Anda di halaman 1dari 25

Laki-laki 20 Tahun

dengan Keluhan
Nyeri Menelan
Daniel budi / D4
102016082
Skenario 5
 Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang
dengan keluhan nyeri menelan
Anamnesis
 nyeri menelan sudah 1 minggu
 sebelah kiri lebih nyeri

 ada rasa mengganjal

 demam  2 hari belakangan naik

 pilek  tidak terlalu menganggu


 - gangguan mendengar, + nyeri telinga, menjalar ke

kiri
 Bau mulut

 Nyeri membuka mulut +, sulit untuk membuka mulut

 Bengkak di sisi kiri

 Sedang radang, gigi ngilu +, - suara serak


 Pada pemeriksaan fisik suhu 38 o C, nadi
meningkat , RR meningkat, TD dalam batas
normal. Telinga dan hidung tidak ditemukan
kelainan.
 Pemeriksaan tenggorokan palatum mole kiri
bengkak, uvula bengkak terdorong ke sisi kanan,
trismus 2 jari, tonsil kanan normal kiri T2 T2,
hiperemis +, Udem +
Anatomi
A. Lipatan palatoglossal
B. Lipatan palatofaringeal
C. Tonsil palatina
D. Uvula
Tonsil yaitu massa yang
terdiri dari jaringan
limfoid dan ditunjang
oleh jaringan ikat dengan
kriptus di dalamnya
Ruang Faringeal
 Ruang retrofaring (retropharyngeal space)
Dinding anterior ruang ini adalah dinding belakang
faring yang terdiri dari mukosa faring, facia
faringobasilaris dan otot-otot faring

 Ruang Parafaring (Fosa


Faringomaksila/Phyarungo-Maxillary Fossa)
Ruang ini berbentuk kerucut dengan dasarnya yang
terletak pada dasar tengkorak dekat foramen
jugularis dan puncaknya pada korny mayus os hioid
WD : Abses Peritonsil
 Pada tonsilitis akut kuman menembus kapsul
tonsil  radang pada jaringan ikat peritonsil
 infiltrat  supurasi  abses peritonsil
 Biasanya unilateral, banyak pada orang

dewasa
Abses Peritonsil

Etiologi

Sumber : Galioto, Nicholas J. Peritonsillar Abscess. American


Family Physician. 2008; Vol 77; hal 199-202
Gambaran Klinik
 Nyeri tenggorok hebat unilateral, spontan &
menelan
 Nyeri telinga, minum keluar lewat hidung
 Trismus, ptialismus
 Lidah kotor
 Pembesaran kelj. leher, nyeri tekan,
 Tonsil udem, hiperemi
 Palatum mole bombans, uvula terdorong ke
sisi sehat
 Diagnosis pasti  pungsi pd tempat

bombans. Bila pus (+)  abses, bila darah


(+)  infiltrat
Abses Peritonsil
Pemeriksaan
Penunjang
 Darah lengkap, elektrolit
 Kultur cairan dari aspirasi jarum

◦ menegakkan diagnosis
◦ menentukan pemilihan/perubahan antibiotik
 Kultur darah
◦ jika manifestasi klinis berat
Terapi
 Bila infiltrat, terapi seperti tonsilitis akut
 Bila abses  gold standard adalah insisi dan

dainase dengan analgesia topikal xylocaine


 Dapat diberikan antibiotik seperti pada

tonsilitis akut
 4-6 minggu setelah sembuh  tonsilektomi
 Antibiotika
golongan penisilin 600.000-1.200.000 unit
atau amoksisilin 3-4X 250-500 mg/ hari atau
sefalosporin 3-4X 250-500mg/ hari

dan obat simtomatik seperti analgetik


antipiretik paracetamol 3x250-500 mg/ hari.
DD: Abses Retrofaring
 Insiden: bayi & anak < 5 tahun
 Etiologi: Streptokokus

 Pembuluh limfe retrofaring dari:


1.Tonsil palatina
2.Tonsil lingualis
3.Adenoid
4.Kavum nasi – sinus paranasalis
5.Tuba Eustachius – kavum timpani
 Penyebab:
1. Infeksi jalan nafas atas:
 Influenza
 Faringitis akut
2. Trauma:
 Tindakan dokter (komplikasi tindakan medis
seperti pemasangan NGT)
 Penetrasi benda asing
 Trauma tumpul
 Lokalisasi: epifaring, mesofaring, hipofaring
 Klinis:
◦ Subyektif: Demam, nyeri menelan – tak mau makan,
gelisah, buntu hidung
◦ Obyektif: otot leher kaku, bengkak leher unilateral,
kepala sukar digerakkan
◦ Lokal: benjolan pada dinding belakang faring, uvula udim
hebat-terdorong ke depan, fluktuasi

Pemeriksaan: pembengkaan pd dinding belakang faring, hiperemis

 Terapi: - Insisi
- Simtomatik
- Antibiotika
 Untuk antibiotika dapat diberikan penisilin
600.000-1.200.000 unit/hari,
 kloramfenikol 50 mg/kg BB/ hari,

Metronidazole 3x500 mg/hari.


 Kemudian simtomatis misalnya antipiretik-

analgetika, bila terdapat dehidrasi diberikan


cairan elektrolit
DD: Abses Parafaring
Ruang parafaring dapat mengalami infeksi dengan cara:

 Langsung,

yaitu akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi

dengan analgesia. Peradangan terjadi karena ujung jarung suntik

yang telah terkontaminasi kuman menembus lapisan otot tipis

(M. Konstriktor faring superior) yang memisahkan ruang

parafaring dari fosa tonsilaris


 Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam,

gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid dan

vertebra servikal dapat merupakan sumber infeksi untuk

terjadinya abses ruang parafaring

 Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring,

submandibula
Gejala Klinis
 Trismus
 Indurasi atau pembengkakan di sekitar angulus
mandibula
 Demam tinggi
 Pembengkakan dan nyeri pada daerah infeksi terutama di
daerah parafaring, regio tiroid dan regio submandibular.
 Keluhan nyeri biasanya akan semakin hebat ketika pasien
sedang menoleh atau sedang menggerakkan leher.
Tatalaksana
 Untuk terapi diberi antibiotika dosis tinggi secara
parenteral terhadap kuman aerob dan anaerob.
 Penisilin 600.000-1.200.000 unit/hari,
kloramfenikol 3x 250-500 mg/ hari,
Metronidazole 3x250-500 mg/hari.
 Evakuasi abses harus segera dilakukan bila tidak
ada perbaikan dengan antibiotika dalam 24-48
jam dengan insisi dan drainase
Prognosis
 Abses peritonsiler sebenarnya dubia et
bonam apabila diberikan antibiotik yang
adekuat, dilakukan drainase abses dan
tonsilektomi.
Pencegahan
 Karena abses peritonsil cenderung untuk
berulang – ulang, maka setelah serangan
pertama kali sesudah dua atau tiga minggu
dilakukan tonsilektomi.
Kesimpulan
 Abses peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi
tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar
mucus Weber di kutub atas tonsil. Jika abses berlanjut
maka akan menyebar ke daerah sekitarnya meliputi
musculus masseter dan muskulus pterygoid. Jika berat
infeksinya maka akan terjadi penetrasi melalui
pembuluh darah karotis. Apabila dilakukan penanganan
yang cepat dan tepat, pada dasarnya prognosis abses
peritonsil tidak buruk. Maka dari itu, hipotesis diterima

Anda mungkin juga menyukai