Glaukoma Full
Glaukoma Full
Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu lama baik secara sistemik maupun
dalam bentuk obat tetes mata dapat meneyebabkan kekeruhan lensa. Obat-obat
lain yang diduga menyebabkan katarak antara lain : phenotiazine, chlorpromazine,
obat tetes miotik kuat seperti phospholine iodine.
3. Katarak komplikata
Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraocular yang
mempengaruhi fisiologis lensa. Penyakit intraokuler yang sering berkaitan
antara lain uveitis kronik atau rekuren, glaucoma, retinitis pigmentosa dan
ablation retinae. Katarak ini biasanya unilateral. Katarak komplikata juga
dapat disebabkan akibat gangguan sistemik seperti diabetes mellitus, distrofi
miotonik, dermatitis atopic,
Berdasarkan Usia
1. Katarak kongenital : Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1
tahun
2. Katarak juvenile : Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senile : Katarak setelah usia 50 tahun (Ilyas,1999)
Katarak Senil
Biasanya timbul pada usia 50 tahun
Secara klinik dikenal dalam 4 stadium yakni insipient, imatur, matur dan hiper matur
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang (air+masa lensa
(masuk) keluar)
Patofisiologi
Kemajuan katarak merupakan pola yang dapat diprediksi. Katarak
dimulai dari kondisi katarak imatur yang memiliki gambaran lensa tidak
sepenuhnya opak dan beberapa cahaya masih dapat diteruskan sehingga
penglihatan masih memadai. Pada katarak matur, opasitas terjadi
menyeluruh (katarak disebut matang) katarak hipermatur merupakan
katarak dengan protein lensa mengalami pemecahan menjadi
polipeptida rantai pendek yang merembes keluar dari kapsul lensa.
Pecahan polipeptida ini kemudian difagosit oleh makrofag sehingga
dapat merusak jaringan trabekular menyebabkan glaukoma fakolitik.
Manifestasi Klinis
• Astigmatisme (Penglihatan kabur)
• Diplopia monokular (penglihatan ganda)
• Fotofobia (sensitif terhadap cahaya)
• Tidak nyeri
• Pergeseran miopik (misal: dapat membaca huruf kecil tanpa
menggunakan kacamata)
• Pergeseran warna: lensa pada lansia menjadi jauh lebih absorben pada
ujung biru spektrum
• Brunescens ( nilai warna bergeser menjadi kuning kecoklatan)
• Klien biasanya melihat lebih baik pada cahaya remang-remang
Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor,
karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi &
implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak dan untuk
menyingkirkan adanya kelainan mata lain selain katarak.
Penatalaksanaan Medis
1. Bedah Katarak Senil
A. Ekstraksi lensa intrakapsular (EKIK)
Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan
pada katarak senil. Lensa dikeluarkan berama-sama dengan kapsul
lensanya dengan memutus zonula Zinn yang telah pula mengalami
degenerasi.
3. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang
merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.
4. Kaca Mata Apakia
• Keuntungan : dapat mengambil alih fungsi lensa mata yang dikeluarkan,
kaca mata merupakan alat penglihatan yang aman dan harga yang tidak
terlalu mahal.
• Kerugian : adanya perasaan asing sewaktu memakainya, kaca mata terlalu
tebal dan berat, benda akan terlihat melengkungg, terlihat benda lebih
besar 30% dari ukuran sesungguhnya, pada waktu melihat harus selalu
menggerakkan kepala karena melihat dengan bagian tengah lensa,
akibatnya terjadi penyempitan lapang pandangan, serta terdapat bagian
yang tidak terlihat pada lapang pandangan 40-60%.
Komplikasi katarak
h. Pemeriksaan fisik
§ Keadaan umum, tanda vital
§ Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi): kepala, mata, telinga,
hidung, mulut, leher, dada, abdomen, urogenital, ekstremitas, kulit dan kuku, dan
keadaan lokal.Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop
(Smeltzer, 2002).
2. Diagnosa
Sebelum operasi
a. Gangguan persepsi sensori visual/penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan,penglihatan ganda.
b. Risiko cedera b.d disfungsi integrasi sensori
c. Ansietas b.d ancaman pada status terkini
Setelah operasi
a. Nyeri akut b.d agens cedera fisik (prosedur bedah)
b. Resiko infeksi b.d prosedur invasif
Diagnosa NOC NIC
Sebelum operasi 1. Meningkatkan ketajaman 1. Mempertahankan lapang ketajaman
penglihatan dalam batas situsi penglihatan tanpa kehilangan lebih
Gangguan persepsi individu lanjut.
sensori visual/penglihatan 2. Mengenal gangguan sensori dan 2. Tentukan ketajaman penglihatan, catat
berhubungan dengan berkompensasi terhadap perubahan apakah satu atau kedua mata terlibat.
penurunan ketajaman 3. Mengidentifikasi memperbaiki
penglihatan,penglihatan potensial bahaya dalam lingkungan 3. Orientasikan pasien terhadap
ganda. lingkungan, staf, orang lain di areanya.
4. Lakukan tindakan untuk membantu
pasien untuk menangani keterbatasan
penglihatan, contoh, atur
perabot/mainan, perbaiki sinar suram
dan masalah penglihatan malam.
Risiko cedera b.d Kepuasan klien : keamanan (3010) Pencegahan jatuh (6490)
disfungsi integrasi sensori 1. Mampu menggunakan alat-alat 1. Identifikasi kebiasaan dan faktor-
keamanan untuk mencegah cedera faktor yang mengakibatkan risiko jatuh
2. Mampu mengenali tanda-tanda 2. Identifikasi karakteristik lingkungan yang
peringatan adanya lingkungan yang dapat meningkatkan terjadinya risiko jatuh
berisiko (lantai licin)
Pengetahuan : pencegahan jatuh (1828) 3. Sediakan alat bantu (tongkat,walker )
1. Mampu menggunakan alat bantu 4. Ajarkan cara penggunaan alat bantu
dengan benar (tongkat atau walker )
2. Mampu latihan untuk mengurangi 5. Instruksikan pada klien untuk meminta
risiko jatuh bantuan ketika melakukan perpindahan,
jika diperlukan
6. Ajarkan pada keluarga untuk
menyediakan lantai rumah yang tidak licin
7. Ajarkan pada keluarga untuk
meminimalkan risiko terjadinya jatuh
pada pasien
Ansietas b.d ancaman Kontrol kecemasan diri (1402) Pengurangan kecemasan (5820)
pada status terkini 1. Mampu menggunakan teknik 1. Identifikasi tingkat kecemasan
relaksasi untuk mengurangi 2. Gunakan pendekatan yang tenang dan
kecemasan meyakinkan
2. Mampu tidur dengan adekuat 3. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
3. Mampu mengendalikan respon pelaku klien
kecemasan 4. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
4. Mampu mengurangi penyebab dirasakan selama prosedur
kecemasan 5. Dengarkan klien
6. Berikan informasi faktual terkait
diagnosis, perawatan dan prognosis
7. Dorong keluarga untuk menemani klien
yang dengan cara yang tepat
Setelah operasi Tingkat nyeri (2102) Manajemen nyeri (1400)
1. Nyeri yang dilaporkan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuklokasi,
Nyeri akut b.d agens berkurang karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor pencetus
cedera fisik 2. Ekspresi nyeri wajah hilang 2. Observasi reaksi nonverbal mengenai ketidaknyamanan
(prosedur bedah) 3. Dapat beristirahat 3. Kurangi faktor pencetus nyeri
4. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (relaksasi, terapi musik)