PEMBIAYAAN ANGGARAN
IGMA Dharmakarja
HARI SUGIYANTO
Outline
1. Definisi
2. Pembiayaan Anggaran
3. Pembiayaan Utang
4. Pembiayaan Investasi
5. Pemberian Pinjaman
6. Kewajiban Penjaminan
7. Pembiayaan Lainnya
2
Defisit dan Pembiayaan Anggaran, 2014 s.d 2017
Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun anggaran berikutnya.
Definisi
Defisit: “pendapatan negara lebih rendah daripada
belanja negara.”
WHY
Pertumbuhan ekonomi Menjaga stimulus fiskal melalui
pembangunan infrastruktur, pertanian dan energi,dan proyek
padat karya;
Peningkatan pemerataan dan kesejahteraan masyarakat
PNPM, BOS, Jamkesmas, Raskin, PKH,Subsidi; (sekarang
nawacita)
Pengeluaran akibat krisis ekonomi, mendukung pemulihan dunia
usaha termasuk misalnya insentif pajak;
Peningkatan anggaran Alat Utama Sistem Persenjataan
(Alutsista); Melanjutkan reformasi birokrasi.
Deviasi realisasi vs rencana perubahan indikator ekonomi
4
makro (nilai tukar, inflasi) yang berdampak terhadap postur
APBN.
Definisi
“Keseimbangan Primer (Primary Balance)”:
“pendapatan negara dikurangi belanja selain
pembayaran bunga utang”
Menunjukkan:
Kemampuan Pemerintah membayar kewajiban pinjaman
berupa bunga utang;
Positif: pembayaran bunga utang sebagian/seluruhnya
menggunakan pendapatan negara
Negatif: pembayaran bunga seluruhnya menggunakan utang
baru
5
Government deficit / surplus as a
percentage of GDP
6
Tujuan Pembiayaan Anggaran
1. Menutup defisit anggaran
2. Memenuhi kewajiban pemerintah
Pembayaran cicilan pokok (amortisasi) utang luar negeri
dan dalam negeri, pembayaran jatuh tempo pokok
utang, serta pembelian kembali (buy back) Surat
Berharga Nasional (SBN)
3. Membiayai pengeluaran pembiayaan
Penerusan Pinjaman, Penyertaan Modal Negara (PMN),
Pusat Investasi Pemerintah, Dana Bergulir, Dana
Pengembangan Pendidikan Nasional, Kewajiban
Penjaminan, Pemberian pinjaman, lainnya
7
FISCAL RULES Pembiayaan
Anggaran
Lebih informatif;
TUJUAN Lebih transparan; dan
Lebih mudah dimengerti oleh
stakeholder.
10
PERUBAHAN KLASIFIKASI PEMBIAYAAN
SEMULA : MENJADI :
PEMBIAYAAN
UTANG
PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN
UTANG INVESTASI
PEMBERIAN
PINJAMAN
PEMBIAYAAN KEWAJIBAN
NON UTANG PENJAMINAN
LAINNYA
11
PEMBIAYAAN UTANG
Pembiayaan Utang
Bentuk-Bentuk PMN:
Tunai
Konversi piutang Pemerintah
Hibah saham/aset dari pihak ketiga menjadi milik Pemerintah
Aktiva tetap, BUMN mendapat PMN berupa barang yang
diserahkan oleh Kementerian Negara, yang pengadaannya
melalui DIPA K/L
Investasi kepada BLU
Dana Bergulir
Definisi (UU APBN)
Merupakan dana yang dipinjamkan untuk dikelola dan
digulirkan kepada masyarakat oleh pengguna anggaran
atau kuasa pengguna anggaran yang bertujuan
meningkatkan ekonomi rakyat dan tujuan lainnya.
Dana Bergulir terdiri dari:
a) Dana Bergulir LPDB KUMKM
b) Dana Bergulir Pengadaan Tanah Jalan Tol
c) Dana Bergulir Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan
d) Dana Bergulir Geothermal
e) Dana bergulir Pusat Pembiayan Pembangunan Hutan
Non Perbankan Dalam Negeri
Dana Bergulir
Karakterisitik Dana Bergulir (PMK Nomor 99 Tahun
2008)
Merupakan bagian dari keuangan negara;
Dicantumkan dalam APBN dan/atau laporan keuangan;
Dimiliki, dikuasai, dan/atau dikendalikan oleh Penggunan
Anggaran/Kuasa Penggunan Anggaran;
Disalurkan/dipinjamkan kepada masyarakat/kelompok
masyarakat, ditagih kembali dengan atau tanpa nilai
tambah, dan digulirkan kembali kepada
masyarakat/kelompok masyarakat (revolving fund);
Ditujukan untuk perkuatan modal koperasi, usaha mikro,
kecil, menengah, dan usaha lainnya;
Dapat ditarik kembali pada suatu saat.
JUMLAH DANA KELOLAAN DANA BERGULIR
(Miliar Rupiah)
DANA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL
BLU LMAN merupakan operator dari Pengelola Barang (sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah) dalam rangka optimalisasi aset negara dan dalam rangka pelaksanaan fungsi
bank tanah (land bank) yang akan mendukung pendanaan pengadaan lahan untuk
pembangunan infrastruktur. Sebagaimana layaknya sebuah BLU, LMAN memiliki
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan dan pengelolaan aset, guna memberikan layanan
dengan menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat.
output yang diharapkan dari alokasi pembiayaan investasi kepada BLU LMAN tersebut
adalah pemenuhan kebutuhan lahan untuk beberapa proyek strategis nasional meliputi 22
proyek ruas tol, tiga proyek rel kereta api, satu proyek Light Rail Transit (LRT), lima proyek
pengembangan bandar udara, satu proyek pembangunan pelabuhan laut, dan 24 proyek
bendungan, yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang siap dibebaskan.
Manfaat percepatan pembangunan infrastruktur yang akan mendukung pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan konektivitas, menurunkan biaya distribusi, dan meningkatkan
ketahanan fiskal.
PEMBERIAN PINJAMAN
Pinjaman Kepada BUMN/Pemda
1. Rencana pembiayaan kegiatan/proyek menggunakan penerusan pinjaman diusulkan oleh Pemda/ Menteri BUMN
kepada Menteri Keuangan untuk mendapatkan persetujuan/penetapan.
2. Usulan rencana penarikan penerusan pinjaman tahunan diajukan BUMN/ Pemda melalui Dit. SMI-DJPB.
3. Pemanfaata pinjaman diprioritaskan untuk mendukung pembangunan infrastruktur terutama untuk energi
kelistrikan, fasilitas penjaminan proyek infrastruktur, dan penanganan kemacetan di Jakarta.
4. Kebijakan pengelolaan pinjaman kepada BUMN/Pemda:
a. meningkatkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian pinjaman dengan mempertimbangkan kelayakan
kegiatan/proyek, kemampuan debitur untuk menyerap dan membayar kembali pinjaman.
b. melakukan monitoring dan evaluasi atas realisasi penyerapan penarikan dana debitur untuk memastikan
pelaksanaan kegiatan/proyek selesai tepat waktu, berdaya guna, dan memberikan hasil positif bagi keuangan
debitur
RAPBN 2017 PEMBIAYAAN ANGGARAN
PENERIMAAN CICILAN PENGEMBALIAN
PINJAMAN DARI BUMN/PEMDA
(Miliar Rupiah)
KEBIJAKAN:
37
Saldo Anggaran Lebih
SILPA adalah selisih lebih realisasi pembiayaan atas realisasi defisit anggaran yang
terjadi dalam satu periode pelaporan.
SAL merupakan akumulasi dari sisa lebih pembiayaan anggaran tahun anggaran yang
lalu dan tahun anggaran yang bersangkutan setelah ditutup, ditambah/dikurangi dengan
koreksi pembukuan.
Faktor Penyebab terjadinya SiLPA dan SAL adalah:
Realisasi pendapatan negara yang lebih tinggi daripada realisasi belanja negara,
yang disebabkan kondisi perekonomian yang semakin membaik.
Realisasi pembiayaan lebih tinggi daripada realisasi defisit, yang disebabkan
menguatnya kurs rupiah, sehingga penerimaan pembiayaan yang berasal dari
pinjaman luar negeri bertambah dan pengeluaran pembiayaan untuk membayar
pokok utang menurun, sebaliknya realisasi bunga utang (belanja) menurun.
Dasar Hukum Penggunaan SAL/SiLPA:
Untuk menutupi/dana talangan kebutuhan kas awal tahun, pada saat pendapatan
negara belum mencukupi untuk mendanai belanja negara tidak perlu ijin DPR
dan tidak dialokasikan ke dalam APBN.
Untuk pembiayaan defisit tahun anggaran berikutnya, harus mendapatkan
persetujuan DPR dan dialokasikan dalam APBN/APBN-P. (Undang-Undang nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 27 ayat 3 d).
Untuk membiayai pelebaran defisit, dilaporkan dalam LKPP (UU APBN)
Untuk membiayai pembiayaan anggaran krn kondisi darurat dan krisis SBN, perlu
izin DPR (UU APBN)
38
RAPBN 2017 PEMBIAYAAN ANGGARAN
(Miliar Rupiah)
KEBIJAKAN:
Untuk mencapai target HPA dalam RAPBN 2017, Pemerintah menempuh kebijakan sebagai
berikut:
(1) penyelesaian aset kredit/piutang dengan penyerahan pengurusan kepada PUPN,
(2) pengelolaan aset properti direncanakan mengalami perkembangan, tidak hanya dalam
bentuk penjualan lelang maupun penetapan status penggunaan kepada K/L dan pelepasan
hak dengan pembayaran kompensasi, melainkan juga sewa atau bentuk kerjasama
pemanfaatan lainnya,
(3) penjualan/pencairan terhadap aset saham/surat berharga lainnya, dan
(4) penyerahkelolaan aset kepada pihak ketiga, termasuk di dalamnya PT Perusahaan
Pengelola Aset (Persero).
Pemenuhan Kebutuhan
Pembiayaan Anggaran
I. Kebutuhan Pembiayaan:
1. Defisit Anggaran
2. Memenuhi kewajiban pemerintah
Pembayaran cicilan pokok (amortisasi) utang luar negeri dan
dalam negeri, pembayaran jatuh tempo pokok utang, serta
pembelian kembali (buy back) Surat Berharga Nasional (SBN)
3. Pengeluaran Pembiayaan lainnya
Total Kebutuhan Pembiayaan