Anda di halaman 1dari 19

Peran Perawat dalam

‘Patient Safety’

L/O/G/O
Akhiat, SKM, M.Si
Tanggungjawab Perawat
1. Memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan-
kemungkinan resiko
2. Melaporkan kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD) kepada yang
berwenang
3. Berperan Aktif dalam melakukan pengkajian terhadap keamanan dan
kualitas/mutu pelayanan
4. Meningkatkan komunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan
professional lainnya
5. Mengusulkan peningkatan kemampuan staf yang cukup
6. Membantu pengukuran terhadap peningkatan patient safety
7. Meningkatkan standar baku untuk program pengendalian infeksi
(infection control)
8. Mengusulkan SOP dan protocol pengobatan yang dapat memimalisasi
kejadian error
9. Berhubungan dengan badan-badan profesional yang mewakili para
dokter ahli farmasi dan lain-lain
10. Meningkatkan cara pengemasan dan pelabelan obat
11. Berkolaborasi dengan sistem pelaporan nasional untuk mencatat,
menganalisa dan mempelajari kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD)
PENDEKATAN KOMPREHENSIF DALAM
PENGKAJIAN KESELAMATAN PASIEN

Pengkajian pada keselamatan pasien secara garis besar


dibagi :

1. Struktur
2. Lingkungan
3. Peralatan dan teknologi
4. Proses
5. Person
6. Budaya.
A. Struktur

1. Kebijakan dan prosedur organisasi :


a. Cek telah terdapat kebijakan dan prosedur tetap
yang telah dibuat dengan mempertimbangkan
keselamatan pasien.
b. Fasilitas : Apakah fasilitas dibangun untuk
meningkatkan keamanan ?
c. Persediaan : Apakah hal – hal yang dibutuhkan
sudah tersedia seperti persediaan di ruang
emergency, ruang ICU
B. Lingkungan
1. Pencahayaan dan permukaan : berkontribusi terhadap pasien jatuh
atau cedera
2. Temperature : pengkondisian temperature dibutuhkan dibeberapa
ruangan seperti ruang operasi , hal ini diperlukan misalnya pada saat
operasi bedah tulang suhu ruangan akan berpengaruh terhadap
cepatnya pengerasan dari semen
3. Kebisingan : lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi saat
perawat sedang memberikan pengobatan dan tidak terdengarnya
sinyal alarm dari perubahan kondisi pasien
4. Ergonomic dan fungsional : ergonomic berpengaruh terhadap
penampilan seperti teknik memindahkan pasien, jika terjadi kesalahan
dapat menimbulkan pasien jatuh atau cedera. Selain itu penempatan
material di ruangan apakah sudah disesuaikan dengan fungsinya
seperti pengaturan tempat tidur , jenis , penempatan alat sudah
mencerminkan keselamatan pasien.
C. Peralatan dan teknologi.
1. Fungsional : perawat harus mengidentifikasi penggunaan alat dan
desain dari alat. Perkembangan kecanggihan alat sangat cepat
sehingga diperlukan pelatihan untuk mengoperasikan alat secara
tepat dan benar .
2. Keamanan : Alat – alat yang digunakan juga harus didesain
penggunaannya dapat meningkatkan keselamatan pasien.
D. Proses
1. Desain kerja : Desain proses yang tidak dilandasi riset yang adekuat dan kurangnya
penjelasan dapat berdampak terhadap tidak konsisten perlakuan pada setiap orang hal
ini akan berdampak terhadap kesalahan. Untuk mencegah hal tersebut harus dilakukan
research based practice yang diimplementasikan.
2. Karakteristik risiko tinggi : melakukan tindakan keperawatan yang terus – menerus saat
praktek akan menimbulkan kelemahan, dan penurunan daya ingat hal ini dapat menjadi
risiko tinggi terjadinya kesalahan atau lupa oleh karena itu perlu dibuat suatu system
pengingat untuk mengurangi kesalahan
3. Waktu : waktu sangat berdampak pada keselamatan pasien hal ini lebih mudah
tergambar ada pasien yang memerlukan resusitasi, yang dilanjutkan oleh beberapa
tindakan seperti pemberian obat dan cairan, intubasi dan defibrilasi dan pada pasien –
pasien emergency oleh karena itu pada saat – saat tertentu waktu dapat menentukan
apakah pasien selamat atau tidak.
4. Perubahan jadual dinas perawat juga berdampak terhadap keselamatan pasien karena
perawat sering tidak siap untuk melakukan aktivitas secara baik dan menyeluruh.
5. Waktu juga sangat berpengaruh pada saat pasien harus dilakukan tindakan diagnostic
atau ketepatan pengaturan pemberian obat seperti pada pemberian antibiotic atau
tromblolitik, keterlambatan akan mempengaruhi terhadapap diagnosis dan pengobatan.
6. Efisiensi : keterlambatan diagnosis atau pengobatan akan memperpanjang waktu
perawatan tentunya akan meningkatkan pembiayaan yang harus di tanggung oleh
pasien.
E. Person / Orang
1. Sikap dan motivasi ; sikap dan motivasi sangat berdampak kepada kinerja
seseorang. Sikap dan motivasi yang negative akan menimbulkan
kesalahan-kesalahan.
2. Kesehatan fisik : kelelahan, sakit dan kurang tidur akan berdampak
kepada kinerja dengan menurunnya kewaspadaan dan waktu bereaksi
seseorang.
3. Kesehatan mental dan emosional : hal ini berpengaruh terhadap perhatian
akan kebutuhan dan masalah pasien. tanpa perhatian yang penuh akan
terjadi kesalahan – kesalahan dalam bertindak.
4. Faktor interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan : perawat
memerlukan pendidikan atau pelatihan saat dihadapkan kepada
penggunaan alat – alat kesehatan dengan teknologi baru dan perawatan
penyakit – penyakit yang sebelumnya belum tren seperti perawatan flu
babi (swine flu).
5. Faktor kognitif , komunikasi dan interpretasi ; kognitif sangat berpengaruh
terhadap pemahaman kenapa terjadinya kesalahan (error). Kognitif
seseorang sangat berpengaruh terhadap bagaimana cara membuat
keputusan , pemecahan masalah baru mengkomunikasikan hal – hal yang
baru.
F. Budaya
1. Faktor budaya sangat bepengaruh besar terhadap pemahaman kesalahan
dan keselamatan pasien.
2. Pilosofi tentang keamanan ; keselamatan pasien tergantung kepada pilosofi
dan nilai yang dibuat oleh para pimpinanan pelayanan kesehatan
3. Jalur komunikasi : jalur komunikasi perlu dibuat sehingga ketika terjadi
kesalahan dapat segera terlaporkan kepada pimpinan (siapa yang berhak
melapor dan siapa yang menerima laporan).
4. Budaya melaporkan , terkadang untuk melaporkan suatu kesalahan mendapat
hambatan karena terbentuknya budaya blaming . Budaya menyalahkan
(Blaming) merupakan phenomena yang universal. Budaya tersebut harus
dikikis dengan membuat protap jalur komunikasi yang jelas.
5. Staff – kelebihan beban kerja, jam dan kebijakan personal. Faktor lainnya
yang penting adalah system kepemimpinan dan budaya dalam merencanakan
staf, membuat kebijakan dan mengantur personal termasuk jam kerja, beban
kerja, manajemen kelelahan, stress dan sakit
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007
resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan
Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”).

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di


Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi “Life-Saving” Keselamatan
Pasien Rumah Sakit
Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip
(Look-Alike, Sound-Alike Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang
membingungkan staf pelaksana adalah salah satu
penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat
(medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan
di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada
saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi
terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama
merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM
ditekankan pada penggunaan protokol untuk
pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep,
label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu,
maupun pembuatan resep secara elektronik.
Pastikan Identifikasi Pasien.
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk
mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah
kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun
pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang;
penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb.
Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi
terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien
dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi
di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan
kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini;
serta penggunaan protokol untuk membedakan
identifikasi pasien dengan nama yang sama.
Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima /
Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/
pengoperan pasien antara unit-unit pelayanan, dan
didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang
tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera
terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk
memperbaiki pola serah terima pasien termasuk
penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan
bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan
melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses
serah terima.
Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang
benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya
dapat dicegah. Kasus-kasus dengan pelaksanaan
prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang
salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi
dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak
benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau
kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi.
Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis
kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses
verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada sisi
yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat
dalam prosedur ’Time out” sesaat sebelum memulai
prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien,
prosedur dan sisi yang akan dibedah.
Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan
media kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat
yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat
standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan
pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan
elektrolit pekat yang spesifik.
Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan
Pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat
transisi / pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan
perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain
untuk mencegah salah obat (medication errors) pada
titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah
menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat
dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga
disebut sebagai “home medication list”, sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan
dan / atau perintah pemulangan bilamana menuliskan
perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb kepada
petugas layanan yang berikut dimana pasien akan
ditransfer atau dilepaskan.
Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang
(Tube).
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus
didesain sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan
terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa
menyebabkan cedera atas pasien melalui
penyambungan spuit dan slang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang
keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya
perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang
mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian
makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana
menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya
menggunakan sambungan & slang yang benar).
Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah
penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan
oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.
Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai ulang
jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik
para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan
khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian
infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka
mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek
jarum sekali pakai yang aman.
Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk
Pencegahan lnfeksi Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta
orang di seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh
di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif
adalah ukuran preventif yang pimer untuk
menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah
mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-
based hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan
tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf
mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar
mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja;
dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan
tangan melalui pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik
yang lain

Anda mungkin juga menyukai