Kes
Faring merupakan separuh tabung muskulofascialis yang
menghubungkan cavitas oris dan cavitas nasi di dalam regio capitis
yang menuju laring dan esofagus didalam regio cervicalis.
Faring terletak setinggi vertebra CVI dengan puncak esofagus.
Faring dibagi menjadi 3 regio, yaitu:
1. Pars nasalis faringis atau nasofaring
2. Pars oralis faringis atau orofaring
3. Pars laringea faringis atau laringofaring
Otot faring disusun menjadi 2 kelompok:
1. Musculi konstriktor pharyngis
Musculus Perlekatan Perlekatan anterior Persarafa Fungsi
posterior n
Faktor
ketidakseimbangan
hormonal juga banyak
dikemukakan sebagai
penyebab dari tumor ini,
bahwa JNA berasal dari
sex steroid-stimulated
hamartomatous tissue
yang terletak di turbinate
ETIOLOGI cartilage.
Angiofibroma merupakan tumor jinak yang
paling sering terdapat pada nasofaring, tetapi
jumlahnya kurang dari 0.05% dari tumor
EPIDEMIOLOGI kepala dan leher. Tumor ini biasanya paling
banyak terjadi pada laki-laki decade ke-2
antara umur 7-19 tahun. Tumor ini jarang pada
usia lebih dari 25 tahun.
Sessions Fisch Chandler
1981 1982 1984
Radowski
(Revisi Sessions)
1996
Pada pemeriksaan histopatologi
angiofibroma nasofaring, ditemukan
jaringan fibrous yang matur yang
terdiri dari berbagai ukuran
pembuluh darah dengan dinding
yang tipis. Pembuluh darah tersebut
dibatasi endotelium tetapi pada
dinding pembuluh darahnya sedikit
mengandung elemen kontraktil otot
yang normal.
Etiologi : Tumbuh di
• Teori jaringan asal perlekatan jaringan posterolateral
angiofiboma di dinding posterolateratl atap rongga
hidung koana di atap
• Hormonal (androgen/estrogen) nasofaring
Meluas
Lateral ke foramen spenopalatina mendesak dinding posterior sinus maxilla -> terus ke
ifratemporal benjolan di pipi dan rasa penuh
Perluasan ke intrakranial
Gejala Gejala
Hidung tersumbat Hidung tersumbat
Epistaksis Rinore
Tuli konduktif Epistaksis
Limfadenopati colli Anosmia
Nasofaring
Intranasal Cavum nasi
Ethmoid
Spenoid
Fossa Palatina
IFT medial
IFT lateral
Sin kav med
Sin kav lat
Fossa kranialis
med
Dilakukan stereotaktik radioterapi Diberikan pada tumor residu dimana
(Gama knife) atau jika tumor meluas tidak ada indikasi untuk operasi
ke intrakranial dengan radioterapi maupun radioterapi.
konformal 3 dimensi. Dapat diberikan :
pada tumor yang telah mencapai doxorubicin dan dacarbazine
intrakranial dan melibatkan sinus
kavernosus dan kiasma optikus. vincristin, dactinomycin dan
cyclophosphamid
Komplikasi dapat mengenai intrakranial (penyakit stadium IV), seperti infeksi SSP dan
defisit neurologi, perdarahan yang tak terkontrol dan kematian.
Komplikasi akibat embolisasi diklasifikasikan menjadi mayor dan minor.
Komplikasi minor termasuk nyeri atau parestesia, sakit kepala dan edema wajah, yang
biasanya hilang dalam seminggu.
Komplikasi mayor termasuk stroke, kebutaan, kelumpuhan wajah, perforasi septum,
atau palatum nekrosis, semuanya memiliki insidensi kurang dari 2%.
Studi Sun, dkk. mengidentifikasi tiga faktor prediktif yang mungkin meningkatkan
kekambuhan, yaitu usia saat diagnosis (di bawah 18 tahun), ukuran tumor (>4 cm),
dan staging berdasarkan klasifikasi Radkowski.
Prognosis lebih baik jika cepat diketahui dan segera di ekstirpasi juga lebih
menguntungkan jika umur diatas 25 tahun. Dengan kata lain, fibroma kecil yang
tidak menutupi rongga nasofaring lebih mudah diangkat.
Adam G. Penyakit Nasofaring dan Orofaring. Dalam : EffendiH, Santoso K, editors
Boeis. Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC,1991:322-346
Asroel HA, Angiofibroma Nasofaring Belia, http://library.usu.ac.id, diakses tanggal 28
Mei 2018.
Bell, DJ, Gaillard, F, et al. 2018. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma.
https://radiopaedia.org/articles/juvenile-nasopharyngeal-angiofibroma . 28th May
2018. 11.06 pm.
Bickle, I, Gaillard, F, et al. 2018. Nasopharyngeal Carcinoma.
https://radiopaedia.org/articles/nasopharyngeal-carcinoma. May 29th 2018. 01.02 pm.
Drake R.L., Vogl W., Mitchell A.W.L. 2012. Gray’s Anatomy for Students. New York:
Elsevier Churchill Livingston. P 551-6.
Efiaty, Nurbaiti, Jenny, Ratna. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Edisi VI. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
Knipe, H, Gaillard, F. 2018. Olfactory Neuroblastoma.
https://radiopaedia.org/articles/olfactory-neuroblastoma . May 29th 2018. 01.26
pm.
Llorente JL, Lopez F, Suarez V, Costales M, Suarez C. Evolution in the treatment of
Juvenile nasopharyngeal angiofibroma. Acta Otorinolaringol Esp. 2011;62(4): 279-
86.
Mansfield E. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma. June 26, 2006. Available from :
http:/www.emedicine.com/med/topic 2758.htm.
Mansjoer A, Triyanti K,Savitri R, Wardhani IW, Setiowulan W. Angiofibroma
Nasofaring Belia. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta.1999.111
Nicolai P, Schreiber A, Villaret AB. Juvenile Angiofibroma : Evolution of
Management. International Journal of Pediatric. 2012 : 1-11
Pradhana D. 2009. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma. Referat Kepaniteraan
Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jakarta.
Ogawa, A. I., Fornazieri, M. A., Victor, L., Silva, E. R., Pinna, F. d., Voegels, R. L.,
Mendes, J. G. (2012). Juvenile angiofibroma: Major and minor complications of
preoperative. Rhinology 50.
Oliveira JAA, Tavares MG, Aguiar CV, Azevedo J, Sousa J, Almeida P et al.
Comparison between endoscopic and open surgery in 37 patients with
nasopharyngeal angiofibroma. Braz J Otorhinolaryngol. 2012;78 (1); 75- 80.
Rogers, Derek, Christoper. 2017. Open Acces Atlas Of Otolaryngologi Head and
neck surgery. USA : Dept. of Otolaryngology Harvard Medical School.
Roedzin A, Dharmabakti US, Musa Z. 2014. Buku Ajar Ilmu kesehatan Telinga
Hidung dan Tenggorok : Angiofibroma Nasofaring Belia. Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Soepardi, EA, Iskandar, N, Bashiruddin, J, Restuti, RD. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung & Tenggorok. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hlm. 164-66.
Ted L Tewfik, dkk. “Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma”. 27 Mei 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/872580-overview
Thakar, A, Hota, A, Pookamala, S. 2013. Review Article: Nasopharyngeal
Angiofibroma. The Otorhinolaryngologist; 6(1): 25-34.
Tewfik, T. L., Garni, M. A., & Meyers, A. D. (2018). Juvenile Nasopharyngeal
Angiofibroma Treatment & Management. Medscape.
Wendler O, Schaefer R, Schick B. Mast Cells and T-lymphocytes in Juvenile
Angiofibroma. Eur Arch Otorhinolaryngol. 2007;264: 769- 75