i. Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan
efektif.

12
4. Kelemahan metode team
a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar
anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.

3.3 Metode Kasus


1. Definisi metode kasus
Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk
satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama
periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien.
Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan
langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.
Metode kasus merupakan metode yang berdasarkan pendekatan holistik dari
filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada
pasien tertentu.
Rasio pasien perawat adalah 1:1. Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat
yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien untuk satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat
privat atau untuk perawatan khusus seperti: isolasi, intesive care.

13
2. Contoh penerapan metode kasus

Kepala
Ruangan

staff perawat staff perawat staff perawat

pasien/klien pasien/klien pasien/klien

Diagram 3 : sistem asuhan keperawatan “metode keperawatan kasus”

3. Keuntungan metode kasus


a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

4. Kelemahan metode kasus


a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
c. Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga
tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
d. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah pasien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan Kepala Ruang Staf Perawat Pasien/ klien Staf Perawat Staf
Perawat Pasien/ klien Pasien/ klien
e. Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penaggung
jawab pasien bertugas.

3.4 Metode Primer


1. Definisi metode primer
Metode primer adalah metode dalam pemberian asuhan keperawatan yang ditandai
dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama
pasien dirawat.
Metode primer merupakan metode yang berdasarkan pada tindakan yang
komprehensif dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap semua

14
aspek asuhan keperawatan dari hasil pengkajian kondisi pasien untuk mengkoordinir
asuhan keperawatan.
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selma 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawata, ada kejelasan antara pembuat
rencana suhan dan pelasksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus anatar pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merancanakan, melakukan, koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

2. Contoh penerapan metode primer

Kepala
Ruang

Dokter Sarana
RS

Perawat Primer

pasien/klien

Kepala Kepala
Ruang Ruang

Kepala
Ruang

Diagram 4 : Sistem asuhan keperawatan “metode keperawatan primer”

3. Keuntungan metode primer


a. Bersifat kontunuitas dan komprehensif
b. Perawata primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri
c. Mendorong kemandirian perawat
d. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
e. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
f. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa di manusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang Dokter Kepala

15
ruang Perawat primer Pasien/ klien Sarana RS Kepala Ruang Kepala Ruang Kepala
Ruang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan., dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

4. Kelemahan metode primer


a. Hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, akuntabel, serta
mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu
b. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
c. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional d. Biaya relatif lebih tinggi
dibandingkan metode lain.

3.5 Metode Primer Modifikasi


1. Definisi metode primer modifikasi
Metode primer modifikasi adalah metode gabungan antara metode penugasan tim
dengan metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat
merawat pasien dari datang sampai pulang. Pada model ini, digunakan secara
kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S.Sudarsono (2000), penerapan sistem model ini didasarkan pada
beberapa alasan :
a. Keperawatan primer tidak di gunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak di gunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagain besar
adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ ketua
tim tentang asuhan keperawatan.
Untuk ruang model ini di perlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model
modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP)
dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat, juga Ners, Perawat

16
Associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan
D3 Keperawatan ( 3 orang ) dan SPK (18 orang).

2. Contoh penerapan metode primer modifikasi

Dokter

PP1 PP2 PP3 PP3

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

Diagram 5 : Sistem asuhan keperawatan “metode primer modifikasi”

3. Keuntungan metode primer modifikasi


a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehinggah konflik mudah di atasi dan
memberikan kepuasaan pada anggota tim
d. Saling memberi pengalaman antar sesama tim
e. Bersifat kontunuitas dan komprehensif
f. Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri
g. Mendorong kemandirian perawat
h. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat

17
4. Kelemahan metode primer modifikasi
a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar
anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim
d. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
e. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
f. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas, yaitu sebagai berikut:
1. Metode Fungsional adalah setiap perawat mendapat tugas yang berbeda dalam
merawat setiap pasien
2. Metode Tim adalah perawat degan latar belakang pendidikan yang berbeda
bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien
3. Metode Primer adalah seorang perawat profesional bertanggung jawab memberi
perawatan secara menyeluruh selama 24 jam pada 4-6 pasien dalam satu unit sejak
pasien masuk sampai pulang
4. Metode Kasus adalah satu perawat merawat satu pasien (total patient care)
5. Metode Primer-modifikasi adalah gabungan metode tim dan metode primer.

4.2 Penutup
Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu agar memahami perbedaan kelima
metode praktik keperawatan dan mampu mengaplikasikannya dengan sebaik mungkin
serta tidak menjadikan kelemahan-kelemahan metode untuk memberikan pelayanan yang
optimal.

19
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan. Jogjakarta : AR-Ruzz Media.

Bowo Arief, 2008. Pengorganisasian. Jakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu buana.

Douglas, L.M. 1992. The Effective Nurse, Leader, and Manager. St Louis : The CV. Mosby
Company.

Handoko, T. Hani 2003. Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapanbelas. Yogyakarta:


BPFE-Yogyakarta.

Kadarman, A.M. et.al. 1996. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: Gramedia.

Sitorus, R. 2006. Model Praktik Keperawatan Professional Di Rumah Sakit : Penataan


Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan Di Ruang Inap. Jakarta : EGC.

Thoha, M. 2011. Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Rajawali Pers.

Ali, Zaidin. 2001. Dasar – Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.

Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional


Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai