Sistem Pendidikan Nasional PENGERTIAN PENDIDIKAN DARI ARTI KATA (ETIMOLOGI) A. Bahasa Indonesia WYS Purwodarminto (Kamus, 1976) mengartikan kata pendidikan sebagai perbuatan (hal, cara) mendidik. Sedang arti kata mendidik adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. B. Bahasa Jawa Panggulawentah berarti mengolah, membina kejiwaan dengan mematangkan perasaan, kemauan dan watak sang anak. C. Bahasa Inggris Dalam bahasa Inggris ada istilah “education” yang berasal dari bahasa Romawi “educare” yang berarti pendidikan. Sedangkan mendidik diterjemahkan dari educare, yang artinya: to develop or train the on to teach to prepare for a special profession or vocation (Lewis Adams, 1965,196). DEFINISI PENDIDIKAN: LANGEVELD “Mendidik adalah memberikan pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan dalam arti berdiri sendiri dan bertanggung jawab sesuai atas segala tindakan-tindakannya menurut pilihannya sendiri” (Yassin, 1965). Langeveld juga mengemukakan tiga inti hakikat kemanusiaan, yakni: 1. Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia sebagai pribadi perorangan. 2. Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang sebagai anggota masyarakat, yang selalu berkait/berhubungan dengan orang-orang lain disekitarnya. 3. Manusia sebagai makhluk susila adalah manusia yang memahami dan melaksanakan nilai kesusilaan (moral) dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat. DEFINISI PENDIDIKAN: JOHN DEWEY “Etymologically, the word education means just a process of leading or bringing up” (John Dewey, 1964 : 10) John Dewey memandang pendidikan sebagai proses, yaitu pendidikan diartikan sebagai tuntunan terhadap proses pertumbuhan dan proses sosialisasi dari anak. Dalam proses pertumbuhan ini anak mengembangkan dirinya ke tingkat yang makin lama makin sempurna, sesuai dengan teori evolusi Darwin (Soemadi Tj. 1981: 24) DEFINISI PENDIDIKAN: KI HAJAR DEWANTARA Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, (Ki Hajar Dewantara, 1952 : 221) Upaya untuk memajukan anak berarti menyikapi subyek didik sebagai pribadi (persona) yang potensial untuk berdiri dan maju atas kekuatannya sendiri. Ini juga berarti Taman Siswa memandang (menilai) pendidikan sebagai sesuatu upaya untuk menyediakan situasi, kondisi dan fasilitas yang dapat memberikan pengalaman belajar yang relevan dengan masa depan (Wawasan Kependidikan Guru Akta V : 94) DEFINISI PENDIDIKAN: PANDANGAN FILOSOFIS 1. Manusia sebagai homo religius (makhluk beragama), maka hakekat pendidikan berarti: mengembangkan kesadaran beragama melalui pendidikan agama. 2. Manusia sebagai homo sapiens (makhluk rasional/berpikir), maka hakikat pendidikan ialah mengembangkan kemampuan berpikir anak/subyek didik, melalui pendidikan intelektual (kognitif). 3. Manusia sebagai homo economicus makhluk ekonomis/kesadaran ekonomi, maka hakikat pendidikan adalah: membimbing anak hingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi. 4. Manusia sebagai homo faber (makhluk berpiranti), maka hakikat pendidikan adalah: mengembangkan dan melatih berbagai macam ketrampilan. 5. Manusia sebagai homo etis (makhluk susila), hakikat pendidikan ialah: menanamkan norma-norma kesusilaan dan mampu berbuat susila. 6. Manusia sebagai homo socius (makhluk sosial), hakikat pendidikan adalah proses sosialisasi atau mempersiapkan hidup di masyarakat. 7. Manusia sebagai homo mono dualis (makhluk dwi tunggal), yaitu jasmani dan rohani hakikat pendidikan berarti: mengembangkan kedua aspek tersebut sebagai kesatuan. 8. Manusia sebagai makhluk homo mono pluralis (makhluk seutuhnya dari bermacam-macam segi), maka hakikat pendidikan berarti: mengembangkan semua segi kepribadiannya (individu, sosial, agama, kecerdasan, keterampilan dan seterusnya). KONSEP PENDIDIKAN: KETETAPAN MPR NO. IV/MPR/1973 “Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup” KONSEP PENDIDIKAN: UNDANG-UNDANG RI NO. 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. KAPAN PROSES PENDIDIKAN DIMULAI KAPAN PROSES PENDIDIKAN BERAKHIR KAPAN PROSES PENDIDIKAN DIMULAI KAPAN PROSES PENDIDIKAN BERAKHIR TRI PUSAT PENDIDIKAN SEBAGAI WADAH PROSES PENDIDIKAN Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu, baik lingkungan yang berhubungan dengan ruang maupun waktu. Lingkungan dalam kaitan dengan pendidikan adalah segala sesuatu yang berada di luar diri anak dalam alam semesta ini (Depdikbud, 1981:85). Para ahli membedakan jenis lingkungan pendidikan menjadi: 1. Lingkungan alam 2. Lingkungan sosial Berdasarkan tempat pelaksanaan pendidikan: 1. Keluarga 2. Sekolah 3. Masyarakat KELUARGA SEKOLAH MASYARAKAT FUNGSI PENDIDIKAN: SEBAGAI PENEGAK NILAI Pendidikan sebagai penegak nilai artian memelihara serta menjaga tetap lestarinya nilai-nilai tersebut dalam masyarakat. Untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai ini dengan sendirinya dunia pendidikan harus selektif sehingga tidak menimbulkan gejolak-gejolak dalam masyarakat, sehingga dapat melaksanakan kehidupannya dalam masyarakat secara tenang sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Dengan demikian nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tetap menjadi landasan bagi setiap anggota masyarakat dalam kehidupannya. Nilai-nilai humaniora seperti keluhuran, kesucian, kerukunan merupakan bentuk- bentuk nilai kemasyarakatan yang harus dijunjung tinggi oleh setiap anggota masyarakat. Hal ini merupakan tugas yang tidak bisa dihindarkan dari kegiatan dunia pendidikan agar nilai–nilai tersebut dapat lestari dalam masyarakat dan juga sebagai pengikat dari masyarakat tersebut. FUNGSI PENDIDIKAN: SEBAGAI SARANA PENGEMBANG MASYARAKAT Proses pendidikan selalu terjadi dalam lingkungan masyarakat. Hal ini memang tidak aneh karena pendidikan itu memang bertujuan untuk mengembangkan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian masyarakat itu sendiri akan selalu mengembangkan dirinya secara terus menerus. Proses ini akan berlangsung secara terus menerus selama masyarakat itu masih ada. Orang-orang dewasa dalam suatu masyarakat tertentu akan menjadi pendidik dalam lingkungan keluarganya masing-masing. Dengan demikian keluarga dalam masyarakat itu akan berusaha untuk menjadikan anak keturunannya menjadi anggota-anggota masyarakat yang baik. FUNGSI PENDIDIKAN: SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA Generasi muda yang disiapkan melalui berbagai pendidikan ini sebagai pengganti generasi tua yang bisanya mulai lamban dan kurang responsive terhadap perkembangan masyarakat yang terjadi. Mereka akan merasa “kewalahan” dalam mengikutinya sehingga masyarakat akan ketinggalan dari lajunya perkembangan masyarakat itu. Hal ini akan merupakan tantangan bagi generasi penggantinya. Generasi baru harus telah disiapkan sedemikian rupa oleh para pendidiknya sehingga mereka akan menjadi pembaharu-pembaharu dalam masyarakatnya.