Anda di halaman 1dari 118

Patient Safety

di Pelayanan Kesehatan
Kuntjoro,PERSI
BIODATA
Dr Kuntjoro Adi Purjanto, Mkes
S1 FK UNS Surakarta
S2 FK UGM Magister Manajemen RS
Jabatan semula sd sekarang:
o Pimpinan Puskesmas di Kab Banjarnegara
o Direktur RSUD di Kab Banjarnegara & Kota Salatiga
o Direktur Jangmed Kemkes
o Sekretaris Dirjen BUK Kemkes
o Dosen
o Surveyor Akreditasi KARS
o Asesor Konsultan Kesehatan
o Ketua Umum PERSI
o Ketua Umum PP ARSADA
o Dewas RSUD Moewardi Surakarta
o Dewas RSUP Sardjito Jogjakarta
o Dewas RS Akademik FK UNS
o Dll
Alamat Email: kuntjoro_ap@yahoo.co.id
Telephone: 081 1 27 6858
Kuntjoro,PERSI
Magula, M,1982

HAKEKAT RUMAH SAKIT

Kuntjoro,PERSI
Historically hospitals were
not the safest places

Kuntjoro,PERSI
Seberapa aman-kah Pelayanan Kesehatan

Kuntjoro,PERSI
6 6
“TO ERR IS HUMAN” CORRIGAN, KOHN AND DONALDSON
US ACADEMY OF SCIENCES / INSTITUTE OF MEDICINE, 2000

• 1984 New York -2.9% of admissions suffered an adverse event, 58% of


which were preventable

• 1992 Colorado and Utah - 3.7% of admissions suffered an adverse event,


53% of which were avoidable

• Over 33.6Mn US hospital admissions pa between 44,000 and 98,000


avoidable deaths occur
8th most frequent cause of death
ahead of AIDS (16,516 deaths pa),
breast cancer (42,297 deaths pa) and
motor car accidents (43,458 deaths pa)

• Total cost to the US economy of avoidable deaths due to


healthcare error $17 - $29 Bn pa
Kuntjoro,PERSI
HRRI.Healthcare Risk Resources International
CAUSE of DEATH
Study di Amerika menunjukkan per tahun:
43.458 orang mati karena KecelakaanLalu Lintas.
42.397 orang mati karena Cancer payudara.
16.516 orang mati karena AIDS.

44.000 - 98.000 orang mati karena medical error ( preventable error )

(Institute of Medicine)

2700 orang mati dalam tragedi WTC


Kuntjoro,PERSI
Kuntjoro,PERSI
Kuntjoro,PERSI
Kuntjoro,PERSI
SALAH SPERMA

Kuntjoro,PERSI
ADVERSE EVENT

PROBLEMA YANG MUNCUL


YANG BERKAITAN DENGAN
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)
ITU HANYALAH SEBAGIAN KECIL DARI
KEADAAN YANG SEBENARNYA BAGAIKAN
PHENOMENA SEBUAH GUNUNG ES
Kuntjoro,PERSI
Jumlah pasien
Rawat Inap

Adverse Event
2,9 – 3,7 %

Adverse Event
karena Error
2,03 – 2,59 %

Adverse Event
karena Error yang
dapat dikatagorikan
Negligence
0,56 – 0,71 %

Kuntjoro,PERSI
Grafik prosentase lokasi kejadian adverse event pada proses bedah
(Sekitar 550 - 650 kejadian kebakaran per tahun pada proses operasi bedah di USA)

Sumber: Emergency Care Researh Institute (ECRI) 2009

Kuntjoro,PERSI
ASB: asymptomatic bacteriuria; Iwan P,2008
SUTI: symptomatic urinary tract infection;
UTI: urinary tract infection.
Kuntjoro,PERSI
RESIKO PENGGUNAAN
TEHNOLOGI DIAGNOSTIK

Diagnostic 30% dari


errors di bidang keseluruhan
radiology malpractice di US

Mammography Error rates s/d


75%

* Lev, MH, Rhea, JT, Bramson RT Avoidance of variability-error in radiology


PREVENTABLE ADVERSE EVENT
(KARENA ERROR)
44 % -------------- technical error.

17 % -------------- diagnostic error.

12 % -------------- failure to prevent injury.

10 % -------------- error in the use of a drug.


Leape et al, 2001

Kuntjoro,PERSI
BUDAYA RUMAH SAKIT
PROFESIONAL LEMBAGA DALAM SEKTOR BADAN PENGAWAS
Pilot Singapore Airlines IATA
Dokter Rumah Sakit DEPKES
Pelawak Srimulat / Ketoprak Humor
???
Laksono Trisnantoro,2005
PATIENT SAFETY DALAM STANDAR
AKREDITASI VERSI 2012

Kuntjoro,PERSI
IMPLEMENTASI PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT

DASAR HUKUM
UU.N0.44 TH.2009
Tentang Rumah Sakit :
Pasal 43 :(1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011
TENTANG
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

STANDAR
KESELAMATAN PASIEN
P
PROGRAM E
WHO PATIENT SAFETY TUJUH LANGKAH MENUJU N
KESELAMATAN PASIEN I
RUMAH SAKIT
L
KARS
A
I
A
9 SOLUTIONS SASARAN
KESELAMATAN PASIEN
N
RUMAH SAKIT

IMPLEMENTASI PATIENT SAFETY


Kuntjoro,PERSI
DI RUMAH SAKIT
Permenkes 1691 / VIII / 2011
Tentang Keselamatan Pasien RS
Pasal 5
• Rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib
melaksanakan program dengan mengacu pada kebijakan nasional Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Pasal 6
• (1) Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit ( TKPRS ) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai
pelaksana kegiatan keselamatan pasien.
• (2) TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada
kepala rumah sakit.
• (3) Keanggotaan TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi kesehatan di rumah sakit.
Kuntjoro,PERSI
Pasal 7
( 1 ). Setiap Rumah Sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien.

Pasal 8
( 1 ). Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran
Keselamatan Pasien.

Pasal 9
( 1 ). Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, Rumah Sakit
melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

Kuntjoro,PERSI
Sejak 2006 : Workshop
Keselamatan Pasien &
Manajemen Risiko
Klinis, telah diikuti
hampir 1900 Staf RS
To Err is Human: (Dr, Perawat, dll) dari +
Building a Safer Health 250 Rumah Sakit
System seluruh Indonesia
(1999/2000)

WHO SEAR Patient Safety


Workshop on
“ Patients for Patient Safety”
Jakarta Declaration
Jakarta, Hotel Four Seasons, 19
July 2007

2000 2004 2005 2006 2007 2008 2009

21 Agustus 2005 Pencanangan


2008 :
Gerakan Keselamatan Pasien
oleh Menteri Kesehatan RI, Keselamatan Pasien RS telah

di Jakarta mulai di Akreditasi oleh KARS


2004, 27 Oktober :
WHO memimpin
gerakan keselamatan
pasien dengan
membentuk : World 2006, KKI : Standar
Alliance for Patient Kompetensi Dokter :
Safety, sekarang Keselamatan Pasien
“WHO Patient Safety”
Kuntjoro,PERSI
Pencanangan
Gerakan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
Oleh
Menteri Kesehatan

Seminar Nasional
Persi
21 Agustus 2005
JCC
Upaya Khusus Keselamatan Pasien
*7 STANDAR KESELAMATAN PASIEN RS & AKREDITASI YAN KPRS
I. Hak pasien, II. Mendidik pasien dan keluarga, III. Keselamatan pasien dan
Asuhan Berkesinambungan, IV. Penggunaan metoda peningkatan kinerja, utk
melakukan evaluasi & meningkatkan KP, V. Peran kepemimpinan dalam
meningkatkan KP, VI. Mendidik staf tentang KP, VII.Komunikasi merupakan kunci
bagi staf untuk mencapai KP

* 7 LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT


1. Bangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien, 2. Pimpin dan dukung staf
anda, 3. Integrasikan aktivitas risiko, 4. Kembangkan sistem pelaporan, 5. Libatkan
dan berkomunikasi dengan pasien, 6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang KP,
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem KP

*6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

*WHO – PATIENT SAFETY – 13 ACTION AREAS


1)Global Patient Safety Challenge, 2)Patients for PS, 3)Research for PS,
4)International Classification for PS, 5)Reporting and Learning PS, 6)Solutions for
PS, 7)High 5s, 8)Technology for PS, 9)Knowledge Management on PS,
10)Eliminate central line-associated bloodstream infections, 11)Education for
Safer Care, 12)The Safety Prize, 13) Medical Checklist
Kuntjoro,PERSI
Patient Safety
dalam
Standar Akreditasi Rumah Sakit
( versi 2012 )

I. Standar Keselamatan Pasien RS


I. Sasaran Keselamatan Pasien RS
II. Tujuh Langkah Keselamatan Pasien
RS
(Permenkes 1691 / VIII / 2011 Tentang Keselamatan Pasien RS)

Kuntjoro,PERSI
STANDAR KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja,
untuk melakukan evaluasi dan meningkatkan
keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
mencapai keselamatan pasien

Kuntjoro,PERSI
ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN

• Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien


• Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif
• Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai (high-alert)
• Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-
prosedur, tepat-pasien operasi
• Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
• Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh

Kuntjoro,PERSI
TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP, Ciptakan kepemimpinan & budaya
yg terbuka & adil.
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA, Bangunlah komitmen & fokus yang kuat
& jelas tentang KP di RS Anda
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO, Kembangkan sistem &
proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang
potensial bermasalah
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN, Pastikan staf Anda agar dgn mudah
dapat melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-
RS.
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN, Kembangkan cara-cara
komunikasi yg terbuka dgn pasien
6. BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TTG KP, Dorong staf anda utk
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa
kejadian itu timbul
7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KP, Gunakan informasi
yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada
sistem pelayanan Kuntjoro,PERSI KKP RS
WRONG IDENTIFICATION  WRONG PERSON OPERATION

Kuntjoro,PERSI
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

Rumah sakit
mengembangkan
suatu pendekatan
untuk memperbaiki
/ meningkatkan
ketelitian
identifikasi pasien.

Kuntjoro,PERSI
KEBIJAKAN IDENTITAS PASIEN
1. Identifikasi pasien:
1. Mengikuti pasien kemanapun (gelang identitas)
2. Tak mudah/bisa berubah.
2. Identifikasi Pasien : menggunakan dua identitas dari minimal
tiga identitas
1. nama pasien (  e KTP)
2. tanggal lahir atau
3. nomor rekam medis
• !!!! dilarang identifikasi dg nomor kamar pasien atau
lokasi
• Bila ada kekecualian, RS harus membuat SPO khusus
Kuntjoro,PERSI
IDENTITAS PASIEN
1. Nama pasien dalam e KTP
2. Tanggal lahir
3. Nomer rekam medis
Permenkes 1691/2011, Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Lampiran Hal 6.

Kuntjoro,PERSI
IDENTITAS TAMBAHAN YG
DIMUNGKINKAN
1. NIK: Nomer induk Kependudukan
dalam eKTP
2. NIT : Nomer identitas tunggal dalam
kartu BPJS
3. Bar code

Kuntjoro,PERSI
WARNA GELANG PASIEN
GELANG IDENTITAS
• Biru: Laki Laki
• Pink: Perempuan
GELANG PENANDA:
• Merah: Alergi
• Kuning: Risiko Jatuh
• Ungu : Do Not Resucitate

Kuntjoro,PERSI
SPO
CARA IDENTIFIKASI PASIEN

Petemuan Pertama seorang petugas dengan pasien:


1. Secara verbal: Tanyakan nama pasien
2. Secara visual: Lihat ke gelang pasien dua dari
tiga identitas, cocokkan dengan perintah
dokter

Pertemuan berikutnya dapat lihat secara visual saja


ke gelang pasien, dua identitas dari tiga identitas

Kuntjoro,PERSI
SPO
SAAT PEMASANGAN GELANG
OLEH PETUGAS
1. Jelaskan manfaat gelang pasien
2. Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak,
melepas, menutupi gelang .dll
3. Minta pasien utuk mengingatkan petugas bila
akan melakukan tindakan atau memberi obat
memberikan pengobatan tidak menkonfirmasi
nama dan mengecek ke gelang

Kuntjoro,PERSI
KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN
1. Identifikasi menggunakan gelang pasien, identifikasi terdiri dari tiga
identitas: nama pasien (e KTP), nomor rekam medik, dan tanggal lahir.
2. Pasien laki-laki memakai gelang warna biru, pasien perempuan memakai
gelang warna pink, sedangkan gelang merah sebagai penanda alergi, dan
gelang kuning penanda risiko jatuh, gelang ungu penanda Do not
Resucitate
3. Pada gelang identifikasi pasien: Nama pasien harus ditulis lengkap sesuai
e-KTP bila tak ada gunakan KTP/kartu identitas lainnya, bila tak ada
semuanya minta pasien/keluarganya untuk menulis pada formulir
identitas yang disediakan RS dengan huruf kapital pada kotak kota huruf
yang disediakan, nama tidak boleh disingkat, tak boleh salah ketik walau
satu huruf
4. Identifikasi pasien pada gelang identitas pasien harus di cetak, tulisan
tangan hanya boleh bila printer sedang rusak/tak ada fasilitas untuk itu
dan harus segera diganti bila printer berfungsi kembali.
Kuntjoro,PERSI
KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN
lanjutan………….
1. Petugas melakukan identifikasi pasien minimal dua dari tiga
identitas diatas
2. Identifikasi dengan cara verbal (menanyakan/mengkonfirmasi
nama pasien) dan visual (melihat gelang pasien)
6. Semua pasien harus di identifikasi secara benar sebelum
dilakukan pemberian obat, tranfusi/produk darah, pengobatan,
prosedur /tindakan, diambil sample darah, urin atau cairan
tubuh lainnya
7. Pasien rawat jalan tak harus memakai gelang identitas pasien
kecuali telah ditetapkan lain oleh RS,misalnya ruang
haemodialisa, endoskopi
8. Pasien dengan nama sama harus diberi tanda “HATI HATI PASIEN
DENGAN NAMA SAMA” pada rekam medik dan semua formulir
permintaan penunjang

Kuntjoro,PERSI
PETUGAS HARUS MELAKUKAN
IDENTIFIKASI PASIEN SAAT:
1. pemberian obat
2. pemberian darah / produk darah
3. pengambilan darah dan
spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis
4. Sebelum memberikan
pengobatan
5. Sebelum memberikan tindakan

Kuntjoro,PERSI
Elemen Penilaian SKP.I.
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak
boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis (lihat juga AP.5.6, EP 2)
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan
/ prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi
yang konsisten pada semua situasi dan lokasi

Kuntjoro,PERSI
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF

• Rumah sakit mengembangkan


pendekatan untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar para
pemberi layanan.

Kuntjoro,PERSI
Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan
Terjadi pada saat:
 Perintah diberikan secara
lisan
 Perintah diberikan melalui
telpon
 Saat pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis.

Kuntjoro,PERSI
Perintah Lisan/Lewat Telepon
 ISI PERINTAH
1. Tulis Lengkap  NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
PEMBERI PERINTAH
2. Baca Ulang- Eja  NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
untuk NORUM/LASA PENERIMA PERINTAH
 TANGGAL DAN JAM
3. Konfirmasilisan
dan tanda tangan

Kuntjoro,PERSI
CONTOH FORMULIR CATATAN LENGKAP PERINTAH
LISAN/MELALUI TELEPON/PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
KRITIS
N TGL / NAMA PENERIMA NAMA PEMBERI PELAKSANA
O PERINTAH (TANDA PERINTAH PERINTAH (NAMA
JAM ISI PERINTAH TANGAN) (TANDA DAN TANDA KETERANGAN
TANGAN) TANGAN)

Kuntjoro,PERSI
Kuntjoro,PERSI
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)

• hidralazine  hidroxyzine
• cerebyx  celebrex
• vinblastine  vincristine
• chlorpropamide  chlorpromazine
• glipizide  glyburide
• daunorubicine  doxorubicine

Kuntjoro,PERSI
SPO
Persiapan Perawat/dokter jaga Sebelum Memberikan Laporan
Kepada Dokter

 Visit dan periksa pasien


 Diskusikan keadaan pasien dengan PN
 Review hasil pemeriksaan untuk menetapkan
dokter yg tepat yang akan dilapori
 Ketahui kapan pasien masuk dan diagnosis waktu
masuk
 Baca catatan perkembangan terakhir dari dokter
dan perawat
 Gunakan standar SBAR untuk melaporkan

Kuntjoro,PERSI
KEBIJAKAN PELAPORAN
HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
• Proses pelaporan hasil pemeriksaan/tes
dikembangkan rumah sakit untuk pengelolaan
hasil kritis dari tes diagnostik untuk menyediakan
pedoman bagi para praktisi untuk meminta dan
menerima hasil tes pada keadaan gawat darurat.
• RS mempunyai Prosedur yang meliputi
– penetapan tes kritis dan ambang nilai kritis bagi setiap
tipe tes,
– oleh siapa dan kepada siapa hasil tes kritis harus
dilaporkan
– menetapkan metode monitoring yang memenuhi
ketentuan
Kuntjoro,PERSI
Kuntjoro,PERSI
CONTOH HASIL PEMERIKSAAN KRITIS YANG WAJIB
DILAPORKAN SEGERA

Kuntjoro,PERSI
Kuntjoro,PERSI
CONTOH KEBIJAKAN MENERIMA PERINTAH
LISAN/LISAN LEWAT TELEPON
• Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi
• Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah, nama
penerima perintah dan tanda tangan, nama pemberi perintah dan tanda
tangan (pada kesempatan berikutnya)
• Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA,
maka nama obat lasa harus dieja satu persatu hurufnya
• Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat Look alike sound alike, look
alike, dan sound alike
• Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi
perintah mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan
kebenaran pembacaan secara lisan misal “ya sudah benar” . Konfirmasi
tertulis dengan tanda tangan pemberi perintah yang harus diminta pada
kesempatan kunjungan berikutnya .
• Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang perlu
dicatat, misal pemberi perintah tak mau tanda tangan
Kuntjoro,PERSI
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG
PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT)

• Rumah sakit
mengembangkan Obat high alert
suatu pendekatan (yang harus
diwaspadai): obat
untuk memperbaiki yang dapat
keamanan obat-obat menimbulkan KTD
atau kejadian
yang perlu sentinel bisa salah
diwaspadai (high- digunakan

alert)
Kuntjoro,PERSI
• Paralytic agent vs antacid
Kuntjoro,PERSI
Pancuronium (Pavulon)
vs Pantoprazole

• Paralytic agent vs antacid


Kuntjoro,PERSI
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)

• hidraALAzine  hidrOXYzine
• ceREBYx  ceLEBRex
• vinBLASTine  vinCRIStine
• chlorproPAMIDE  chlorproMAZINE

• glipiZIde  glYBURIde
 dOXOrubicine
• DAUNOrubicine

Kuntjoro,PERSI
Look Alike Sound Alike

LASA LASA

Kuntjoro,PERSI
Kuntjoro,PERSI
OBAT HIGH ALERT
• Obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadi kesalahan/error
dan/atau kejadian sentinel (sentinel event)
• Obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome)
• Obat-obat yang (Nama Obat, Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-
Alike / LASA)

Kuntjoro,PERSI
OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPs)
HIGH
1 ADRENERGIC AGONIS IV (Contoh: adrenalin) ALERT
2 ADRENERGIC ANTAGONIS IV (Contoh: Propanolol)
3 ANESTETIC AGENT GENERAL, INHALED dan IV (Misal: Propofol)
4 CARDIOPLEGIC SOLUTION
5 CHEMOTERAPIC AGENTS PARENTERAL DAN ORAL
6 DEXTROSE HIPERTONIC 20% ATAU LEBIH
7 DIALISIS SOLUTION (PERITONEAL, HEMODIALISIS)
8 OBAT EPIDURAL DAN INTRATHECAL
9 GLICOPROTEIN INHIBITOR II B/III A (Misal: Ephbatide)
10 HIPOGLIKEMIK ORAL
11 OBAT OBAT INOTROPIK IV (Misal: Digoxin, milrinone)
12 LIPOSOMAL FORM OF DRUGS (Liposomal Ampheterisine B)
13 MODERATE SEDATION AGENTS IV (Contoh : Midazolame)
14 MODERATE SEDATION AGENTS ORAL FOR CHILDREN (Contoh Chloralhydrate)
15 ANESTETIC/OPIATE IV DAN ORAL ( Termasuk cairan konsentrat, immediate and
sustained released Formulation)
16 NEUROMUSCULAR BLOCKING AGENT (Contoh: Succynil Choline)
17 RADIO CONTRAS AGENT IV
18 THROMBOLITIC/ FIBRINOLITIC IV (Contoh: Tenecteplace)
Kuntjoro,PERSI
19 TOTAL PARENTERAL SOLUTION
DAFTAR OBAT HIGH ALERT HIGH
OBAT SPESIFIK ALERT

1 Amiodarone IV
2 Colcichine Injection
3 Heparin, Low moluculer weigt injection
4 Heparin Unfractionated IV
5 Insulin SC dan IV
6 Lidocaine IV
7 Magnesium SUlfat Injecion
8 Methotrxate oral non oncologic use
9 Netiride
10 Nitroprusside sodium for injection
11 Potasium Cloride for injection concentrate
12 Potasium Phospate injection
13 Sodium Chloride injection hypertonic >0.9%
14 Warfarin Kuntjoro,PERSI
Look-Alike High Alert Drugs

HIGH ALERT

Kuntjoro,PERSI
ELEKTROLIT KONSENTRAT
1. kalium/potasium klorida = > 2 mEq/ml
2. kalium/potasium fosfat => 3 mmol/ml
3. natrium/sodium klorida > 0.9% !
4. magnesium sulfat => 50% atau lebih pekat HIGH
ALERT

Kuntjoro,PERSI
Look alike

LASA

Kuntjoro,PERSI
LASA

LASA

Kuntjoro,PERSI
CONTOH
KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT
• DEFINISI:
– Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang
bermakna bila digunakan secara salah
• KETENTUAN :
1. Setiap unit yan obat harus tersedia daftar obat high
alert, Obat LASA, Elektrolit Konsentrat, serta panduan
penata laksanaan obat high alert
2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penata laksanaan
obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas,
diberi label yang jelas
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam
keadaan emergensi, atau nama obat harus di eja
perhuruf
5. Sebelum menyuntkikan obat high alert setelah cek 5
tepat, lanjutkan dengan double check. HIGH
ALERT
Kuntjoro,PERSI
KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI INSTALASI
FARMASI
1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat
2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan
diserahkan kepada perawat
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer/ rak
tersendiri/khusus
4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double,
doubel pintu.setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung
jawabnya dan dicatat, setiap ganti sif harus tercatat dalam buku
serah terima lengkap dengan jumlahnya dan di tanda tangani
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain
untuk memastikan tak ada salah (double check)
7. Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan
pompa infus, tempel stiker label, nama obat pada botol infus. Dan di
HIGH
isi dengan catatan sesuai ketentuan
Kuntjoro,PERSI
ALERT
CONTOH STIKER OBAT HIGH ALERT PADA BOTOL
INFUS

Kuntjoro,PERSI
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR,
TEPAT-PASIEN OPERASI

• Rumah sakit
mengembangkan
suatu pendekatan
untuk memastikan
tepat-lokasi, tepat-
prosedur, dan
tepat- pasien.
Kuntjoro,PERSI
REGINA
TURNER (52)
“LEFT SIDED
CRANIOTOMY
BYPASS”
DIOPERASI SISI
KANAN,
KARENA TIM
OPERASI TAK
MELAKUKAN
TIME OUT

Kuntjoro,PERSI
OPERASI SALAH KAKI

Kuntjoro,PERSI
OPERASI SALAH SISI

Kuntjoro,PERSI
KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI
OPERASI
1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau
multipel level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan,
dan harus terlihat sampai saat akan disayat

Kuntjoro,PERSI
CONTOH PENANDAAN

Kuntjoro,PERSI
BEBERAPA PROSEDUR YANG TIDAK
MEMERLUKAN PENANDAAN:

• Kasus organ tunggal (misalnya operasi


jantung, operasi caesar)
• Kasus intervensi seperti kateter jantung
• Kasus yang melibatkan gigi
• Prosedur yang melibatkan bayi prematur di
mana penandaan akan menyebabkan tato
permanen
Kuntjoro,PERSI
KEBIJAKAN VERIFIKASI PRAOPERATIF :

1. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar


2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dan dipampang dg baik
3. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant
2 implant yg dibutuhkan
4. Tahap Time out :
1. memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan
2. dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
3. melibatkan seluruh tim operasi
5. Pakai surgical safety check-list (WHO . 2009)

Kuntjoro,PERSI
TIME OUT

Kuntjoro,PERSI
PANDUAN
Sebelum Induksi Anestesi:

1. Identifikasi pasien, prosedur, informed


concent sudah dicek ?
2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau
aspirasi
7. Risiko kehilangandarah >= 500ml
Kuntjoro,PERSI
PANDUAN
Sebelum Insisi Kulit (Time-out):Apakah …….

1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)


2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi
incisi
3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60
menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
1. Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood
lost ?
2. Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
3. Perawat : Sterilitas , instrumen ?
5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?
Kuntjoro,PERSI
PANDUAN
SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN KAMAR
OPERASI
1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal,
bersama dr dan anestesi
1. Nama prosedur,
2. Instrumen, gas verband, jarum dihitung harus
lengkap
3. Speciment telah di beri label dengan PID tepat
4. Apa ada masalah peralatan yang harus ditangani
2. Dokter kpd perawat dan anesesi, apa yang
harus diperhatikan dalam recovery dan
manajemen pasien Kuntjoro,PERSI
Elemen Penilaian SKP.IV.
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat
dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan
pasien di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain
untuk memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur
time-out , tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan
pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi. Kuntjoro,PERSI
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN

• Rumah sakit mengembangkan suatu


pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.

Kuntjoro,PERSI
Elemen Penilaian SKP.V.
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi
pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara
umum al dari WHO Patient Safety
2. Rumah sakit menerapkan program hand
hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan
untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan
Kuntjoro,PERSI
Kuntjoro,PERSI
Kuntjoro,PERSI
Contoh: PENGGGUNAAN JEMBATAN KELEDAI, UNTUK MEMUDAHKAN MENGINGAT
URUTAN ENAM AREA DALAM HAND-WASH/RUB
• TELAPAK TANGAN
• PUNGGUNG TANGAN TEPUNG SELACI PUPUT
• SELA- SELA JARI
• PUNGGUNG JARI-JARI (GERAKAN KUNCI) LAMA CUCI TANGAN:
• SEKELILING IBU JARI (PUTAR- PUTAR) HAND RUB : 20-30 DETIK
HAND WASH 40-60 DETIK
• KUKU DAN UJUNG JARI (PUTAR-PUTAR)

Kuntjoro,PERSI
Kuntjoro,PERSI
Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety
CUCI TANGAN DAN PENGGUNAAN SARUNG TANGAN

• Penggunaan sarung tangan tidak menggantikan cuci tangan.


• Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang tepat tanpa
harus ada indikasi untuk pemakaian sarung tangan.
• Lepaskan sarung tangan untuk cuci tangan, ketika
indikasi terjadi saat mengenakan sarung tangan.
• Buang sarung tangan setelah setiap selesai tugas dan cuci
tangan karena sarung tangan dapat membawa kuman.
•Pemakaian sarung tangan hanya bila diindikasikan menurut
Standard dan Precaution contact jika tidak anda menjadi
berisiko tertular kuman.

(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)

Kuntjoro,PERSI
PEMAKAIAN
SARUNG TANGAN STERIL

• Prosedur bedah
• Pemeriksaan vagina
• prosedur radiologi invasif
• melakukan akses vaskular dan prosedur
(central line)
• Menyiapkan/mencampur total parenteral
nutrition
• Menyiapkan/mecampur kemoterapi.

(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)


Kuntjoro,PERSI
PEMAKAIAN
SARUNG TANGAN PEMERIKSAAN

DALAM SITUASI KLINIK


Potensi menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan item yang
terlihat kotor oleh cairan tubuh.

DIRECT PATIENTS EXPOSURE:


Kontak dengan darah; kontak dengan selaput lendir dan kulit yang tidak
utuh; potensi adanya organisme sangat menular dan berbahaya; situasi
darurat atau epidemi, memasang dan melepas infus, menggambar darah;
menghentian venous line; Pemeriksaan panggul dan vagina; suctioning non-
closed systems of endotracheal tubes.

INDIRECT PATIENT EXPOSURE:


Mengosongkan pot tumpahan; Menangani dan mencuci instrumen;
penanganan limbah; membersihkan tumpahan cairan tubuh.

(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)


Kuntjoro,PERSI
PEMAKAIAN SARUNG TANGAN TIDAK DI INDIKASIKAN
(kecuali KONTAK untuk tindakan pencegahan)

• Tidak ada potensi terpapar darah atau cairan tubuh, atau lingkungan
yang terkontaminasi, mengukur tekanan darah, suhu dan denyut nadi;
melakukan suntikan IM maupun SC ; memandikan dan memakaikan
pakaian pasien; mengangkut pasien; merawat mata dan telinga (tanpa
sekresi); manipulasi vasculas line tanpa ada kebocoran darah.
• TIDAK KONTAK LANGSUNG DENGAN PASIEN; Menggunakan telepon;
menulis rekam medis; memberikan obat oral; mendistribusikan atau
mengumpulkan nampan makanan pasien ; menghapus dan mengganti
linen untuk tempat tidur pasien; menempatkan peralatan ventilasi non-
invasif dan kanula oksigen; memindahkan perabotan pasien

(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)

Kuntjoro,PERSI
Sarung
tangan
steril

Sarung
Tangan
pemeriksaan

Kuntjoro,PERSI Hand Hygine Guideline, IHI.


SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO
PASIEN JATUH

• Rumah sakit mengembangkan suatu


pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh.

Kuntjoro,PERSI
Maksud dan Tujuan SKP VI.
• Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab
cedera pasien rawat inap.
• Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko
cedera bila sampai jatuh.

• Evaluasi :
– riwayat jatuh,
– obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol
– gaya jalan dan keseimbangan
– serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.

• Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.

Kuntjoro,PERSI
Elemen Penilaian SKP.VI.
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko
pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang bila
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan
dll.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko
jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap
berisiko jatuh
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari
kejadian tidak diharapkan
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien
cedera akibat jatuh di rumah sakit

Kuntjoro,PERSI
Kuntjoro,PERSI
Pediatric Patient Falls Scale
Scale Characteristics
General Risk Humpty-Dumpty CHAMPS Pediatric Fall Risk
Assessment of Scale- Inpatient Pediatric Fall Assessment Scale
Pediatric Inpatient Risk Assessment (PFRA)
Falls (GRAF-PIF) Tool Used at NCH
Physical & All types of falls All types of falls All types of falls
physiological falls except when child
(not developmental) is “dropped”

5 items 7 items 4 items 10 items

Scale 0 to 5+ Scale 7 to 23 Scale 0 to 4 Scale 0 to 30

Cut-off score = 2 Cut-off score = 12 Cut-off score = 1 Cut-off score = 5

Kuntjoro,PERSI
Patient falls
There are three types of patient falls
1. an accidental fall: is prevented by ensuring a safe
environment.
2. a physiological anticipated fall: Anticipated
physiological falls are prevented by first identifying
who is likely to fall using the MFS.
3. an unanticipated physiological fall: The first
unanticipated physiological fall cannot be predicted
and, therefore, cannot be prevented, because the
staff and the patient may not realize that the patient
has the condition that precipitates the unexpected

Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2 nd Ed. Springer Publishing Company, New
York. 2009.
Kuntjoro,PERSI
Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2nd Ed. Springer Publishing Company, New
Kuntjoro,PERSI
York. 2009.
No/low risk: < 45
– Pencegahan jatuh akibat kecelakaan
– Pastikan lingkungan aman
– Edukasi pasien dan keluarga
High risk: > 45
– Strategi proteksi dari jatuh:
• Monitoring
• Proteksi jatuh dari tempat tidur/kursi
• Proteksi dari lingkungan berbahaya
• Proteksi dari cedera
– Strategi pencegahan jatuh
• Tranfer pasien dengan aman
• Cegah kencing yang urgen
• Evaluasi kemampuan komunikasi
• Latihan /exercise keseimbangan
• Optimalisasi kondisi fisik
Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2 nd Ed. Springer Publishing Company, New
Kuntjoro,PERSI
York. 2009.
FAKTOR RISIKO SKALA SKOR SKOR PASIEN

Riwayat jatuh Tidak 0 MFS


Ya 25 Morse Fall Scale
Diagnosa Sekunder Tidak 0
Ya 15
Menggunakan alat-alat bantu Tidak ada/ Bedrest/ 0
Dibantu perawat
Kruk/ Tongkat 15
Kursi/ Perabot 30
Menggunakan Infus/ Heparin Tidak 0
lock/ Pengencer darah
Ya 20
Gaya Berjalan Normal/ Bedrest/ 0
kursi roda
Lemah 10
Terganggu 20
Status Mental Menyadari 0
Kemampuan
Lupa akan 15
keterbatasan/ Pelupa
Skor Total
Kategori:
Kuntjoro,PERSI
CONTOH:
ASESMEN RISIKO
JATUH
MORSE FALL SCALE

Kuntjoro,PERSI
SKALA RISIKO JATUH HUMPTY DUMPTY
PARAMETER KRITERIA NILAI SKOR

Usia  < 3 tahun 4


 3 – 7 tahun 3
 7 – 13 tahun 2
 ≥ 13 tahun 1
Jenis kelamin  Laki-laki 2
 Perempuan 1
Diagnosis  Diagnosis neurologi 4
 Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, 3
sinkop, pusing, dsb.)
 Gangguan perilaku / psikiatri 2
 Diagnosis lainnya 1
Gangguan kognitif  Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
 Lupa akan adanya keterbatasan 2
 Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkungan  Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat tidur dewasa 4
 Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi 3
/ perabot rumah
 Pasien diletakkan di tempat tidur 2
 Area di luar rumah sakit 1
Respons terhadap:  Dalam 24 jam 3
1. Pembedahan/ sedasi /  Dalam 48 jam 2
 > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi/ anestesi 1
anestesi
 Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin, 3
2. Penggunaan antidepresan, pencahar, diuretik, narkose
medikamentosa  Penggunaan salah satu obat di atas 2
 Penggunaan medikasi Kuntjoro,PERSI
lainnya / tidak ada medikasi 1
SKALA RISIKO JATUH ONTARIO MODIFIED STRATIFY - SYDNEY SCORING
Parameter Skrining Jawaban Keterangan Nilai Skor
apakah pasien datang ke rumah sakit karena jatuh? Ya / tidak Salah satu jawaban
Riwayat jatuh
jika tidak, apakah pasien mengalami jatuh dalam 2 bulan Ya/ tidak ya = 6
terakhir ini?
apakah pasien delirium? (tidak dapat membuat keputusan, pola Ya/ tidak
pikir tidak terorganisir, gangguan daya ingat)
Salah satu jawaban
Status mental
ya = 14
apakah pasien disorientasi? (salah menyebutkan waktu, tempat, Ya/ tidak
atau orang)
apakah pasien mengalami agitasi? (ketakutan, gelisah, dan Ya/ tidak
cemas)
apakah pasien memakai kacamata? Ya/ tidak
Salah satu jawaban
Penglihatan apakah pasien mengeluh adanya penglihatan buram? Ya/ tidak ya = 1
apakah pasien mempunyai glaukoma, katarak, atau degenerasi Ya/ tidak
makula?
apakah terdapat perubahan perilaku berkemih? (frekuensi, Ya/ tidak
Kebiasaan berkemih urgensi, inkontinensia, nokturia) ya = 2

mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan) 0 jumlahkan nilai


transfer dan
Transfer (dari tempat memerlukan sedikit bantuan (1 orang) / dalam pengawasan 1 mobilitas. Jika nilai
tidur ke kursi dan total 0-3, maka skor
kembali ke tempat tidur) memerlukan bantuan yang nyata (2 orang) 2
= 0. jika nilai total 4-
tidak dapat duduk dengan seimbang, perlu bantuan total 3 6, maka skor = 7
mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan) 0
Mobilitas berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal / fisik) 1
menggunakan kursi roda 2
imobilisasi 3

Kuntjoro,PERSI
• Edmonson Psychiatric Fall Risk Assessment
Kuntjoro,PERSI
Edmonson Psychiatric Fall Risk Assessment

Kuntjoro,PERSI
Kuntjoro,PERSI
Kuntjoro,PERSI
ASSESMENT RESIKO JATUH GERIATRI
USIA Skor RIWAYAT JATUH Skor AKTIFITAS Skor
Kurang dari 60 tahun 0 Tidak pernah 0 Mandiri 0
Antara 60-69 tahun 1 Pernah jatuh < 1 tahun 1 ADL dibantu sebagian 2
Lebih dari 70 tahun 2 Pernah jatuh < 1 bulan 2 ADL dibantu penuh 3
Jatuh pada saat dirawat sekarang 3

MOBILITAS/MOTORIK Skor KOGNITIF Skor POLA BAB/BAK Skor


Mandiri 0 Orientasi baik 0 Teratur 0
Menggunakan alat bantu 1 Kesulitan mengerti perintah 2 Inkontinensia urine/faeses 1
Koordinasi/keseimbangan buruk 2 Gangguan memori 2 Nokturia 2
Bingung/Disorientasi 3 Urgensi/Frequensi 3

Pilihan di bawah ini dapat di jumpai lebih dari satu


DEFISIT SENSORIS Skor PENGOBATAN Skor KOMORBIDITAS Skor
Kacamata bukan biofokal 0 Kurang dari 4 jenis & tidak termasuk 1 Diabetes/Cardiac/ISK 1
Kacamata biofokal 1 yang tsb dibawah 2 Gangguan SSP/Stroke/ 2
Gangguan pendengaran 1 Antihipertensi/Hipoglikemik/ 3 Parkinson 3
Kacamata multifocal 2 Antidepressan/Neurotropik Pascabedah 0-24 jam
Katarak/Glaukoma 2 Sedatif/Psikotropika/Narkotika/
Hampir tidak melihat/buta 3 Infus epidural/Spinal/Diuretik/
Laxativ
Kuntjoro,PERSI
TOTAL SKOR: ____________
Pedoman Pencegahan Pasien Resiko Jatuh
Dan Scor
Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Tinggi
Skor 0 - 5 Skor 6-13 Skor ≥14

1. Pastikan ‘bel’ mudah 1. Lakukan langkah 1. Lakukan SEMUA langkah


dijangkau pencegahan untuk resiko pencegahan untuk resiko
rendah rendah dan sedang

2. Roda tempat tidur pada 2. Pasangkan gelang khusus 2. Kunjungi dan monitor
posisi terkunci (warna kuning) sebagai tanda pasien setiap 1 jam
resiko pasien jatuh
3. Posisikan tempat tidur 3. Tempatkan tanda resiko 3. Tempatkan pasien di
pada posisi terendah pasien jatuh pada daftar kamar yang paling dekat
nama pasien (warna kuning) dengan nurse station (jika
memungkinkan)
4. Pagar pengaman tempat 4. Beri tanda resiko pasien jatuh
tidur dinaikkan pada pintu kamar pasien
Kuntjoro,PERSI
Contoh Langkah Pencegahan Pasien Risiko
Jatuh
Tgl/ja
LANGKAH m

1. Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan


2. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
3. Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat
tidur pasien
4. Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari
hambatan dan terang
5. Pastikan lorong bebas hambatan
6. Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam
jangkauan pasien
7. Pasang Bedside rel
8. Evaluasi kursi dan tinggi tempat tdur

Kuntjoro,PERSI
CONTOH LANGKAH PENCEGAHAN PASIEN RISIKO JATUH

9. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang


mempengaruhi tingkat kesadaran, dan gait
10. Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak
aman, dan segera laporkan untuk perbaikan
11. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan
saat di daerah diagnostik atau terapi
12. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard /
tempat tidur, posisi bedside rel dalam keadaan
terpasang
13. Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota
keluarga mengenai rencana perawatan untuk mencegah
jatuh
14. Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk
memberikan bantuan yang dibutuhkan dengan

Kuntjoro,PERSI
ELEMEN PENDUKUNG UPAYA MENURUNKAN
RISIKO CEDERA KARENA JATUH

• Proses terintegrasi : mengembangkan


kebijakan/ menyusun SOP
• Melaksanakan proses assessment dan
reassessment risiko jatuh
• Monev pelaksanaan program pencegahan
pasien jatuh
• Mengembangkan sistem pelaporan pasien
jatuh
Kuntjoro,PERSI
MONITORING DAN EVALUASI

 Dengan cara Audit


 Monitoring laporan insiden pasien
jatuh
 Observasi pelaksanaan
pencegahan pasien jatuh

Kuntjoro,PERSI
INDIKATOR KLINIK DAN PARAMETER PENGUKURAN

Cara Audit Indikator Pengukuran Kriteria Sukses

Numerator Denominator

Monitoring laporan Total laporan Total hari rawat Tidak ada insiden pasien jatuh
insiden pasien insiden jatuh pada periode pada periode monitoring ( 0% )
jatuh pada periode monitoring
monitoring

Kuntjoro,PERSI
ASESMEN RISIKO JATUH RAWAT JALAN
GET UP AND GO

Kuntjoro,PERSI
“ Strongest
of the species that survives,
nor the most intelligent that
survives
It is the one that is most
adaptable
to change “
Charles Darwin

Anda mungkin juga menyukai